Ketika mempelajari ilmu hadits dikenal istilah mutawatir yang dihubungkan dengan banyaknya jumlah perawi. Berikut penjelasan beserta ciri-ciri hadits mutawatir.
Mengutip buku Ilmu Memahami Hadits Nabi oleh Ma'shum Zein, kata "mutawatir" secara bahasa memiliki arti 'mutatabi' yang bermakna beruntun atau beriring-iringan antara satu dengan yang lain tanpa ada jarak.
Sementara menurut istilah, para ulama punya pendapatnya masing-masing mengenai definisi hadits mutawatir. As-Suyuthi mengemukakan hadits mutawatir adalah hadits yang diriwayatkan oleh sejumlah besar perawi, yang menurut adat mustahil bagi mereka bersepakat terlebih dahulu untuk berdusta.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Syaikh Manna Al-Qaththan dalam buku Pengantar Studi Ilmu Hadits mengungkapkan definisi "mutawatir" yang berasal dari kata 'at-tawatur' artinya berurutan.
Adapun hadits mutawatir menurut istilah yakni hadits yang diriwayatkan oleh banyak perawi pada setiap tingkatan sanadnya dan menurut akal tidak memungkinkan mereka sepakat untuk berdusta dan memalsukan hadits. Dalam meriwayatkan hadits, para perawi satu ini bersandar pada sesuatu yang bisa diketahui dengan panca indera, seperti pendengaran.
Dengan begitu, perawi hadits mutawatir dikatakan mustahil untuk berbohong dalam periwayatannya.
Hukum Hadits Mutawatir
Dinyatakan oleh Syaikh Mahmud Ath-Thahhan dalam buku Musthalahul Hadits, perkataan, perbuatan maupun ketetapan Rasulullah SAW yang dikabarkan melalui hadits mutawatir, seluruhnya menunjukkan ilmu yang pasti dan diterima tanpa perlu dikaji kembali kondisi perawinya.
Kepastian hadits mutawatir diibaratkan seperti kebenaran yang disaksikan langsung oleh mata seseorang, sehingga tak perlu diragukan lagi.
Ciri-ciri Hadits Mutawatir
Fu'ad Abdul Baqi dalam kitab Shahih Bukhari-Muslim menyebutkan sejumlah kriteria dari hadits mutawatir, sebagai berikut:
- Diriwayatkan banyak perawi. Para ahli hadits berbeda pandangan perihal jumlah minimal perawi hadits mutawatir ini. Abu Thayyib berpendapat paling sedikit empat orang perawi, sedang Syaikh Mahmud ath-Thahhan menyebut 10 orang.
- Jumlah banyak orang yang meriwayatkannya ini ada pada semua tingkatan sanadnya.
- Menurut adat, mustahil para perawi sepakat untuk berbohong lantaran mereka berada di negeri atau bangsa yang berbeda.
- Sandaran hadits ini dilakukan menggunakan pancaindra, misal pendengaran atau penglihatan. Sehingga kalimat haditsnya seperti "kami mendengar.." atau "kami melihat.." Jika penyandaran hadits berlandaskan akal perawi maka tidak disebut sebagai hadits mutawatir.
Jika melihat ciri-cirinya di atas, terdapat ulama yang menyebut keberadaan hadits mutawatir tidak ada sama sekali. Tetapi Syaikh Manna Al-Qaththan berkata lain. Menurutnya hadits mutawatir itu ada, tetapi jumlahnya tak cukup banyak bila dibanding hadits ahad.
Macam-macam Hadits Mutawatir dan Contohnya
Untuk pembagian hadits mutawatir, para ulama mengemukakan dua jenisnya:
- Mutawatir Lafzhi, yaitu hadits yang mutawatir lafaz dan maknanya. Contoh hadits riwayat Abu Hurairah, "Barangsiapa yang berdusta atas (nama) ku secara sengaja, maka hendaklah ia bersiap-siap mengambil tempat duduknya di neraka." (HR Bukhari). Dikatakan bahwa hadits ini diriwayatkan lebih dari 70 sahabat, dan jumlah yang meriwayatkannya terus bertambah.
- Mutawatir Maknawi, yakni hadits yang maknanya mutawatir sementara lafaznya tidak.
Contohnya: Perihal mengangkat tangan ketika berdoa. Hadits-hadits yang meriwayatkan seperti ini terdapat sekitar 100 hadits.
(erd/erd)
Komentar Terbanyak
Saudi, Qatar dan Mesir Serukan agar Hamas Melucuti Senjata untuk Akhiri Perang Gaza
Dari New York, 15 Negara Barat Siap Akui Negara Palestina
Daftar Kekayaan Sahabat Nabi