Khutbah Jumat tentang Keutamaan 10 Hari Terakhir Ramadan

Khutbah Jumat tentang Keutamaan 10 Hari Terakhir Ramadan

Alvin Setiawan - detikHikmah
Kamis, 28 Mar 2024 19:15 WIB
ilustrasi khutbah Jumat
Ilustrasi khutbah Jumat. (Foto: Fria Sumitro/detikSumut)
Jakarta - Muslim sebentar lagi akan memasuki sepuluh akhir bulan Ramadan atau yang umum dikenal sebagai malam Lailatul Qadar. Khatib Jumat dapat menggaungkan keutamaan terkait malam istimewa tersebut melalui naskah khutbah Jumat.

Rasulullah SAW juga mengajarkan muslim untuk mencari malam kemuliaan itu di 10 malam terakhir bulan Ramadan.

تَحَرَّوْا لَيْلَةَ الْقَدْرِ فِى الْوِتْرِ مِنَ الْعَشْرِ الأَوَاخِرِ مِنْ رَمَضَانَ

Artinya: "Carilah Lailatul qadar di malam ganjil dari sepuluh malam terakhir di bulan Ramadan." (HR Bukhari)

Sebagai referensi khutbah Jumat, berikut contoh naskah khutbah Jumat dengan tema Menggapai Keutamaan 10 Hari Terakhir Ramadhan dari buku Mimbar Jumat: Menyambut Bulan Suci Ramadhan Edisi 1209 Tahun XXV/2023 susunan Bidang Penyelenggara Peribadatan Badan Pengelola Masjid Istiqlal (BPMI).

Contoh Naskah Khutbah Jumat 10 Hari Terakhir Ramadan

Ma'asyiral muslimin, rahimakumullah.

Puja dan puji serta syukur, marilah kita panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan kita kenikmatan berupa iman, hidayah Islam, dan fisik yang sehat wal afiat sehingga kita dapat melaksanakan salat Jumat yang penuh berkah ini.

Sholawat dan salam, mari kita haturkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah membawa risalah pencerahan dan kasih sayang bagi segenap alam, juga kita haturkan kepada keluarganya, dan sahabatnya. Melalui itu, kita semua selaku umatnya berharap kelak mendapatkan syafaatnya.

Khatib juga mengajak kita semua untuk dapat terus meningkatkan ketakwaan kita kepada Allah SWT. Kita harus menjadi orang yang beruntung, yaitu orang yang mampu menjadi lebih baik setiap harinya dengan mempertebal dan memperkuat keimanan dan ketakwaannya.

Sebagai bentuk perwujudan ketakwaan marilah kita memaksimalkan ibadah di bulan Ramadan, terlebih lagi menggapai satu malam yang sangat istimewa yakni malam Lailatul Qadar yang memiliki keutamaan yang lebih baik dari seribu bulan. Malam ini di mana Allah SWT memberi ampunan seluas-luasnya bagi hamba-Nya dan memberikan pintu rahmat kepada hamba-Nya yang bermunajat kepada-Nya dalam menanti malam yang sangat istimewa ini.

Ma'asyiral muslimin, rahimakumullah. Bulan Ramadan merupakan bulan yang mulia yang disediakan hanya satu kali dalam setahun oleh Allah SWT. Bulan ini di mana Al-Qur'an diturunkan kepada seluruh manusia untuk menjadi panduan dan pedoman hidup. Salah satu pembeda bulan Ramadan ini dengan bulan yang lain yaitu umat muslim senantiasa membaca, merenungkan dan mengamalkan isi dari Al-Qur'an yang mulia ini.

Bulan ini di mana Allah SWT memberikan fasilitas istimewa bahwasanya dengan membaca satu huruf Al-Qur'an di bulan mulia ini akan dilipatgandakan amalnya hingga sepuluh amalan. Allah SWT juga berfirman dalam surah Al-Baqarah ayat 185:

شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِيْٓ اُنْزِلَ فِيْهِ الْقُرْاٰنُ هُدًى لِّلنَّاسِ وَبَيِّنٰتٍ مِّنَ الْهُدٰى وَالْفُرْقَانِۚ فَمَنْ شَهِدَ مِنْكُمُ الشَّهْرَ فَلْيَصُمْهُ ۗوَمَنْ كَانَ مَرِيْضًا اَوْ عَلٰى سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِّنْ اَيَّامٍ اُخَرَ ۗيُرِيْدُ اللّٰهُ بِكُمُ الْيُسْرَ وَلَا يُرِيْدُ بِكُمُ الْعُسْرَ ۖوَلِتُكْمِلُوا الْعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُوا اللّٰهَ عَلٰى مَا هَدٰىكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُوْنَ

Artinya: "Bulan Ramadan adalah (bulan) yang di dalamnya diturunkan Al-Qur'an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu serta pembeda (antara yang hak dan yang batil). Oleh karena itu, siapa di antara kamu hadir (di tempat tinggalnya atau bukan musafir) pada bulan itu, berpuasalah. Siapa yang sakit atau dalam perjalanan (lalu tidak berpuasa), maka (wajib menggantinya) sebanyak hari (yang ditinggalkannya) pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu dan tidak menghendaki kesukaran. Hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu agar kamu bersyukur."

Ma'asyiral muslimin, rahimakumullah. Seperti yang kita ketahui bersama, bahwa Ramadan adalah Syahrul Al-Qur'an, bulan diturunkannya Al-Qur'an. Penjelasan mengenai turunnya Al-Qur'an itu disebutkan dalam surah Al Qadr. Allah SWT mengawali surah Al-Qadr ini dengan, "Sesungguhnya Kami turunkan Al-Qur'an itu pada malam kemuliaan" lantas ditutup dan diakhiri dengan, "Pada malam itu diliputi kesejahteraan hingga fajar menyingsing."

Apabila kita perhatikan awal dan akhir surah Al Qadr ini, kita dapat menemukan satu isyarat mengenai adanya korelasi dan interkoneksi antara awal surah dengan akhirnya. Seolah-olah Allah SWT sedang memberi pesan kepada kita sebagaimana Ia membuka dengan menurunkan Al-Qur'an maka Ia akan menutupinya dengan kesejahteraan dan kesentausaan. Seolah-olah Allah SWT ingin memberi pesan kepada kita, siapa pun yang ingin mendapatkan kesejahteraan maka hendaknya memulainya dengan Al-Qur'an.

Seolah-olah Allah SWT ingin memberi pesan kepada kita bahwa barangsiapa yang memulakan segala sesuatunya dengan Al-Qur'an, maka dia pasti akan menutup lembaran kehidupannya dengan salamun, kesejahteraan, kesentosaan dan kebahagiaan. Siapa pun yang memuliakan apapun dengan Al-Qur'an, maka pasti dia akan selamat dan sentosa. Di malam turunnya Al-Qur'an ini, terdapat satu peristiwa yang sangat istimewa.

Bagaimana mungkin malam itu tidak disebut sebagai malam yang penuh dengan keistimewaan, sampai keistimewaannya melebihi seribu bulan, sementara pada malam itu semua makhluk-makhluk mulia turun dari langit. Bahkan bukan sekedar itu, Allah SWT yang Maha Mulia pun hadir.

Jika di sepertiga malam saja, Allah SWT turun memberi ampunan, mengabulkan permintaan dan mengiyakan permohonan, maka pada malam Lailatul Qadar ini lebih spesial karena Allah SWT dan juga malaikat-malaikat berbondong-bondong turun ke muka bumi.

Ma'asyiral muslimin, rahimakumullah. Mungkin sebagian dari kita bertanya, kapankah malam istimewa itu akan hadir? Dari nash-nash keterangan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam maupun pendapat para ulama, dapatkah kita menyimpulkan yang paling kuat di 10 hari terakhir. Seperti yang tertuang pada hadits berikut:

تَحَرَّوْا لَيْلَةَ الْقَدْرِ فِى الْعَشْرِ الأَوَاخِرِ مِنْ رَمَضَانَ

Artinya: "Carilah Lailatul qadar pada sepuluh malam terakhir dari bulan Ramadhan" (HR Bukhari)

Jika sepuluh malam terakhir itu diperas lagi maka itu terjadi pada malam-malam ganjil yang meliputi malam ke 21, 23, 25, 27 dan 29. Seperti yang tertuang pada hadits:

تَحَرَّوْا لَيْلَةَ الْقَدْرِ فِى الْوِتْرِ مِنَ الْعَشْرِ الأَوَاخِرِ مِنْ رَمَضَانَ

Artinya: "Carilah Lailatul qadar di malam ganjil dari sepuluh malam terakhir di bulan Ramadan." (HR Bukhari)

Lalu, jika kita berada pada malam Lailatul Qadar, apa yang paling utama untuk dilakukan? Tentu saja jawabannya adalah sujud dan mendekatkan diri pada Allah SWT, sebagaimana yang disebutkan pada Al-Qur'an surah Al Alaq ayat terakhir.

Sangat menarik bagi kita untuk membahas hubungan antara Al-Qur'an surah Al-Alaq dengan Al-Qur'an surah Al-Qadr. Kalau kita perhatikan di dalam mushaf kita, maka surah Al-Qadr terletak setelah surah Al-Alaq dan terletak sebelum surah al-Bayyinah. Mari kita lihat dan perhatikan susunan kedua surah ini dengan seksama sebagaimana panduan Ilmu Munasabah dalam Ulumul Qur'an.

Jika di awal surah Al Alaq Allah SWT memulakan surah ini dengan iqra dan di awal surah Al Qadr memulakan dengan innā anzalnāhu fī lailatil-qadr seolah Allah SWT sedang ingin memberi pesan kepada kita bahwa yang harus kita baca adalah apa yang Allah SWT turunkan pada malam Lailatul Qadar yaitu Al-Qur'an.

Jika di awal surah Al-Alaq Allah SWT memulakan dengan iqra dan mengakhirnya dengan wasjud waqtarib seolah-olah Allah SWT ingin menekankan kepada kita bahwa orientasi dari proses pembelajaran (qiroah) itu adalah ketundukan melalui sujud dan taqarrub, sehingga goal ending dari sebuah ilmu pengetahuan adalah ketaatan.

Selanjutnya, jika kita melihat Al-Qur'an surah Al-Alaq diakhiri dengan:

كَلَّاۗ لَا تُطِعْهُ وَاسْجُدْ وَاقْتَرِبْ ۩ ࣖ

Artinya: "Sekali-kali tidak! Janganlah patuh kepadanya, (tetapi) sujud dan mendekatlah (kepada Allah)." (QS Al Alaq ayat 19)

Dan kemudian Allah SWT menurunkan firman dalam Al-Qur'an surah Al Qadr:

اِنَّآ اَنْزَلْنٰهُ فِيْ لَيْلَةِ الْقَدْرِ

Artinya: "Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al-Qur'an) pada malam kemuliaan."

Ayat terakhir Al-Qur'an surah Al Alaq bertemu dengan ayat pertama Al Qur'an surah Al-Qadr, memberi arti seakan ketika Allah SWT memerintahkan untuk bersujud dan mendekat kepada Allah SWT, lalu Allah SWT mengatakan sesungguhnya ini adalah malam kemuliaan Lailatul Qadar. Maka, yang paling utama untuk dilakukan dalam malam Lailatul Qadar adalah sujud dan taqarrub kepada Allah SWT.

Ma'asyiral muslimin, rahimakumullah. Lailatul Qadar itu adalah lailatus sujud wal iqtirab, malam Lailatul Qadar adalah malamnya hamba untuk sujud bertaqarrub. Maka barangsiapa yang mengharapkan untuk menggapai malam Lailatul Qadar hendaknya ia mengisinya dengan sujud dan taqarrub kepada Allah SWT. Bahkan seolah-olah Allah SWT ingin memberi pesan kepada kita bahwa amalan yang paling mulia ketika terjadi Lailatul Qadar adalah sujud dan taqarrub.

Landasan sujud dan taqarrub pada malam Lailatul Qadar adalah imanan wa ihtisaban, iman yang kuat dan introspeksi diri dengan penuh rahmat, maghfirah, dan rida Allah SWT. Perlu kita pastikan di saat kita iktikaf di malam Lailatul Qadar itu, orientasi kita adalah keimanan dan pengharapan.

Sujud dan taqarrub kita karena iman dan pengharapan. Kita juga melaksanakan birrul walidain, sedekah, ith'amu tha'am, membantu fakir miskin. Semua kebaikan itu masuk dalam kategori iqtirab min Allah; taqarrub kepada Allah SWT. Mendekatkan diri kepada Allah SWT. Seluruh amalan kebaikan dalam sepuluh hari terakhir Ramadhan harus berada pada bingkai keimanan dan pengharapan.

Ma'asyiral muslimin, rahimakumullah. Dalam menggapai malam yang mulia ini, setiap kita tentu mengisi malam ini dengan beribadah dan bermunajat kepada Allah SWT dengan khusyuk untuk mencapai keberhasilan yang kita usahakan. Beberapa amalan yang dapat kita optimalkan dalam meraih malam mulia ini, yaitu memaksimalkan dalam membaca Al-Qur'an, maksimal dalam salat malam, maksimal dalam berbuat kebaikan, dan maksimal dalam mengeluarkan zakat, infak, dan sedekah kita untuk menolong saudara-saudara kita untuk keluar dari garis kemiskinan.

Selain itu, amalan lain yang penting kita maksimalkan bersama adalah membangunkan keluarga kita untuk beribadah secara bersama-sama untuk menghidupkan malam yang mulia ini untuk mencapai keberkahan dari Allah SWT.


(rah/rah)

Hide Ads