Mempercayai keberadaan nabi dan rasul termasuk rukun iman dalam ajaran Islam. Adapun keduanya merupakan hal yang berbeda. Oleh karena itu, penting mengetahui perbedaan antara nabi dan rasul. Berikut penjelasannya!
1. Perbedaan Berdasarkan Pengertiannya
Secara bahasa, nabi berasal dari kata naba'a yang berarti berita atau informasi, sementara rasul berasal dari kata rasala yang berarti utusan atau penyampaian.
Mengutip buku Pendidikan Agama Islam untuk Jenjang Perguruan Tinggi yang disusun oleh Fadhil Santosa dan Wawan Ridwan, rasul adalah manusia pilihan yang diberi wahyu oleh Allah untuk dirinya sendiri dan mempunyai kewajiban untuk menyampaikan wahyu yang diberi Allah untuk umatnya.
Sementara itu, nabi adalah manusia pilihan yang diberi wahyu oleh Allah untuk dirinya sendiri tetapi tidak wajib menyampaikannya kepada umatnya. Oleh karena itu, nabi diutus kepada kaum yang sudah beriman sedangkan rasul diutus kepada kaum yang belum beriman (kafir).
Jadi, dapat diketahui bahwa perbedaan nabi dan rasul terletak pada ada atau tidaknya umat atau kaum yang mereka miliki. Seorang nabi jelas tidak memiliki umat atau kaum yang menjadi tanggung jawab mereka sebagai sasaran dakwah. Apabila rasul memiliki sifat tabligh (menyampaikan), maka nabi tidak memiliki sifat tersebut.
Merangkum buku Pendidikan Keluarga yang disusun oleh Shabri Shaleh Anwar dan Masyunita, kenabian merupakan syarat dari kerasulan. Sehingga, seorang utusan Allah tidak bisa menjadi rasul kecuali dirinya adalah seorang nabi. Rasul adalah hakim di antara umatnya, sementara nabi hanya diutus untuk mendakwahkan syariat sebelumnya yang sudah ada.
2. Perbedaan Berdasarkan Jumlahnya
Dijelaskan dalam buku Pendidikan Agama Islam-Akidah Akhlak oleh Dr. H. Muhiyi Shubhie, MM., jumlah nabi ada 120.000 orang dan rasul berjumlah 313 orang. Dari 313 rasul, hanya 25 orang saja yang disebutkan dalam kitab suci Al-Qur'an.
Dalam hadits yang diriwayatkan dari Abu Dzar, ia berkata:
قُلْتُ: يَا رَسُولَ اللَّهِ ، كَمِ الْأَنْبِيَاءُ؟ قَالَ : مِائَةُ أَلْفٍ وَعِشْرُونَ أَلْفًا . قُلْتُ : يَا رَسُولَ اللَّهِ ، كَمَ الرُّسُلُ مِنْ ذَلِكَ؟ قَالَ: ثَلَاثُ مِائَةٍ وَثَلَاثَةَ عَشَرَ جَمَّا غَفِيرًا ، ثُمَّ قَالَ : يَا أَبَا ذَرِّ أَرْبَعَةٌ سُرْيَانِيُّونَ : آدَمُ ، وَشِيثُ ، وَأَخْنُوخُ وَهُوَ إِدْرِيسُ ، وَهُوَ أَوَّلُ مَنْ خَطَ بِالْقَلَمِ ، وَنُوحٍ وَأَرْبَعَةٌ مِنَ الْعَرَبِ : هُودٌ ، وَشُعَيْبٌ ، وَصَالِحٌ ، وَنَبِيُّكَ محَمَّدٌ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
Artinya: 'Aku bertanya: 'Ya Rasulullah! Berapa jumlah Nabi?' Beliau bersabda, "Jumlah mereka 120.000 orang." Aku bertanya lagi, 'Berapa jumlah rasul Ya Rasulullah?' Beliau menjawab, "Mereka 313 orang." Kemudian Beliau bersabda, "Wahai Abu Dzar! 4 orang dari mereka dari bangsa Suryaniyah; yaitu Adam, Sits, Idris dan Nuh. Sementara 4 dari bangsa Arab, yaitu Hud, Syu'aib, Saleh dan Nabimu Muhammad SAW." (HR Ibnu Hibban).
3. Perbedaan Berdasarkan Proses Penerimaan Wahyu
Masih mengutip dari sumber yang sama, perbedaan nabi dan rasul dapat dilihat dari cara turunnya wahyu. Nabi hanya mendapatkan wahyu melalui mimpi, sedangkan rasul dapat menerima wahyu melalui mimpi maupun melalui malaikat serta dapat melihat dan berkomunikasi secara langsung dengan malaikat.
Nabi yang menerima wahyu untuk dirinya sendiri juga hanya berugas untuk melanjutkan syariat yang telah disampaikan oleh nabi-nabi sebelumnya. Tidak seperti rasul yang datang membawa syariat baru. Berbeda dengan rasul yang mendapatkan kitab suci dari Allah, nabi tidak mendapatkannya.
4. Perbedaan Berdasarkan Cara Penyampaian Wahyu
Al-Qur'an menegaskan adanya perbedaan derajat di antara para nabi dan rasul dan juga perbedaan dari cara mereka menyampaikan wahyu. Sebagaimana disebutkan dalam surat Al Baqarah ayat 253:
تِلْكَ الرُّسُلُ فَضَّلْنَا بَعْضَهُمْ عَلٰى بَعْضٍۘ مِنْهُمْ مَّنْ كَلَّمَ اللّٰهُ وَرَفَعَ بَعْضَهُمْ دَرَجٰتٍۗ وَاٰتَيْنَا عِيْسَى ابْنَ مَرْيَمَ الْبَيِّنٰتِ وَاَيَّدْنٰهُ بِرُوْحِ الْقُدُسِۗ وَلَوْ شَاۤءَ اللّٰهُ مَا اقْتَتَلَ الَّذِيْنَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ مِّنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَتْهُمُ الْبَيِّنٰتُ وَلٰكِنِ اخْتَلَفُوْا فَمِنْهُمْ مَّنْ اٰمَنَ وَمِنْهُمْ مَّنْ كَفَرَ ۗوَلَوْ شَاۤءَ اللّٰهُ مَا اقْتَتَلُوْاۗ وَلٰكِنَّ اللّٰهَ يَفْعَلُ مَا يُرِيْدُ
Artinya: Rasul-rasul itu Kami lebihkan sebagian mereka dari sebagian yang lain. Di antara mereka ada yang (langsung) Allah berfirman dengannya dan sebagian lagi ada yang ditinggikan-Nya beberapa derajat. Dan Kami beri Isa putra Maryam beberapa mukjizat dan Kami perkuat dia dengan Rohulkudus. Kalau Allah menghendaki, niscaya orang-orang setelah mereka tidak akan berbunuh-bunuhan, setelah bukti-bukti sampai kepada mereka. Tetapi mereka berselisih, maka ada di antara mereka yang beriman dan ada (pula) yang kafir. Kalau Allah menghendaki, tidaklah mereka berbunuh-bunuhan. Tetapi Allah berbuat menurut kehendak-Nya.
Dalam ayat tersebut dijelaskan tentang nabi yang fadhil (utama) dan nabi yang afdhal (lebih utama). Berdasarkan sumber-sumber yang telah dipaparkan, dapat disimpulkan bahwa cara termudah membedakan nabi dan rasul terletak pada tugasnya dalam mengemban dakwah di muka bumi. Jadi, seorang rasul sudah pasti seorang nabi tetapi seorang nabi belum tentu mengemban tugas sebagai seorang rasul.
Itulah penjelasan terkait perbedaan nabi dan rasul dalam Islam sesuai Al-Qur'an dan hadits. Dengan memahami perbedaan tersebut, umat muslim dapat meningkatkan keimanan terhadap rasul-Nya dan ketakwaan kepada Allah SWT.
(dvs/dvs)
Komentar Terbanyak
Ada Penolakan, Zakir Naik Tetap Ceramah di Kota Malang
Sosok Ulama Iran yang Tawarkan Rp 18,5 M untuk Membunuh Trump
Respons NU dan Muhammadiyah Malang soal Ceramah Zakir Naik di Stadion Gajayana