Bulan Rajab adalah bulan ketujuh dalam kalender Islam. Bulan Rajab merupakan bulan mulia yang penuh dengan keistimewaan.
Kultum singkat tentang bulan Rajab dapat menjadi sarana untuk merenungi makna dan keutamaan yang terkandung di dalamnya. Berikut deretan kultum singkat bulan Rajab.
Kumpulan Kultum Singkat Bulan Rajab
1. Contoh Pertama Kultum Bulan Rajab
Dikutip dari buku Taushuah Populer Tradisi Televisi Seputar Ibadah Amaliyah dan Akhlak oleh Yulianto Al Paresi, berikut kultum singkat tentang bulan Rajab:
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Isra Mi'raj dan Salat
"Maha suci (Allah) yang telah memperjalankan hamba-Nya (Nabi Muhammad) pada malam hari dari Masjidilharam ke Masjidilaqsa yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar lagi Maha Melihat." (QS Al Isra: 1)
Setiap memasuki bulan Rajab, umat Islam antusias memperingati perjalanan monumental Rasulullah dari Mekkah ke Masjid Al-Aqsa di Palestina (Isra) dan naiknya beliau ke langit (Mi'raj) dalam rangka menerima risalah shalat lima waktu yang dilaksanakan umat Islam saat ini.
Pada masa sekarang, fenomena keagamaan memang semarak yang ditandai dengan antusiasnya masyarakat dalam mengikuti acara-acara yang berkaitan dengan agama, mulai dari tahajud bersama, zikir bersama, dan lainnya. Hanya saja, pada saat fenomena keagamaan itu meningkat, ada fenomena lain yang tidak kalah semaraknya, seperti semaraknya perjudian dan bentuk-bentuk kemaksiatan lainnya. Semestinya, ketika fenomena keagamaan tersebut menggeliat menurunkan fenomena kemaksiatan tersebut.
Memperhatikan hal itu, apakah karena pengaruh sekularisme atau karena kedangkalan pemahaman agama, saat ini sepertinya sudah berkembang opini bahwa agama hanya berkaitan dengan ibadah (salat, haji, zakat, puasa, dan lainnya) sedangkan di luar itu merupakan persoalan duniawi yang tidak ada kaitannya dengan agama. Opini tersebut jika tidak mendapatkan perhatian serius akan semakin memarjinalkan peran agama dalam lingkup rumah ibadah saja. Padahal, selaku umat Islam semestinya menghayati, firman Allah, "Sesungguhnya shalat (bisa) mencegah dari perbuatan keji dan mungkar." (QS Al-Ankabut: 45)
Untuk memberikan pemahaman mengenai bagaimana salat semestinya dilakukan oleh setiap muslim, perlu dimengerti tentang ada' atau ta'diyah dan iqamah yang berarti menunaikan dan mendirikan.
Oleh sebab itu, berkaitan dengan pemenuhan kewajiban salat-di samping nash mereferensi penggunaan kata iqamah, ulama juga menggunakan kosa kata serupa dalam penjelasan mereka agar umat dalam melakukan salat itu tidak semata-mata memenuhi kewajiban, tapi sebagai kebutuhan untuk pencerahan jiwa.
Bukankah Allah telah berfirman, "Hanya dengan berzikir hati menjadi tenang?" Dan, salat sebagai bentuk zikir tertinggi semestinya berdampak kepada hal itu. Dalam rangka menuju kepada maksud tersebut. Hal ini sebagaimana dalam sebuah hadits nabi yang maksudnya bahwa salat bisa mendatangkan ketenangan jiwa dan membuka mata hati pelakunya. Karena itu maknailah salatmu!
Oleh sebab itu, kesemarakan peringatan Isra Mi'raj pada bulan Rajab ini, semestinya dijadikan evaluasi bagi setiap muslim dalam melaksanakan perintah salat. Apakah salat yang dilakukan berdampak kepada ketenangan jiwa dan mencegah dari perbuatan keji dan mungkar. Jika hal itu tidak dilakukan, kesemarakan peringatan Isra' Mi'raj hanya akan melahirkan budaya konsumtif saja, Sedangkan shalat sebagai media pencerahan jiwa diabaikan.
2. Contoh Kedua Kultum Bulan Rajab
Dikutip dari buku Mimbar Dakwah Majmuat Zainul Atqiya' terbitan Lembaga Ittihadul Muballighin Ponpes Lirboyo Kediri, berikut kultum singkat bulan Rajab:
Keutamaan Bulan Rajab
Hadirin jemaah,
Marilah kita semua senantiasa meningkatkan ketakwaan kita kepada Allah SWT dengan selalu mentaati aturan-aturan yang telah disyariatkan oleh Allah SWT melalui perantara para Nabi-Nya. Perlu kita ingat bahwa kita sekarang telah memasuki bulan Rajab yaitu salah satu bulan yang dimuliakan oleh Allah SWT.
Hadirin jemaah,
Ketahuilah, bahwa lafadz Rajab itu terdiri dari tiga huruf yaitu, huruf ro', jim, dan ba'. Sebagian ulama menafsiri bahwa huruf ro' menunjukkan رَحْمَةُ اللهِ (rohmatullah) yang artinya kasih sayang Allah SWT. Huruf jim menunjukkan جُرْمُ الْعَبْدِ (jurmul 'abdi) yaitu dosa seorang hamba.
Sedang huruf ba' menunjukkan بِاللهِ (birrullah) yaitu kebaikan Allah SWT. Dan ketiganya dapat dirangkaikan dalam kalimat:
يَا عَبْدِي جَعَلْتُ جُرْمَكَ وَجِنَايَتَكَ بَيْنَ بِرِّي وَرَحْمَتِي.
Artinya: "Wahai hamba-Ku, Aku jadikan dosamu dan kejahatanmu diantara kebaikan-Ku dan rahmat-Ku."
Dengan kata lain Allah SWT membukakan pintu rahmat dan ampunan-Nya dikarenakan kemuliaan bulan ini. Oleh karena itu marilah kita memanfaatkan kesempatan berharga di dalam bulan yang penuh berkah ini dengan memohon ampunan kepada Allah SWT, serta memperbanyak ibadah dan beramal saleh seperti memperbanyak zikir.
Allah SWT berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اذْكُرُوا اللهَ ذِكْرًا كَثِيرًا. وَسَبِّحُوهُ بُكْرَةً وَأَصِيلًا. (الأحزاب : ٤١ - ٤٢)
Artinya: "Hai orang-orang yang beriman, berzikirlah (dengan menyebut nama) Allah SWT dengan zikir sebanyak-banyaknya. Dan bertasbihlah kepada Allah SWT di pagi dan sore hari." (QS Al-Ahzab: 41-42)
Hadirin jemaah,
Allah SWT berfirman:
وَاسْتَغْفِرُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ رَحِيمٌ (البقرة: (۱۹۹)
Artinya: "Dan mohon ampunlah kepada Allah SWT, sesungguhnya Allah SWTadalah Dzat yang maha pengampun lagi maha penyayang". (QS Al-Baqarah: 199)
Para ulama juga mengatakan bahwa bulan Rajab adalah bulan istighfar, sedangkan bulan Syaban adalah bulannya bersholawat kepada baginda Nabi Muhammad SAW dan bulan Ramadan adalah bulan Al-Qur'an.
Salah satu ulama mengatakan: "Barangsiapa yang beristighfar di bulan Rajab seraya membaca:
رَبِّ اغْفِرْ لِي وَارْحَمْنِي وَتُبْ عَلَيَّ
Artinya: "Dibaca sebanyak 70 kali maka dia tidak akan tersentuh api neraka".
Oleh karena itu selayaknya bagi kita manusia yang berlumuran dosa ini memperbanyak istighfar dan juga bertobat karena sesungguhnya istighfar dan bertobat adalah sebagian dari jalan terbaik untuk kita mendekatkan diri kepada Allah SWT yang Maha Kuasa dan juga sebagai lantaran agar kita mendapatkan kebaikan di dunia dan akhirat.
Kemudian ketika hawa nafsu kita mengajak kembali melakukan dosa maka hendaknya untuk kembali melakukan tobat. Semoga Allah SWT selalu memberikan pertolongan kepada kita agar kita termasuk dari golongan orang-orang yang bertobat.
Hadirin jemaah,
Amalan selanjutnya yang sangat dianjurkan di bulan Rajab ini adalah berdoa, khususnya di hari pertama bulan Rajab. Seperti yang dijelaskan di dalam hadits nabi:
عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ كَانَ رَسُوْلُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا دَخَلَ رَجَبُّ قَالَ: اللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِي رَجَبٍ وَشَعْبَانَ وَبَلِّغْنَا رَمَضَانَ.
Artinya: "Diriwayatkan Dari Sahabat Anas bin Malik RA, Rasulullah SAW ketika memasuki bulan Rajab Beliau berdoa: "Ya Allah, berikanlah keberkahan kepada kami pada bulan Rajab, Syaban dan sampaikanlah kami kepada bulan Ramadan." (HR Ahmad)
Dalam hadits lain Rasulullah SAW juga bersabda:
خَمْسُ لَيَالٍ لَا تُرَدُّ فِيهِنَّ الدَّعْوَةُ أَوَّلُ لَيْلَةٍ مِنْ رَجَبَ وَلَيْلَةُ النِّصْفِ وَلَيْلَةٌ مِنْ شَعْبَانَ وَلَيْلَةُ الْجُمْعَةِ وَلَيْلَةُ الْفِطْرِ وَلَيْلَةُ النَّحْرِ
Artinya: "Ada lima malam ketika kalian berdoa maka doanya tidak akan ditolak yaitu malam pertama bulan Rajab, malam Nisfu Syaban, malam Jumat, malam Hari Raya Idul Fitri dan Idul Adha." (HR Imam Suyuthi)
Dan di bulan Rajab ini kita sebagai umat Islam juga disunahkan untuk berpuasa.
Hadirin jemaah,
Untuk itu sunguh merugi orang yang tidak memanfaatkan keutamaan dengan memperbanyak ibadah di dalamnya. Semoga kita semua khususnya dan semua umat Islam umumnya tergolong sebagai orang-orang yang diampuni dosanya oleh Allah SWT. Aamiin.
3. Contoh Ketiga Kultum Bulan Rajab
Dikutip dari buku Kumpulan Kultum Setahun Jilid 2 oleh Fuad bin Abdul 'Aziz Asy-Syalhub, berikut kultum singkat tentang bulan Rajab.
Bulan Rajab Bulan Haram dengan Segala Peristiwanya
Segala puji bagi Allah, Rabb alam semesta, yang telah menyempurnakan nikmat dan agama, yang telah meridai Islam sebagai agama kita. Sholawat dan salam semoga tercurah kepada imam orang-orang bertakwa. Muhammad bin Abdullah, sholawat atas beliau diiringi salam hingga hari pembalasan.
Bulan Rajab adalah bulan yang telah dimuliakan oleh Allah SWT. Rasulullah SAW bersabda,
إِنَّ الزَّمَانَ قَدِ اسْتَدَارَ كَهَيْئَتِهِ يَوْمَ خَلَقَ اللَّهُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ السَّنَةَ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ، ثَلَاثٌ مُتَوَالِيَاتٌ: ذُو الْقَعْدَةِ وَذُو الْحِجَّةِ وَالْمُحَرَّمِ وَرَجَبَ مُضَرَ الَّذِي بَيْنَ جُمَادَى وَشَعْبَانَ
Artinya: "Sesungguhnya zaman itu telah menjadi bundar sebagaimana pada hari Allah semua lapisan langit dan bumi, setahun adalah dua belas bulan, di empat yang haram. Tiga berurutan: Dzulqa'dah, Dzulhijjah, Muharram, dan Rajab adalah mudhar yang berada di antara Jumada dan Syaban."
Dia adalah bulan haram di sisi Allah SWT dan di sisi Rasulullah SAW serta menurut kaum muslimin. Namun, di dalam bulan ini banyak terjadi berbagai keajaiban yang tidak pernah terjadi di bulan lainnya. Semua itu tiada lain karena sedikitnya ilmu dan menyebarnya kebodohan serta semangat mengikuti hawa nafsu yang membutakan dan memekakkan telinga.
Di antara sembelihan adalah sembelihan yang dilakukan penyembelihannya pada bulan Rajab. Rasulullah SAW bersabda,
لا فَرْعَ وَلَا عَتِيْرَةَ
Artinya: "Tidak ada far'a (unta yang lahir pertama kali disembelih untu tuhan mereka) dan tidak ada atirah (kambing yang disembelih di bulan Rajab)."
Al-Atirah adalah bahwa manusia di zaman jahiliah menyembelih binatang di bulan Rajab sebagai tanda taqarrub kepada Tuhan mereka (patung). Maka dalam sabda beliau Shallallahu Alaihi wa Sallam: وَلاَ عَشِيْرَة (...dan tidak ada atirah). Ini adalah karena suatu tradisi dan lebih dekat hukum haram. Dengan dasar ini maka tidak boleh melakukan penyembelihan di bulan Rajab karena hal itu bertujuan untuk taqarrub kepada tuhan mereka.
Puasa di bulan Rajab adalah bid'ah dan bukan petunjuk untuk kaum muslimin. Dari Kharsyah bin Al-Hurr berkata, "Aku pernah melihat Umar bin Al-Khaththab memukuli tangan orang-orang yang berpuasa di bulan Rajab sehingga mereka meletakkan tangannya pada makanan, dan ia berkata,
كُلُوْا فَإِنَّمَا كَانَتْ هُوَ كَانَتْ تُعَلِّمُهُ الْجَاهِلِيَّةُ
Artinya: "Makanlah oleh kalian karena dia adalah bulan yang diagungkan oleh orang-orang jahiliah."
Kemudian masuklah Abu Bakar kepada keluarganya. Mereka memiliki keranjang-keranjang baru dan kendi-kendi. Sehingga ia berkata, "Apa semua ini?" Maka mereka menjawab, "Ini bulan Rajab, maka kami berpuasa."
Ia berkata, "Apakah kalian menjadikan bulan Rajab menjadi bulan Ramadan?" Maka dia miringkan semua kerangjang dan dia pecahkan semua kendi. Maka tidak boleh mengkhususkan bulan Rajab untuk menunaikan ibadah puasa, karena yang demikian itu bertentangan dengan petunjuk penghulu para rasul, yaitu Muhammad SAW.
Pengkhususan bulan Rajab untuk melakukan ibadah umrah dengan pandangan bahwa yang demikian itu memiliki keutamaan atas umrah pada bulan yang lain. Dalam hal ini tidak ada hadits yang datang dari Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam sama sekali. Ada dari Nabi SAW sebaliknya adalah keutamaan melakukan ibadah umrah di bulan Ramadan. Beliau SAW bersabda kepada seorang wanita Anshar,
إِذَا كَانَ رَمَضَانُ فَاعْتَمِرِي فَإِنَّ عُمْرَةً فِيْهِ تَعْدِلُ حِجَّةً
Artinya" "Jika tiba bulan Ramadan maka ibadah umrah, karena umrah di dalamnya sama dengan ibadah haji."
Rasulullah SAW tidak pernah melakukan ibadah umrah di bulan Rajab. Yang baku yang datang dari beliau SAW bahwa beliau melakukan empat kali ibadah umrah semuanya dilakukan pada bulan Dzullqa'dah sebagaimana ditunjukkan oleh hadits Anas dan lainnya.
Ibadah umrah yang dilakukan oleh sebagian salaf dari kalangan para sahabat dan para tabi'in pada bulan Rajab, bukan karena keutamaan menunaikan umrah pada bulan itu. Akan tetapi, karena mereka ingin datang untuk ibadah haji dalam satu keberangkatan dan ibadah umrah dalam keberangkatan yang lain di luar bulan haji. Pengkhususan ibadah dan menetapkannya di dalam satu waktu atau tempat harus berdasarkan dalil yang jelas dan gamblang yang tidak ada kejelasan di dalamnya.
Di antara perkara baru di bulan Rajab apa yang dinamakan dengan salat raghaib. Yang dilakukan oleh sebagian orang pada malam Jumat pertama di bulan Rajab. Antara salat Maghrib dan salat Isya. Salat tersebut diawali dengan puasa Kamis.
Telah muncul berkenaan dengan cara-caranya sebuah hadits maudhu' (palsu) yang tidak sah disandarkan kepada Nabi SAW. Itu adalah salat yang tidak baku dari Nabi SAW baik dari sabda atau dari perbuatan atau dari ketetapan beliau. Juga tidak pernah dilakukan oleh para sahabat RA.
Pertama-tama terjadi pada abad keempat. Dengan demikian maka diketahui bahwa salat tersebut batan dan tidak sah. Syaikhul Islam berkata, "Salat raghaib adalah bid'ah berdasarkan kesepakatan para imam agama. Tidak disunnahkan oleh Rasulullah SAW dan juga tidak satu pun dari para khalifahnya.
Juga tidak dijadikan anjuran oleh satu pun para imam agama, seperti Malik, Asy-Syafi'i, Ahmad, Abu Hanifah, Ats-Tsauri, Al-Auza'i, Al-Laits dan selain mereka. Hadits yang diriwayatkan berkenaan dengan hal ini adalah dusta menurut kesepakatan para tokoh dalam pengetahuan tentang hadits.
Di antara perkara-perkara baru di bulan Rajab adalah perkumpulan pada malam Isra dan Mi'raj. Dimana sebagian kaum muslimin dengan sengaja mengadakan perkumpulan pada malam 27 pada bulan Rajab.
Sehingga semua orang berkumpul di masjid, lampu-lampu dinyalakan, dikisahkan cerita Isra dan Mi'raj yang telah terlupakan, dibacakan syair-syair, dibeber permadani-permadani, dan dihadirkan berbagai macam makanan, dan seterusnya. Tidak ada ketentuan baku yang menetapkan bahwa malam Isra Mi'raj pada malam ke-27 di bulan Rajab.
Jika baku, maka tetap tidak boleh mengadakan perkumpulan pada waktu seperti itu hingga muncul dari orang yang makshum (rasul) nash yang memperbolehkannya, maka bagaimana semua ini menjadi baku?
Malam Isra sekalipun agung bagi Nabi kita, Muhammad SAW maka malam Al-Qadar lebih agung bagi kaum muslimin. Dalam hal ini Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata,
"Malam Isra' lebih utama bagi Nabi SAW dan lailatul qadri lebih utama bagi umat. Apa yang menjadi hak khusus bagi NabiSAW dengan kejadian Mi'raj di malam itu lebih sempurna daripada apa yang menjadi hak beliau pada malam-malam Al-Qadar. Bagian yang menjadi hak umat pada lailatul qadri lebih sempurna daripada bagian yang menjadi hak mereka pada malam Mi'raj.
Sekalipun pada malam itu bagi mereka bagian yang sangat agung. Akan tetapi keutamaan, kemuliaan dan derajat yang tinggi di malam itu diperoleh orang yang diisrakan pada malam itu, Nabi SAW." Dengan demikian, tidak disyariatkan diadakan kumpul-kumpul pada malam Isra dan Mi'raj, melakukan kegiatan itu adalah suatu perkara baru dalam agama.
Wallahu a'lam. Semoga sholawat, salam dan berkah senantiasa dicurahkan kepada nabi kita, Muhammad, kepada segenap keluarga dan para sahabatnya dengan diiringi salam. Dan segala puji bagi Allah, Rabb alam semesta.
(rah/rah)
Komentar Terbanyak
MUI Kecam Rencana Israel Ambil Alih Masjid Al Ibrahimi di Hebron
Pengumuman! BP Haji Buka Lowongan, Rekrut Banyak SDM untuk Persiapan Haji 2026
Merapat! Lowongan di BP Haji Bisa untuk Nonmuslim