Sebagai bulan yang dianjurkan untuk dihiasi dengan berbagai amalan dan ibadah, bulan Syawal menjadi perpanjangan tangan dari bulan Ramadan dan menjadi bulan pembuktian keimanan umat muslim. Selain itu, bulan Syawal pun disebut sebagai bulan kemenangan dan pertanda kembali suci.
Keutamaan Bulan Syawal dalam Ajaran Islam
1. Bulan Kemenangan
Selain bulan Ramadan, bulan Syawal juga dapat disebut sebagai bulan kemenangan karena menandai berakhirnya ujian melawan hawa nafsu di bulan Ramadan. Seseorang yang menjalankan puasa Ramadan dengan penuh keikhlasan dan bersungguh-sungguh mengharap ridha Allah maka akan merasa kembali dalam keadaan suci sebagaimana bayi yang baru lahir.
Adapun bulan Syawal juga menjadi bulan yang penting dalam sejarah perkembangan Islam. Selain menjadi bulan nikah, di mana Rasulullah mematahkan anggapan kaum jahiliyah bahwa Syawal adalah bulan yang sial dengan menikahi Aisyah RA di bulan Syawal, terjadi banyak peristiwa di bulan ini.
Mengutip buku Ensiklopedi Sejarah Islam yang disusun oleh Tim Riset dan Studi Islam Mesir, dalam meluaskan ekspansi untuk berdakwah Rasulullah memerangi penduduk Tsaqif setelah hijrah ke Thaif yang berjarak sekitar 60 mil dari Mekkah selama 15 malam pada bulan Syawal tahun 8 Hijriah.
Rasulullah mendapat begitu banyak cobaan dan banyak dari mereka tidak mau memeluk Islam. Namun, atas ketabahan dan rasa sayangnya kepada umatnya, Rasulullah tidak meminta Allah untuk memberikan mereka azab tetapi ingin mereka melahirkan generasi baru yang kelak akan memeluk Islam, tidak menyekutukan Allah, dan menjadi insan yang mulia.
2. Penyempurna Bulan Ramadan
Sebagai penyempurna dari kekurangan amalan-amalan di bulan Ramadan yang barangkali dirusak oleh keburukan-keburukan seperti misalnya berghibah, marah, dan lain sebagainya. Amalan sunnah yang dikerjakan di bulan Syawal dapat menjadi pelengkap, salah satunya adalah puasa Syawal.
Dalam Islam, puasa Syawal hukumnya sunnah, boleh dikerjakan dan boleh tidak. Namun, orang yang melaksanakannya (setelah melakukan puasa wajib di bulan Ramadan), maka pahalanya (puasa Ramadan ditambah puasa Syawal) sama dengan berpuasa satu tahun.
Mengutip buku Rahasia Puasa Sunah oleh Ahmad Syahirul Alim, sebagian ulama berkesimpulan bahwa berpuasa Ramadan dilanjutkan dengan enam hari Syawal pahalanya sama dengan berpuasa wajib selama setahun penuh. Hal ini sesuai dengan sabda Rasulullah SAW,
مَنْ صَامَ رَمَضَانَ ثُمَّ أَتْبَعَهُ سِتًّا مِنْ شَوَّالٍ كَانَ كَصِيَامِ الدَّهْر
Artinya: "Barangsiapa berpuasa Ramadan, kemudian melanjutkannya dengan enam hari di bulan Syawal, maka ia seakan berpuasa sepanjang tahun." (HR Muslim, Abu Daud, dan Tizmidzi).
Adapun dalam riwayat Ibnu Majah disebutkan bahwa Allah melipatgandakan pahala seseorang yang berpuasa pada bulan Syawal.
حَدَّثَنَا هِشَامُ بْنُ عَمَّارٍ، حَدَّثَنَا بَقِيَّةُ، حَدَّثَنَا صَدَقَةُ بْنُ خَالِدٍ، حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ الْحَارِثِ الذِّمَارِيُّ، قَالَ سَمِعْتُ أَبَا أَسْمَاءَ الرَّحَبِيَّ، عَنْ ثَوْبَانَ، مَوْلَى رَسُولِ اللَّهِ ـ صلى الله عليه وسلم ـ عَنْ رَسُولِ اللَّهِ ـ صلى الله عليه وسلم ـ أَنَّهُ قَالَ " مَنْ صَامَ سِتَّةَ أَيَّامٍ بَعْدَ الْفِطْرِ كَانَ تَمَامَ السَّنَةِ
Artinya: Seperti dinarasikan dari Thawban, seorang budak yang dibebaskan Rasulullah, Nabi SAW berkata, "Siapa saja yang puasa enam hari setelah Idul Fitri akan berpuasa selama satu tahun tersebut, dengan satu kebaikan dihargai 10 kebaikan serupa."
Ceceng Salamudin, M.Ag dalam bukunya Ternyata Shalat & Puasa Sunah Dapat Mempercepat Kesuksesan, menerangkan bahwa hadits tentang puasa Syawal tidak mensyaratkan bahwa orang yang melaksanakannya harus orang yang puasa Ramadannya telah terpenuhi terlebih dahulu.
Konsep qadha puasa pun berdasarkan Al-Qur'an tidak harus dilakukan pada bulan Syawal, tetapi pada hari lain di luar bulan Ramadan (dan berarti bisa juga di luar bulan Syawal).
Artinya, hari-hari untuk mengqadha puasa Ramadan bisa kapan saja, tetapi hari-hari puasa Syawal hanya ada pada bulan Syawal saja. Jadi, waktu untuk melaksanakannya lebih terbatas daripada untuk melaksanakan qadha Ramadan.
Dengan demikian, bagi orang yang memiliki qadha puasa Ramadan diperbolehkan melaksanakan enam hari puasa Syawal dengan keutamaan yang sama dengan orang yang melaksanakan puasa Syawal dan tidak mempunyai qadha Ramadan.
3. Waktu yang Tepat untuk Menjalin Silaturahmi
Setelah merayakan hari pertama bulan Syawal dengan ibadah sholat Idul Fitri, seorang muslim dapat mengunjungi rumah saudara, tetangga, dan orang-orang terdekat lainnya untuk menjalin silaturahmi.
Hal ini adalah tradisi yang telah diajarkan oleh Rasulullah kepada umatnya sebagai bentuk implementasi membangun hubungan antarmanusia (hablumminannas). Sebagai makhluk sosial, manusia perlu saling membaur dan bahu membahu membantu dalam kebaikan.
Rasulullah bersabda,
تَعْبُدُ اللَّهَ لاَ تُشْرِكُ بِهِ شَيْئًا، وَتُقِيمُ الصَّلاَةَ، وَتُؤْتِي الزَّكَاةَ، وَتَصِلُ الرَّحِمَ، ذَرْهَ
Artinya: "Beribadahlah pada Allah SWT dengan sempurna jangan syirik, dirikanlah sholat, tunaikan zakat, dan jalinlah silaturahmi dengan orang tua dan saudara." (HR Bukhari).
Adapun ketika berjumpa dengan muslim lainnya, hendaknya juga saling meminta maaf dan memaafkan karena dengan hati dan pikiran yang kembali suci maka segala macam pikiran buruk dan emosi akan sirna.
Itulah keutamaan-keutamaan dari bulan Syawal yang disebut sebagai bulan berlimpah rezeki. Memaksimalkan amalan sunnah dan juga mencontoh sikap dan kebiasaan baik Rasulullah menjadi poin penting yang harus diterapkan oleh setiap muslim. Semoga bermanfaat.
(dvs/dvs)
Komentar Terbanyak
Ada Penolakan, Zakir Naik Tetap Ceramah di Kota Malang
Sosok Ulama Iran yang Tawarkan Rp 18,5 M untuk Membunuh Trump
Respons NU dan Muhammadiyah Malang soal Ceramah Zakir Naik di Stadion Gajayana