Kriteria Debu untuk Tayamum Menurut Mazhab Syafi'i

Kriteria Debu untuk Tayamum Menurut Mazhab Syafi'i

Nilam Isneni - detikHikmah
Senin, 15 Mei 2023 15:30 WIB
A sportsman chalks his hands in front of a black background
Ilustrasi kriteria debu untuk tayamum menurut mazhab Syafi'i. Foto: Getty Images/iStockphoto/Kolbz
Jakarta - Tayamum bisa kita lakukan untuk menggantikan wudhu dengan menggunakan debu. Berikut penjelasan kriteria debu untuk tayamum.

Dalil mengenai tayamum bersandar pada firman Allah SWT dalam surah Al-Maidah ayat 6,

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اِذَا قُمْتُمْ اِلَى الصَّلٰوةِ فَاغْسِلُوْا وُجُوْهَكُمْ وَاَيْدِيَكُمْ اِلَى الْمَرَافِقِ وَامْسَحُوْا بِرُءُوْسِكُمْ وَاَرْجُلَكُمْ اِلَى الْكَعْبَيْنِۗ وَاِنْ كُنْتُمْ جُنُبًا فَاطَّهَّرُوْاۗ وَاِنْ كُنْتُمْ مَّرْضٰٓى اَوْ عَلٰى سَفَرٍ اَوْ جَاۤءَ اَحَدٌ مِّنْكُمْ مِّنَ الْغَاۤىِٕطِ اَوْ لٰمَسْتُمُ النِّسَاۤءَ فَلَمْ تَجِدُوْا مَاۤءً فَتَيَمَّمُوْا صَعِيْدًا طَيِّبًا فَامْسَحُوْا بِوُجُوْهِكُمْ وَاَيْدِيْكُمْ مِّنْهُ ۗمَا يُرِيْدُ اللّٰهُ لِيَجْعَلَ عَلَيْكُمْ مِّنْ حَرَجٍ وَّلٰكِنْ يُّرِيْدُ لِيُطَهِّرَكُمْ وَلِيُتِمَّ نِعْمَتَهٗ عَلَيْكُمْ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُوْنَ ٦

Artinya: "Wahai orang-orang yang beriman, apabila kamu berdiri hendak melaksanakan salat, maka basuhlah wajahmu dan tanganmu sampai ke siku serta usaplah kepalamu dan (basuh) kedua kakimu sampai kedua mata kaki. Jika kamu dalam keadaan junub, mandilah. Jika kamu sakit, dalam perjalanan, kembali dari tempat buang air (kakus), atau menyentuh perempuan, lalu tidak memperoleh air, bertayamumlah dengan debu yang baik (suci); usaplah wajahmu dan tanganmu dengan (debu) itu. Allah tidak ingin menjadikan bagimu sedikit pun kesulitan, tetapi Dia hendak membersihkan kamu dan menyempurnakan nikmat-Nya bagimu agar kamu bersyukur."

Sayyid Sabiq dalam Kitab Fiqih Sunnah menjelaskan mengenai jenis debu untuk tayamum. Tayamum bisa dilakukan dengan menggunakan debu yang suci dan semua jenis tanah, seperti pasir (raml), batu (hajar), atau kapur (jash).

Para ulama sepakat bahwa kata sha'id (debu) adalah permukaan tanah, baik itu berupa debu atau bukan.

Orang yang melakukan tayamum diwajibkan untuk berniat terlebih dahulu. Lalu mengucapkan basmallah dan memukulkan kedua tangannya ke debu yang suci, kemudian mengusapkan debu itu ke wajah dan kedua tangannya hingga siku.

Hal ini sebagaimana diriwayatkan hadits shahih oleh Amar RA, "Suatu ketika aku dalam keadaan junub, tapi tidak menemukan air. Kemudian aku berguling-guling di atas pasir lalu mengerjakan salat. Aku menceritakan hal itu kepada Rasulullah SAW. Beliau bersabda,

إِنَّا كَانَ يَكْفِيكَ هَكَذَا

Artinya: 'Kamu cukup melakukan ini.'

Lalu beliau memukulkan kedua tangannya ke tanah, meniupnya, lalu mengusap wajah dan kedua tangannya dengan debu tersebut." (Diriwayatkan oleh Bukhari dalam Shahih Bukhari, Kitab at-Tayamum)

إِنَّمَا كَانَ يَكْفِيكَ أَنْ تَضْرِبَ بِيَدَيْكَ الْأَرْضَ ثُمَّ تَنْفُحَ ثُمَّ تَمْسَحَ بِهِمَا وَجْهَكَ وَكَفَّيْكَ إِلَى الرَّسْغَيْن

Artinya: "Kamu cukup memukulkan kedua tanganmu pada debu, lalu kamu tiup, kemudian kamu usapkan kepada wajah dan kedua tanganmu hingga siku."

Mengutip Kitab Fiqhul Islam wa Adillatuhu Juz 1 karya Wahbah az-Zuhaili, menurut ulama Syafi'i tidak diperbolehkan bertayamum kecuali dengan tanah suci yang mempunyai debu yang dapat melekat di tangan.

Adapun debu yang terbakar tidak diperbolehkan. Seandainya tanah tersebut licin atau basah dan tidak berdebu, maka tanah jenis itu tidak mencukupi untuk bertayamum.

Ulama Syafi'i juga mengatakan bahwa bertayamum dengan pasir yang berdebu juga diperbolehkan. Mazhab Syafi'i tidak memperbolehkan tayamum dengan pahan petroleum, sulfur, bahan bakar, kapur, dan yang semacamnya.

Hal itu dikarenakan, semua jenis itu tidak termasuk jenis debu. Termasuk tidak boleh bertayamum dengan debu yang bercampur dengan tepung dan semacamnya, seperti za'faran dan kapur, sebab ia menghalangi sampainya debu ke anggota badan.

Demikian juga tidak boleh bertayamum dengan menggunakan kapur yang dimasak, karena ia bukanlah debu. Juga tidak boleh menggunakan sabkhah (tanah yang bergaram) dan bahan-bahan semacamnya yang tidak berdebu.

Tayamum juga tidak diperbolehkan menggunakan tanah liat, sebab ia tidak berdebu. Demikian juga tidak boleh dengan tanah yang najis, sama seperti wudhu.


(kri/kri)

Hide Ads