Pengertian Hadits Shahih dan Bedanya dengan Hasan-Dhaif

Pengertian Hadits Shahih dan Bedanya dengan Hasan-Dhaif

Kristina - detikHikmah
Senin, 19 Des 2022 14:30 WIB
Mess on the desk. Open vintege books everywhere
Ilustrasi kitab hadits shahih. Foto: Getty Images/iStockphoto/photogl
Jakarta -

Hadits adalah sumber hukum Islam kedua yang disepakati ulama. Dalam hal rujukan, hadits shahih menjadi sandaran untuk menetapkan suatu hukum.

Menurut buku Pengantar Ilmu Hadits karya Lukman Hakim, secara bahasa hadits artinya baru atau sesuatu yang dibicarakan dan dinukil. Bentuk jamaknya adalah ahaadits.

Secara istilah, para ahli hadits mendefinisikan hadits sebagai apa yang disandarkan kepada Nabi Muhammad SAW, baik berupa ucapan, perbuatan, sifat, atau sirah beliau, baik sebelum kenabian atau sesudahnya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sementara itu, menurut ahli ushul fikih, hadits adalah perkataan, perbuatan, dan penetapan yang disandarkan kepada Rasulullah SAW setelah kenabian. Mereka menyebut, hal-hal yang terjadi sebelum kenabian bukan termasuk hadits.

Sebagian ulama seperti at-Thiby berpendapat bahwa hadits melengkapi sabda, perbuatan, dan taqrir nabi. Hadits juga melengkapi perkataan, perbuatan, dan taqrir para sahabat dan Tabi'in.

ADVERTISEMENT

Hadits Shahih Adalah Hadits Terkuat

Disebutkan dalam buku Memahami Ilmu Hadits karya Asep Herdi, secara umum kualitas hadits terdiri dari tiga jenis, yakni hadits shahih, hadits hasan, dan hadits dhaif. Ketiganya juga menentukan apakah hadits tersebut nantinya akan diterima atau ditolak untuk dijadikan hujjah.

Hadits shahih adalah hadits yang diriwayatkan oleh rawi yang adil, sempurna ingatan (hafalannya), sanadnya bersambung, tidak ber-'iilat , dan tidak janggal. Hadits shahih juga disebut dengan hadits yang sah, benar, sempurna sehat, atau pasti.

Ada dua ulama yang populer telah meriwayatkan hadits shahih yakni Imam Bukhari dan Imam Muslim. Hadits keduanya termuat dalam Ash-Shahihain.

Hadits shahih setidaknya mencakup beberapa kriteria, sebagai berikut:

  • Rangkaian perawinya dalam sanadnya harus bersambung dari perawi pertama sampai terakhir. Menurut Imam Bukhari, sanad dikatakan bersambung apabila antara perawi yang terdekat itu pernah bertemu walaupun hanya sekali, sedangkan Imam Muslim menetapkan syarat hidup se-zaman.
  • Para perawinya harus terdiri dari orang yang dikenal tsiqqat, yakni adil dan dhabith (kokoh, kuat, hafal sempurna).
  • Haditsnya terhindar dari cacat ('illat) dan janggal (syadz).
  • Para perawinya yang terdekat dalam sanad harus hidup se-zaman.

Beberapa kitab yang memuat tentang hadits shahih antara lain Shahih Bukhari dan Muslim, Al-Muwaththa, Mustadrak Al-Hakim, Shahih ibn Hibban, Shahih ibn Khuzaemah.

Setelah hadits shahih ada hadits hasan. Hadits ini menempati posisi kedua dalam hal kualitas hadits. Menurut buku Ilmu Memahami Hadits Nabi karya M. Ma'shum Zein, hadits hasan hampir sama dengan hadits shahih, kecuali dalam hal daya ingat perawinya yang tidak sebanding dengan perawi hadits shahih.

Adapun, beberapa syarat hadits hasan adalah:

  • Sanadnya harus bersambung dan perawinya harus adil.
  • Perawinya harus dhabith, tetapi kualitas dhabith-nya di bawah perawi hadits shahih.
  • Tidak ditemukan adanya kejanggalan pada matan.
  • Tidak cacat.

Beberapa kitab yang memuat hadits hasan antara lain Sunan, Musnad Imam Ahmad bin Hambal, dan Sunan Ad-Darimi.

Berbeda lagi dengan dhaif. Ini adalah hadits yang menduduki posisi ketiga dalam hal kualitasnya. Hadits shahih adalah hadits yang lemah.

Menurut buku Pengantar Studi Sejarah Peradaban Islam karya Muhammad Husain Mahasnah, hadits dhaif kehilangan satu syarat atau lebih dari syarat-syarat hadits hasan, yakni hadits yang diketahui diriwayatkan oleh orang yang tertuduh berdusta dan jelek hafalannya.

Selain itu, hadits dhaif juga diriwayatkan dari orang yang tidak diketahui (majhul) yang dikhawatirkan dusta dan buruk hafalannya.

Beberapa kitab hadits dhaif antara lain Mu'jam Thabrani, Al Afrad karya Daruquthni, dan Hilyatul Auliya karya Abu Nuaim.

Dari ketiga jenis hadits di atas, hadits shahih menjadi yang utama atau terkuat untuk dijadikan sandaran.




(kri/erd)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads