Kisah Nabi Nuh Membuat Perahu Besar, Selamatkan Umatnya dari Azab Allah

Kisah Nabi Nuh Membuat Perahu Besar, Selamatkan Umatnya dari Azab Allah

Anisa Rizki Febriani - detikHikmah
Selasa, 20 Jun 2023 05:00 WIB
Nabi Nuh
Ilustrasi Nabi Nuh (Foto: Mindra Purnomo)
Jakarta -

Nabi Nuh merupakan satu dari 25 nabi dan rasul yang dikisahkan dalam Al-Qur'an. Bahkan, ia termasuk ke dalam Ulul Azmi.

Ulul Azmi adalah gelar kenabian istimewa yang Allah berikan kepada para rasul dengan kedudukan khusus, ini disebabkan karena mereka memiliki keteguhan hati, ketabahan, dan kesabaran luar biasa dalam menghadapi segala ujian seperti dijelaskan oleh Khalid Muhammad Khalid dalam Hadza Al-Rasul.

Dakwa Nabi Nuh diperuntukkan bagi Bani Rasib untuk menyampaikan tauhid. Selama masa kenabiannya, ia memperoleh kurang lebih 70 orang pengikut beserta 8 anggota keluarganya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Bani Rasib memperlakukan Nabi Nuh dengan hina, mereka bahkan menyekutukan Allah. Mengutip dari buku Mutiara Kisah 25 Nabi dan Rasul oleh M Arief Hakim, kaum Nabi Nuh terkenal congkak dan zalim.

Mereka sangat kaya, materialis dan suka meremehkan orang lain. Menurutnya harta benda dan materi adalah satu-satunya tolak ukur untuk mengangkat martabat dan harga diri manusia.

ADVERTISEMENT

Bahkan, fakir miskin sangat diremehkan dan dipandang sebelah mata. Alih-alih ditolong, mereka malah ditindas.

Para budak dan binatang juga menjadi korban dari kezaliman kaum Nabi Nuh. Melihat hal itu, Nabi Nuh sangat sedih, karenanya ia terus berusaha berdakwah dengan harapan mereka mengikuti ajaran tauhid.

Sayangnya, meski berdakwah sangat lama, pengikut Nabi Nuh hanya sedikit. Kadang-kadang Nabi Nuh merasa lelah dan hampir putus asa, namun Allah selalu membesarkan hatinya.


Sampai suatu ketika, Nabi Nuh memperingatkan kaumnya akan azab dan bencana yang akan melanda. Peringatan itu justru ditantang oleh kaum Nabi Nuh, mereka menganggap beliau pembual.

Akhirnya, Nabi Nuh berdoa dan memohon kepada Allah agar kaumnya diberi pelajaran. Saking zalimnya, tak jarang mereka mengusir Nabi Nuh dan para pengikutnya, bahkan mengancam akan membunuh atau mencelakakannya.

Peringatan banjir yang dahsyat tidak dihiraukan. Nabi Nuh bersama pengikutnya lantas membuat perahu besar dengan cara bergotong-royong.

Kaum Nabi Nuh mengolok-olok mereka dan merasa heran, "Hai Nuh, kalian memang sudah gila. Buat apa membuat perahu, sementara air laut saja tidak ada!"

Setelah Nabi Nuh dan pengikutnya berhasil membuat perahu besar, penghinaan yang dilontarkan oleh kaum Nuh makin menjadi-jadi. Mereka bahkan melakukan penghinaan dengan cara membuang hajat di atas perahu Nuh, menjadikannya sebagai tempat buang air.

Walau begitu, Nabi Nuh kerap memperingatkan mereka akan azab banjir besar yang Allah hendak jatuhkan. Sayangnya, mereka makin semena-mena dan kerap menyebut Nabi Nuh pembohong.

Setelah Nabi Nuh dan pengikutnya membersihkan perahu dari tinja, mereka bersiap-siap sambil membawa perbekalan. Atas izin Allah, dalam perahu itu bahkan ada juga hewan-hewan yang ikut.

Benar saja, banjir bandang menerpa. Saking dahsyatnya banjir tersebut, Allah menganjurkan Nabi Nuh untuk menyelamatkan sejumlah hewan dan binatang piaraan yang menumpang di perahunya.

Saking besarnya banjir tersebut, dianalogikan seperti gulungan air yang bertabrakan juga naik ke atas sehingga membentuk gunung. Perahu itu terombang-ambing oleh air yang menenggelamkan orang-orang kafir.

Ketika Nabi Nuh memandangi banjir tersebut, beliau melihat anaknya, Kan'aan dan berkata, "Wahai anakku, berimanlah kepada Allah. Naiklah ke atas perahu ini sebelum kamu ditelan oleh gelombang air itu, dan ikut binasa bersama orang-orang kafir itu."

Kan'aan menjawab seperti dalam Surah Hud ayat 43, "Aku akan mencari perlindungan ke gunung yang dapat memeliharaku dari air bah!"

Nuh berkata lagi sesuai dalam Surah Hud ayat 43, "Tidak ada yang melindungi hari ini dari azab Allah selain Allah (saja) yang Maha Penyayang."

Setelah semua penghuni Bumi dan orang kafir tenggelam, kecuali orang-orang yang berada di atas perahu, Allah memerintahkan Bumi untuk menghisap air yang memenuhi daratan, dan langit untuk segera berhenti menurunkan hujan. Atas kuasa Allah, perahu tersebut berlabuh di Gunung al-Juudi, satu-satunya gunung yang tidak tenggelam.




(aeb/nwk)

Hide Ads