Bolehkan Menyantuni Anak Yatim Non muslim? Begini Hukumnya

Bolehkan Menyantuni Anak Yatim Non muslim? Begini Hukumnya

Hanif Hawari - detikHikmah
Rabu, 18 Okt 2023 15:30 WIB
Anggota komunitas Konghucu Semarang membagikan makanan gratis kepada warga di Kantin Kebajikan Boen Hiang Tong, Semarang, Jawa Tengah, Selasa (4/7/2023).  Aksi berbagi makanan gratis kepada sesama yang diadakan setiap Selasa siang dengan menyediakan 100 porsi makanan itu digelar untuk meringankan beban masyarakat kurang mampu dan menumbuhkan rasa kerukunan serta toleransi antar umat beragama khususnya di kota itu. ANTARA FOTO/Makna Zaezar/rwa.
Ilustrasi foto: ANTARA FOTO/Makna Zaezar
Jakarta -

Islam mengajarkan rasa kasih dan kepedulian terhadap sesama, tanpa memandang agama atau keyakinan yang mereka anut. Salah satu wujud dari kasih sayang dan kepedulian tersebut adalah dengan memberikan perhatian kepada anak yatim, termasuk yang bukan beragama Islam.

Imam Nawawi dalam kitab al-Majmu' Syarah al-Muhadzab menyatakan bahwa diperbolehkan memberikan sedekah kepada non muslim, termasuk anak yatim non muslim, dan orang yang memberikan sedekah akan mendapatkan pahala yang besar. Beliau menyatakan sebagai berikut:

"Disunahkan untuk memberikan sedekah kepada orang-orang sholeh, orang baik, orang yang menjaga kehormatan dan orang yang membutuhkan. Namun, apabila memberikan sedekah kepada orang yang tergolong fasiq atau orang non muslim dari kalangan Yahudi, Nasrani, atau Majusi, hukumnya tetap sah dan akan mendapat pahala. Penulis kitab Albayan menyatakan, Asshaimiri berkata: 'Sama halnya dengan non muslim yang memusuhi kaum Muslim (boleh diberikan sedekah).' Dasar dalam masalah ini adalah firman Allah, 'Dan mereka memberikan makanan yang disukainya kepada orang miskin, anak yatim, dan orang yang ditawan.' Dan diketahui bersama bahwa orang yang ditawan adalah non muslim yang memusuhi kaum Muslim."

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Poin ini juga disampaikan dalam kitab Al-Mausuah al-Fiqhiyah al-Kuwaitiyah, yang menegaskan bahwa memberikan sedekah kepada non muslim diizinkan, kecuali untuk sedekah wajib seperti zakat atau kifarat. Beliau menyatakan sebagai berikut:

ุนูŽู„ูŽู‰ ุตูุญูŽู‘ุฉู ุงู„ุตูŽู‘ุฏูŽู‚ูŽุฉู ุฃูŽูˆู ุงู„ู’ู‡ูุจูŽุฉู ู„ูู„ู’ุญูŽุฑู’ุจููŠูู‘ุ› ู„ุฃูŽูู†ูŽู‘ู‡ู ุซูŽุจูŽุชูŽ ูููŠ ุงู„ุณูู‘ูŠุฑูŽุฉู ุฃูŽู†ูŽู‘ ุงู„ู†ูŽู‘ุจููŠูŽู‘ ุตูŽู„ูŽู‘ู‰ ุงู„ู„ูŽู‘ู‡ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ูˆูŽุณูŽู„ูŽู‘ู…ูŽ ุฃูŽู‡ู’ุฏูŽู‰ ุฅูู„ูŽู‰ ุฃูŽุจููŠ ุณููู’ูŠูŽุงู†ูŽ ุชูŽู…ู’ุฑูŽ ุนูŽุฌู’ูˆูŽุฉูุŒ ุญููŠู†ูŽ ูƒูŽุงู†ูŽ ุจูู…ูŽูƒูŽู‘ุฉูŽ ู…ูุญูŽุงุฑูุจู‹ุงุŒ ูˆูŽุงุณู’ุชูŽู‡ู’ุฏูŽุงู‡ู ุฃูŽุฏูŽู…ู‹ุง. ูˆูŽุจูŽุนูŽุซูŽ ุจูุฎูŽู…ู’ุณูู…ูุงุฆูŽุฉู ุฏููŠู†ูŽุงุฑู ุฅูู„ูŽู‰ ุฃูŽู‡ู’ู„ ู…ูŽูƒูŽู‘ุฉูŽ ุญููŠู†ูŽ ู‚ูŽุญูŽุทููˆุง ู„ูุชููˆูŽุฒูŽู‘ุนูŽ ุจูŽูŠู’ู†ูŽ ููู‚ูŽุฑูŽุงุฆูู‡ูู…ู’ ูˆูŽู…ูŽุณูŽุงูƒููŠู†ูู‡ูู…ู’

ADVERTISEMENT

"Keempat Imam sepakat tentang keterimaan sedekah atau hibah kepada kafir harbi. Sejarah juga mencatat bahwa Nabi Muhammad Shalallahu Alaihi Wassalam memberikan kurma ajwa sebagai hadiah kepada Sufyan yang sebelumnya pernah berperang melawan Nabi ketika Nabi berada di Makkah, bahkan ia juga meminta lauk. Nabi juga pernah mengirim 500 dinar kepada penduduk Makkah ketika mereka mengalami paceklik, dengan tujuan agar uang tersebut dibagikan kepada orang-orang fakir dan miskin di antara penduduk Makkah." (Kementerian Waqaf, Al-Mausu'ah Al-Fiqhiyah Al-Kuwaitiyah, [Kuwait, Darus Salasil: 1427 H], jilid VII, halaman 112).

Hal itu sebagaimana firman Allah dalam surah Al-Insan ayat 8:

ูˆูŽูŠูุทู’ุนูู…ููˆู†ูŽ ุงู„ุทูŽู‘ุนูŽุงู…ูŽ ุนูŽู„ูŽู‰ ุญูุจูู‘ู‡ู ู…ูุณู’ูƒููŠู†ู‹ุง ูˆูŽูŠูŽุชููŠู…ู‹ุง ูˆูŽุฃูŽุณููŠุฑู‹ุง

Artinya: "Dan mereka dengan sukacita memberikan makanan kepada orang-orang miskin, anak yatim, dan tawanan"

Ayat ini secara umum menekankan pentingnya memberi makan kepada mereka yang membutuhkan, termasuk anak yatim. Ayat ini tidak membedakan antara anak yatim muslim dan non muslim.

Selain itu, Rasulullah Shalallahu Alaihi Wassalam juga bersabda:

ุนูŽู†ู’ ุฃูŽุจููŠ ู‡ูุฑูŽูŠู’ุฑูŽุฉูŽ ุฑูŽุถููŠูŽ ุงู„ู„ูŽู‘ู‡ู ุนูŽู†ู’ู‡ู ู‚ูŽุงู„ูŽ ู‚ูŽุงู„ูŽ ุฑูŽุณููˆู„ู ุงู„ู„ูŽู‘ู‡ู ุตูŽู„ูŽู‘ู‰ ุงู„ู„ูŽู‘ู‡ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ูˆูŽุณูŽู„ูŽู‘ู…ูŽ ูƒูŽุงููู„ู ุงู„ู’ูŠูŽุชููŠู…ู ู„ูŽู‡ู ุฃูŽูˆู’ ู„ูุบูŽูŠู’ุฑูู‡ู ุฃูŽู†ูŽุง ูˆูŽู‡ููˆูŽ ูููŠ ุงู„ู’ุฌูŽู†ูŽู‘ุฉู ูƒูŽู‡ูŽุงุชูŽูŠู’ู†ู ูˆูŽุฃูŽุดูŽุงุฑูŽ ุจูุงู„ุณูŽู‘ุจูŽู‘ุงุจูŽุฉู ูˆูŽุงู„ู’ูˆูุณู’ุทูŽู‰ ูˆูŽููŽุฑูŽู‘ุฌูŽ ุจูŽูŠู’ู†ูŽู‡ูู…ูŽุง

"Dari Abu Hurairah RA, dia berkata, Rasulullah Shalallahu Alaihi Wassalam bersabda: Orang yang merawat anak yatim, baik anak itu merupakan kerabat darahnya atau bukan, dia dan aku akan bersama-sama di surga seperti ini." Dan Rasulullah SAW mengisyaratkan jari telunjuk dan jari tengahnya, sambil memberi jarak di antara keduanya."

Hadits ini mengindikasikan bahwa seseorang yang memberikan perhatian kepada anak yatim, tanpa memandang agama mereka, akan mendapatkan kemuliaan di surga. Wallahu a'lam.




(hnh/lus)

Hide Ads