Israel terus membabibuta menyerang warga Palestina di Gaza. Dalam laporan Aljazeera, sudah hampir 10.000 orang yang terbunuh akibat agresi militer tersebut.
Hal ini benar-benar membuat takut warga Palestina. Mereka sampai memilih untuk mati daripada hidup dalam ketakutan.
"Istri saya menelepon saya, menanyakan kapan dia dan anak saya akan mati," kata seorang pria yang telah bekerja di Israel, kepada Aljazeera.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Dia memberitahuku bahwa jika kita bertemu lagi, itu adalah berkah, dan jika tidak, itulah yang Tuhan inginkan," sambungnya.
Pria yang meminta dirahasiakan identitasnya itu adalah seorang perawat yang bekerja di Israel. Ia meninggalkan istri dan anaknya di Shujaiya, Gaza pada tanggal 7 Oktober 2023, sebelum konflik dimulai.
Sejak agresi Israel, sebagian rakyat Palestina berlindung di Nablus yang ada di tepi barat. Mereka adalah orang-orang yang terlantar yang memegang izin untuk bekerja di luar Gaza.
Karena takut ditahan oleh tentara zionis, mereka pun bertahan di Nablus. Mereka yang mengungsi di sana pun hidup dalam ketakutan akan nasib anggota keluarga mereka yang masih tinggal di Gaza.
"Tidak ada yang menghancurkan hatimu lebih dari mendengar istrimu menangis dan mengatakan bahwa dia sedang menunggu kematiannya," ujar pria tersebut.
"Kesehatan mentalnya memburuk. Setiap kali saya meneleponnya di telepon, dia menangis kepada saya dan bertanya apa yang terjadi padanya," lanjutnya.
Hal senada juga diungkapkan oleh seorang pria berusia 28 tahun. Ketika berada di kamp pengungsian di stadion kota Nablus, ia mengatakan sudah tidak ada harapan lagi jika hidup di muka bumi ini.
"Tidak ada masa depan lagi. Saya hanya ingin kembali ke Gaza dan mati bersama keluarga saya," tukas pria tersebut yang enggan disebutkan namanya.
(hnh/lus)
Komentar Terbanyak
MUI Kecam Rencana Israel Ambil Alih Masjid Al Ibrahimi di Hebron
Mengoplos Beras Termasuk Dosa Besar & Harta Haram, Begini Penjelasan MUI
Acara Habib Rizieq di Pemalang Ricuh, 9 Orang Luka-1 Kritis