- Kumpulan Teks Kultum Ramadhan Tema Nuzulul Quran Contoh Kultum 1: Kemuliaan Nuzulul Quran Contoh Kultum 2: Bonus Terbesar Lailatul Qadar Contoh Kultum 3: Ramadhan dan Al-Quran Contoh Kultum 4: Keuntungan Hidup di Bawah Naungan Al-Quran Contoh Kultum 5: Keutamaan Ahli Al-Quran Contoh Kultum 6: Keutamaan Mempelajari dan Membaca Al-Quran
Kuliah tujuh menit atau kultum merupakan ceramah yang disampaikan dengan singkat, padat, dan penuh makna. Ceramah ini sering menjadi agenda rutin pada Ramadan. Ada banyak tema menarik yang bisa dipilih seperti Nuzulul Quran dan Lailatul Qadar.
Dikutip buku Misteri Bulan Ramadhan karya Yusuf Burhanudin, salah satu pendapat mengatakan, malam Lailatul Qadar jatuh setiap tanggal 17 Ramadhan dan bertepatan dengan hari Nuzulul Quran.
Ada juga yang berpendapat bahwa Lailatul Qadar turun pada sepuluh hari terakhir bulan Ramadan, khususnya pada tanggal ganjil 21, 23, 25, 27, dan 29. Karena itu, banyak ustad dan ustazah menyiapkan materi kultum Ramadhan tentang Nuzulul Quran dan Lailatul Qadar. T
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kumpulan Teks Kultum Ramadhan Tema Nuzulul Quran
Inilah contoh teks kultum Ramadhan bertemakan tentang Al-Quran untuk peringatan malam Lailatul Qadar dan Nuzulul Quran yang disadur dari buku Kumpulan Kultum Terlengkap Sepanjang Tahun karya Hasan El-Qudsy, Kumpulan Kultum Ramadhan Mutiara Nasihat Seribu Bulan diterbitkan Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Kalijaga, Serial Kultum Ramadhan 30 Hari menuju Takwa ditulis Zainal Hamdi dkk.
Contoh Kultum 1: Kemuliaan Nuzulul Quran
Dari das belas bulan ada dalam kalender agama Islam. Ramadhan merupakan bulan yang paling istimewa. Karena keistimewaannya, Ramadhan mendapat julukan sebagai sayyidus syuhur-raja atau pemimpin seluruh bulan. Atas julukan ini, ada beberapa keistimewaan bulan Ramadhan yang tidak dimiliki oleh bulan-bulan lain, antara lain: Pertama, karena Ramadhan dipilih sebagai bulan diturunkannya ayat pertama al-Qur'an (QS. al-Baqarah: 185).
Oleh karena itu, salah satu ibadah yang dianjurkan untuk dilaksanakan di bulan Ramadhan adalah memperbanyak membaca al-Qur'an. Kedua, dalam bulan Ramadhan, ada suatu malam yang nilainya lebih baik dari seribu bulan yang disebut malam Lailatul Qadar. Nilai ibadah yang dilaksanakan di malam ini, lebih baik daripada nilai ibadah seribu bulan. Ketiga, Ramadhan merupakan bulan istimewa, karena kebaikan-kebaikan yang dikerjakan bulan Ramadhan nilainya berlipat ganda.
Pada kesempatan ini penting bagi kita mengingat kembali peristiwa yang sangat bersejarah bagi umat Islam, yaitu malam pertama diturunkannya Al-Quran oleh Allah SWT melalui Malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad SAW. Pada saat itu, tepat pada malam Jum'at bertepatan dengan hari ke tujuh belas Ramadhan, dan akhirnya kita kenal dengan malam Nuzulul Qur'an.
Bila kita mengkaji kembali tentang peristiwa ini, pelajaran yang dapat dipetik adalah agar ketaqwaan kita. semakin kuat dan keyakinan kita semakin mantap terhadap kitab suci Al-Quran yang isinya memberi petunjuk bagi umat manusia serta pembela di antara perkara yang haq dan batil. Sebagaimana Firman Allah dalam Surat Al-Baqarah ayat 185:
شَهرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنزِلَ فِيهِ الْقُرْآنُ هُدًى لِلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِن الْهُدَى وَالْفُرْقَانِ فَمَن شَهِدَ مِنكُمُ الشَّهْرَ فَلْيَصْمَهُ وَمَن كَانَ مَرِيضًا أَوْ عَلَى سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِنَ أَيَّامٍ أُخَرَ يُرِيدُ اللهُ بِكُمُ الْيُسْرَ وَلا يُرِيدُ بِكُمُ الْعُسْرَ وَلِتُكْمِلُوا الْعِدَّةَ وَلِتُكْبَرُوا الله عَلَى مَا هَدَاكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ
Artinya: "(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al-Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang batil). Karena itu, Barangsiapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, Maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu, dan Barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), Maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur." (QS. al-Baqarah: 185)
Adapun ayat Al-Quran yang pertama kali diturunkan kepada Nabi Muhammad adalah surah al-'Alaq ayat 1 sampai 5. Al-Quran diturunkan ke bumi tidak sekaligus tetapi berangsur angsur, sedikit demi sedikit, bertahap, sesuai dengan situasi dan kondisi yang dihadapi Rasulullah SAW, sebagaimana firman Allah dalam surat al-Israa, ayat 106:
وقُرْآنًا فَرَقْنَاهُ لِتَقْرَأَهُ عَلَى النَّاسِ عَلَى مُكَبِّ وَنَزَلْنَاهُ تَنزِيلًا
Artinya: "Dan Al-Quran itu telah kami turunkan dengan berangsur angsur agar kamu membacakannya perlahan lahan kepada manusia dan Kami menurunkannya bagian demi bagian," (QS. al-Israa: 106).
Dengan bertahap ini, maka Al-Quran lebih mudah diterima dan mudah dihafal. Dan waktu itu, faktanya, banyak dari para sahabat Nabi yang hafal Al-Quran. Namun di fase berikutnya, terjadi pertempuran antara orang Islam dengan kaum kafir dan musyrik yang menentang serta menghalangi dakwah Nabi hingga akhirnya banyak para sahabat Nabi yang gugur di medan perang sebagai syuhada', tak terkecuali para sahabat penghafal Al-Quran.
Oleh karena itu, muncul sebuah gagasan untuk membukukan Al-Quran sebagai suatu kitab, hingga pada gilirannya dapat dinikmati sampai sekarang ini, dan Allah senantiasa menjaga keaslianya.
Setelah mengetahui secara sekilas tentang proses turunnya Al-Quran, maka hendaknya kita mensyukuri kenikmatan. luar biasa yang dilimpahkan oleh Allah kepada umat manusia melalui Rasulullah SAW yang berupa Al-Quran yang berisi petunjuk-petunjuk yang benar. Dari itulah, kita sebagai umat Nabi Muhammad, patut kiranya untuk bersyukur kepada Allah SWT, karena hingga kini masih menikmati keimanan dan keislaman kita.
Wujud terima kasih dan rasa syukur atas turunnya Al-Quran ini harus direalisasikan dalam kehidupan umat Islam sehari hari, yaitu dengan perlakuan yang sebaik-baiknya dan sungguh-sungguh, baik dalam membaca, memahami makna, mengamalkan isinya, mengajarkan dan mendakwahkan isi kandungan Al-Quran, dengan harapan kelak di hari kiamat mendapat syafaatnya. Sebagaimana hadis Nabi yang artinya:
Artinya: "Bacalah Al-Quran, karena ia pada hari kiamat nanti akan datang untuk memberikan syafaat (pertolongan) kepada para pembacanya," (HR. Muslim).
Begitu besarnya fadhilah membaca al-Qur'an bagi para pembacanya. Terlebih lagi pada bulan Ramadhan, bulan yang dipilih oleh Allah menjadi bulan diturunkanya ayat pertama Al-Quran, ibadah yang sangat dianjurkan adalah memperbanyak membaca al-Qur'an, di samping memperbanyak melakukan kebaikan yang lainnya.
Dalam hadist yang lain Rasulullah menjelaskan:
"Seorang mukmin yang membaca Al-Quran dan mengamalkan isinya ibarat buah jeruk manis, rasanya enak dan baunya harum. Sedangkan, orang mukmin yang tidak membaca Al-Quran tetapi mengamalkan isinya, ibarat buah kurma, rasanya enak dan manis tetapi tidak ada baunya. Adapun perumpamaan orang munafik yang membaca Al-Quran maka ibarat minyak wangi, baunya harum tetapi rasanya pahit. Sedangkan, orang munafik yang tidak membaca Al-Quran ibarat buah kurma, rasanya pahit dan baunya busuk" (HadisShahih riwayat al Bukhari, Muslim, Al Tirmidzi, Abu Dawud, Al Nasai, Ibnu Majah, Al Darimi dan Ahmad).
Allah sangat memuliakan orang-orang yang membaca Al-Quran dan Allah mengakuinya sebagai Ahlullah (keluarga Allah) di dunia, dan Allah memberi kedudukan yang sangat mulia kepada para penghafal Al-Quran, sebagaimana hadisriwayat Abu Hurairah RA:
"Barang siapa berharap bisa bertemu dengan Allah maka hendaknya menghormati keluarga Allah" Seseorang bertanya Ya Rasul Allah, apakah Allah
mempunyai keluarga? Beliau menjawab keluarga Allah di dunia adalah mereka yang membaca Al-Quran ketahuilah, barangsiapa menghormati merek, maka dia dihormati Allah dan diberi surga. Dan barangsiapa menghina mereka, maka dia dihinakan Allah dan dimasukan ke dalam neraka. Hai Abi Hurairah, tidak ada seorangpun di sisi Allah yang lebih mulia daripada penghafal Al-Quran. Dan ketahuilah, sesungguhnya penghafal Al-Quran di sisi Allah adalah lebih mulia daripada siapapun, selain para Nabi," (HR. Bukhari).
Dengan begitu, semangat Ramadhan dengan sekian kemuliaan di dalamnya, rasa-rasanya kita harus senantiasa berkhitmad atas diturunkannya Al-Quran ini. Momentum Ramadhan, sebagai bulan turunnya Al-Quran (Nuzulul Qur'an) pertama kali ke bumi, patut bersyukur, membaca, dan mengamalkan isi kandungannya.
Contoh Kultum 2: Bonus Terbesar Lailatul Qadar
الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِهِ وَ صَحْبِهِ أَجْمَعِينَ أَمَّا بَعْدُ
Jamaah yang berbahagia,
Lailatul Qadar diyakini menjadi malam pilihan Allah untuk menurunkan Al-Qur'an. Sebuah malam yang sangat ditunggu dan dinantikan orang-orang yang beriman kepada Allah. Kedatangannya sangat diharap karena berbagai kemuliaan yang terdapat di dalamnya. Kemuliaan itu adalah "Lailatul Qadar itu lebih baik dari pada seribu bulan."
Sehingga berbagai ibadah di malam itu dengan dasar keikhlasan dan ketaatan kepada Allah, akan dihitung sama dengan seribu bulan di waktu-waktu lain, atau sama dengan 83 tahun 4 bulan. Sebuah waktu yang tidak seluruh umat Muhammad mendapatkannya. Selain itu, Lailatul Qadar sebagaimana dijelaskan dalam surat Al-Qadr ayat 4, akan dipenuhi keberkahan dengan banyaknya malaikat yang turun di malam itu, termasuk Jibril, Mereka turun dengan membawa semua perkara, kebaikan maupun keburukan yang merupakan ketentuan dan takdir Allah, dan "Malam itu (penuh) kesejahteraan hingga terbit fojor." (al-Qadr: 5).
Bagi orang yang mampu menghidupkan malam Lailatul Qadar dengan penuh keikhlasan, akan mendapatkan pengampunan atas dosa-dosa yang telah dilakukan. Sebagaimana diriwayatkan dalam hadis yang sahih, Rasulullah bersabda, "Barang siapa melakukan shalat malam pada saat Lailatul Qadar karena iman dan mengharap pahala Allah, niscaya diampuni dosa-dosanya yang telah lalu." (HR. al-Bukhari dan Muslim).
Oleh karena itu Lailatul Qadar adalah bonus terbesar yang pernah diberikan kepada umat manusia. Kaum muslimin wal muslimat yang dimuliakan Allah,
Adapun tentang kapan datangnya Lailatul Qadar, Rasulullah hanya memberikan perkiraan, walaupun dalam beberapa hadis dijelaskan untuk mendapatkannya di hari-hari ganjil sepuluh terakhir, terutama tanggal 27 Ramadhan. Rasulullah bersabda:
"Carilah Lailatul Qadar pada (bilangan) ganjil dari sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan" (HR. al-Bukhari, Muslim, dan yang lainnya).
Salah satu hikmah dirahasiakannya waktu Lailatul Qadar adalah agar umat selalu semangat untuk beribadah dan tidak hanya beribadah pada malam tertentu saja.
Kaum muslimin dan muslimat yang berbahagia. Untuk memaksimalkan keberkahan malam Lailatul Qadar, dapat dilakukan hal-hal sebagai berikut:
1. Disunnahkan mandi seperti mandi besar antara maghrib dan isya. Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari Aisyah:
"Rasulullah jika bulan Ramadhan (seperti biasa) tidur dan bangun. Dan manakala memasuki sepuluh hari terakhir, beliau mengencangkan kainnya dan menjauhkan diri dari (menggauli) isteri-isterinya, serta mandi antara maghrib dan isya."
Ibnu Jarir berkata: "Para ulama mensunnahkan untuk mandi setiap malam pada malam-malam sepuluh hari terakhir. Di antara mereka ada yang mandi dan menggunakan wewangian pada malam-malam yang paling diharapkan turun Lailatul Qadar.
2. Berpuasa dengan benar dan menghidupkan seluruh malam Ramadhan, sebagaimana dijelaskan dalam hadis marfu' dari Abu Ja'far Muhammad bin Ali:
"Barangsiapa mendapati Ramadhan dalam keadaan sehat dan sebagai orang muslim lalu puasa pada siang harinya dan melakukan shalat pada sebagian malamnya, juga menundukkan pandangannya, menjaga kemaluan, lisan dan tangannya, serta menjaga shalatnya secara berjamaah dan bersegera berangkat untuk shalat Jumat, sungguh ia telah puasa sebulan (penuh) menerima pahala yang sempurna, mendapatkan Lailatul Qadar" (HR. Ibnu Abid-Dunya).
3. Disunnahkan beriktikaf di sepuluh terakhir bulan Ramadhan. Salah satu tujuannya adalah agar keutamaan. Lailatul Qadar tidak terlewatkan. Dalam iktikaf ini seseorang dapat lebih fokus dalam ibadah dan mendekat kepada Allah, misalnya dengan melakukan shalat sunnah, membaca Al-Qur'an, tasbih, tahmid, istighfar, bershalawat, berdoa, dan sebagainya.
Selain itu, salah satu hal yang perlu dilakukan agar dapat memaksimalkan ibadah malam adalah dengan tidak terlalu capek di siang harinya. Maka disunnahkan untuk qoilulah atau tidur siang, walaupun hanya sekitar 15-30 menit. Rasulullah bersabda:
"Mintalah bantuan dengan makan sahur untuk bisa menunaikan puasa di siang hari, dan dengan qoilulah untuk bisa mengerjakan shalat malam (tahajud)." (HR. Ibnu Majah).
Semoga kita semua diberikan kekuatan untuk meraih keutamaan dan keberkahan malam Lailatul Qadar. Amin.
Contoh Kultum 3: Ramadhan dan Al-Quran
الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي نَوَّرَ قُلُوْبَنَا بِنُورِ الْإِيْمَانِ وَ الْإِسْلَامِ، وَأَرْشَدَنَا إِلَى سَبِيلِ الرُّحْدِ وَ الْقَوَامِ، وَأَلْهَمَنَا أَنْ تَتَّبِعَ سِيرَةَ خَيْرِ الْأَنَامِ صَلَوَاتُ اللَّهِ وَسَلَامُهُ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ سَلَكَ طَرِيقَهُ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ أَمَّا بَعْدُ
Jamaah yang berbahagia, Allah berkalam,
شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنزِلَ فِيهِ الْقُرْآنُ هُدًى لِلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِّنَ اهُدًى وَالْفُرْقَانِ
"Bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al-Qur'an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yong batil)." (al-Baqarah: 185).
Ketika Ibnu Katsir menerangkan ayat ini, dia menjelaskan bahwa Allah mengistimewakan bulan Ramadhan di atas bulan-bulan lainnya dengan menurunkan Al-Qur'an di dalam-nya. Bahkan menurutnya, berdasarkan beberapa riwayat, kitab-kitab suci yang diturunkan kepada nabi-nabi terdahulu juga diturunkan pada bulan Ramadhan.
Kitab Nabi Ibrahim (suhuf lembaran-lembaran) diturunkan pada malam pertama bulan Ramadhan, kitab Zabur diturunkan kepada Nabi Dawud pada malam kedua belas bulan Ramadhan; kitab Taurat diturunkan kepada Nabi Musa pada malam keenam bulan Ramadhan, dan kitab Injil kepada Nabi Isa diturunkan pada malam ketiga belas bulan Ramadhan. Dengan demikian, bulan Ramadhan dalam sejarahnya merupakan bulan pencerahan bagi semua manusia yang bersedia menerima kebenaran.
Ma'asyiral muslimin rahimakumullah,
Al-Qur'an yang diturunkan di bulan Ramadhan ini adalah satu-satunya kitab di muka bumi ini yang mendapatkan perhatian dari semua lapisan masyarakat. Sejak diturunkannya. Al-Qur'an ke alam semesta ini, ia selalu memberikan cahaya kebenaran bagi yang mencarinya, meredamkan kegelisahan, dan memberikan ketenangan bagi pemegangnya. Al-Qur'an yang kita baca, kita yakini sebagai firman-firman Allah, merupakan petunjuk dan lentera mengenai apa yang dikehendaki-Nya. Dialah yang menciptakan kita dan Dia pula yang menurunkan Al-Qur'an.
Maka apabila kita ingin perbuatan dan tingkah laku kita sesuai dengan kehendak-Nya, sudah seharusnya kita memahami apa yang telah difirmankan-Nya dalam Al-Qur'an. Bisa dikatakan mustahil kita mampu memahami apa yang telah difirmankan Allah dalam Al-Qur'an kecuali melalui tafsir para ulama.
Tentang keagungan kandungan firman Tuhan, Dr. Abdullah Darraz dalam kitabnya an-Naba al-Azhim, mencatat bahwa "Apabila Anda membaca Al-Qur'an, maknanya akan jelas di hadapan Anda. Tetapi apabila Anda membacanya sekali lagi, akan Anda temukan pula makna-makna lain yang berbeda dengan makna-makna sebelumnya. Demikian seterusnya. Al-Qur'an bagaikan intan, yang mana setiap sudutnya memancarkan cahaya yang berbeda dengan apa yang terpancar dari sudut-sudut lain."
Kaum muslimin wal muslimat yang dimuliakan Allah,
Fungsi utama diturunkannya Al-Qur'an adalah sebagai petunjuk kehidupan manusia, sebuah petunjuk kehidupan yang mampu memberikan kebahagiaan secara universal. Banyak ayat-ayat Al-Qur'an yang menegaskan fungsi utama ini. Di antaranya adalah surat al-Baqarah, ayat 2: "Kitab itu (Al-Quran) yang tidak diragukan sebagai petunjuk bagi orang-orang yang bertakwa."
Dalam ayat ini dijelaskan bahwa Al-Quran adalah katalog kehidupan. Karena Allah yang telah menciptakan manusia dan alam seisinya, tentu Allah Mahatahu dengan kemaslahatan manusia dan alam. Oleh karena itu, Allah menurunkan Al-Quran sebagai petunjuk universal bagi manusia untuk mengatur semua kehidupan di dunia ini.
Ketika seseorang menginginkan sebuah kehidupan yang penuh berkah, masyarakat yang penuh pengertian, pemerintahan yang penuh keadilan dan kewibawaan, maka jawabannya adalah Al-Quran. Ketika Al-Quran mampu dipahami dan dipraktekkan dengan benar dan universal, maka permasalahan yang muncul pada diri seseorang, masyarakat, dan kehidupan kenegaraan tentu dapat diatasi. Perlu kita perhatikan firman Allah:
"Petunjuk bagi orang-orang yang bertakwa". Hal ini memberikan indikasi yang dalam bahwa hanya orang-orang yang mempunyai sifat takwalah yang mampu untuk mendapatkan atau mampu melaksanakan petunjuk-petunjuk Al-Qur'an.
Semoga dengan semangat bulan Ramadhan ini, kita semua bisa sadar untuk kembali kepada petunjuk Al-Qur'an. Itu hanya bisa berhasil apabila kita mau membaca, memahami, dan mengamalkan Al-Qur'an dengan benar, sebagaimana Rasulullah ajarkan.
Contoh Kultum 4: Keuntungan Hidup di Bawah Naungan Al-Quran
Selain berfungsi sebagai petunjuk dan pedoman hidup bagi umat Islam, Al-Quran juga berfungsi sebagai sumber inspirasi bagi manusia secara keseluruhan, Jika suatu buku memiliki suatu nilai manfaat dari setiap isinya, maka Alquran banyak memiliki manfaat bagi manusia. dalam menjalani kehidupan d dunia, bahkan, Alquran memiliki keistimewaan bagi setiap orang yang membacanya. Diantara keuntungan hidup di bawah naungan Al-Quran yaitu:
1) Terhindar dari Hal yang dilarang
Al-Quran berfungsi sebagai pedoman hidup bagi seluruh manusia. Sebagaimana dijelaskan dalam firman Allah Swt. Surat al-Baqarah ayat 185:
شهر رمضان الذي أنزل فيه القرآن هدى للنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِنَ الْهُدَى وَالْفُرْقَانِ
Artinya: "Bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al-Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang batil)"
Dengan setiap hari membaca Alquran, maka kehidupan diri dan keluarga akan kian terarah. Dari membaca Alquran, kita akan mengetahui mana benar dan salah. Dan, kemampuan membedakan hal tersebut adalah hal mendasar yang harus dimiliki oleh setiap Muslim.
Dengan demikian, diri kita tidak akan mudah tertipu. Menduga banyak harta sebagai capaian kebahagiaan, lantas korupsi. Mengira kebahagiaan dengan menyingkirkan orang lain, lantas hasad, dengki dan sehari-hari diliputi kebingungan bagaimana membuat celaka orang lain.
Lebih dari itu, hidup dalam bimbingan Al-Quran akan mendorong diri memiliki akhlak, dan sopan santun dalam kehidupan, sehingga perilakunya benar-benar dijaga agar jangan sampai dirinya menjadi pelaku kezaliman.
Dalam bahasa lebih umumnya, orang yang hidup dalam naungan Al-Quran akan terarah hidupnya dan mendapatkan petunjuk dan pembeda dari Allah Ta'ala. Pada akhirnya, hidupnya akan terangkat derajatnya, teratur hidupnya, mulia kepribadiannya dan Insya Allah akan sampai pada kebahagiaan hakiki dunia akhirat.
Di dalam Alquran dijelaskan bagaimana seharusnya menjadi seorang muslim, apa saja ciri-ciri seorang mukmin sejati itu, bagaimana cara berdagang, dan sebagainya. Di samping itu, Alquran menjelaskan hal-hal yang hak yang harus dilakukan seorang yang beriman, dan hal-hal yang harus dijauhi, sebagaimana Firman-Nya:
يا أيها الناس كلوا منا في الأرض خلالاً طيباً ولا تتبعوا الخطواتِ الشَّيْطَانِ إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُّبِينٌ
Artinya: "Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan karena sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagimu," (QS Al-Baqarah: 168).
Dalam ayat ini kita diperintahkan untuk makan yang halal lagi baik, jadi tidak cukup halal saja tapi harus baik. Islam sangat mengutamakan kesehatan, dengan kesehatan itu nyaman beribadah dan juga dapat bekerja dengan baik. Demikian pula cara mencari makan halal, tidak cukup hanya menghasilkan saja tetapi dituntut bekerja dengan baik, cara-cara yang halal dan baik. Jangan memakai cara yang merugikan orang lain.
2. Mendapatkan Solusi Hidup dan Rezeki
Orang-orang yang beriman selalu diseru untuk menjadi orang yang bertakwa, yakni orang yang membuktikan imannya. Adapun di antara ciri orang yang bertakwa adalah menggunakan Alquran sebagai petunjuk dalam kehidupan sehari-hari. Kita harus yakin jika kita bertakwa kepada Allah pasti akan mendapatkan jalan keluar dari masalah yang kita hadapi, sehingga akan mendorong kita selalu mengikuti petunjuk-petunjuk Alquran, sebagaimana firmanNya:
ومَن يَتَّقِ اللهَ يَجْعَل لَّهُ مَخْرَجاً
Artinya: "Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan ke luar," (QS Al-Thalaq: 2).
Pada saat yang sama, Al-Quran adalah obat dan rahmat, sehingga mustahil orang yang hidupnya dalam naungan Al-Quran akan dilanda kebingungan apalagi kekalutan.
وتنزل من القرآن ما هو شفاء ورحمة للمؤمنين ولا يزيدُ الظَّالِمِينَ إِلَّا خَسَارًا
Artinya: "Dan Kami turunkan dari Al Quran suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Al Quran itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang zulim selain kerugian," (QS Al-Israa: 82).
3) Mendapatkan Berkah
Sebagaimana dijelaskan Allah dalam surat Al-A'raf ayat 96 berikut ini:
ولو أن أهل القرى آمنوا واتقوا لفتحنا عليهم بركات من السَّمَاءِ وَالأَرْضِ ولكن كَذَّبُوا فأخذناهم بما كانوا يطيبون
Artinya: "Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya."
Keberkahan hidup adalah suatu hal yang harus kita utamakan, tidaklah ada artinya harta yang banyak namun tidak mendatangkan berkah. Berkah itu adalah ziyaadatul khairi, artinya tambahnya kebaikan. Dengan harta yang kita miliki kemudian kita semakin baik ketaatan kita kepada Allah dan semakin baik pula hubungan kita dengan sesama manusia berarti harta kita membawa berkah.
Alquran juga senantiasa mendorong diri untuk selalu melakukan proses pembersihan diri (tazkiyatun nafs), sehingga perilaku buruk seperti riya, hadad, iri hati, sombong terhadap orang lain bisa disingkirkan.
Contoh Kultum 5: Keutamaan Ahli Al-Quran
Sebagai kitab suci umat islam, Al-Quran dari masa ke masa hingga hari kiamat nanti, tidak akan pernah surut dipelajari. Orang yang membacanya tidak pernah merasa bosan, meski sudah berulang-ulang mengkhatamkannya.
Ilmu yang bersumber dari Alquran tidak pernah habis, sebab Alquran itu lah sumber dari segala sumber, kalam Allah Sang Pencipta semesta alam. Seiring berjalannya waktu, ilmu-ilmu baru yang berlandaskan Alquran maupun yang mempelajari kandungan Alquran itu sendiri kian banyak.
Sejak kecil, anak-anak muslim di desa maupun kota sudah digembleng, dikirimkan kepada guru-guru ngaji terdekat di tempat mereka. Masuk ke tingkat sekolah dasar, di antara pelajaran mereka adalah Alquran. Entah tajwid maupun kisah atau nilai-nilai teladan di dalamnya. Itu berjalan hingga sekolah tingkat SMA, dengan tingkat pelajaran yang lebih tinggi. Jika mereka masuk pesantren, ceritanya akan berbeda.
Pesantren merupakan Lembaga yang mengajarkan ilmu-ilmu keislaman dan lainnya, juga mendidik santri-santri dengan akhlak dan perangai yang baik. Ilmu-ilmu yang diajarkan di pesantren, tentunya tidak lepas dari Alquran. Di pesantren diajarkan ilmu tafsir, ilmu balaghah, ilmu qiraah, ilmu tajwid, dan lain-lain. Hingga mencapai ke jenjang universitas, S1, S2, dan S3 hingga doctoral tidak lepas dari landasan-landasan Alquran.
Imam Al-Bukhari dalam kitabnya, Shahih al-Bukhari, menyebutkan sebuah hadis mengenai keutamaan mempelajari Al-Quran. Hadis ini diriwayatkan oleh Sahabat Utsman RA, Rasulullah SAW bersabda:
خيركم مَنْ تَعَلَّمَ الْقُرْآنَ وَعَلَّمَهُ
Artinya: "Sebaik-baik kalian adalah orang yang belajar Al-Quran dan mengajarkannya." (HR Bukhari).
Dalam kitab yang sama dan Sahabat yang sama, namun redaksinya berbeda, Rasulullah saw bersabda:
إن أفضلكم من تعلم القرآن وعلمه
Artinya: "Sesungguhnya orang yang paling utama di antara kalian adalah yang belajar Al-Quran dan mengajarkannya," (HR Bukhari).
Hadis di atas derajatnya shahih, tidak diragukan lagi, karena ia dicantumkan dalam kitab Shahih al-Bukhari. Di luar itu, kandungan hadis ini menjelaskan kepada kita akan sebaik-baiknya orang, yaitu yang belajar Alquran dan mengajarkannya. Tentunya kebaikan ini meliputi kebaikan dunia maupun akhirat.
Nyatanya kita melihat banyak Ahlul Quran yang dimuliakan di dunia, mereka diundang di beberapa kegiatan, didatangi para murid, dan sebagainya. Kemudian di akhirat mereka pun akan dimuliakan pula.
Kendati demikian, keutamaan akhirat tentunya lebih tinggi daripada keutamaan di dunia. Tak jarang kita lihat guru-guru ngaji di desa yang secara perekonomian biasa saja, bahkan melarat.
Mereka mengambil nafkah bukan dari pengajaran Alquran, namun dari profesi mereka yang lain. Diantara guru ngaji itu, ada yang pagi hari berangkat ke sawah, pergi mengajar ke sekolah, pergi menggembala hewan ternaknya. Hingga maghrib menjadi penentu berakhirnya kegiatan, dan melanjutkan untuk mengajar ngaji di langgar atau di rumah mereka.
Kemuliaan Alquran tidak hanya terdapat pada orang yang mengajarkan Alquran semata, orang yang membaca pun mendapatkan keutamaannya. Banyak sekali ayat dan hadis yang menjelaskan keutamaan orang yang membaca Alquran. Allah SWT berfirman dalam QS Fätir ayat 29:
إن الذين يتلون كتاب الله وأقاموا الصلاة وأنفقوا مما رزقنَاهُمْ سِرًّا وَعَلَانِيَةً يَرْجُونَ تِجَارَةً لَن
النور
Artinya: "Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab Allah dan mendirikan shalat dan menafkahkan sebahagian dari rezeki yang kami anugerahkan kepada mereka dengan diam-diam dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan perniagaan yang tidak akan merugi. (QS Fatir: 29).
Al-Baidhäwi memberi penafsiran kata yatlūna kitab Allah dengan kata:
يداومون على قراءته أو متابعة ما فيه حَتَّى صَارَتْ سِنَةٌ لَهُمْ وَعُنْوَاناً
Artinya: "Orang-orang yang senantiasa membaca Alquran dan senantiasa mengikuti apa-apa yang ada di dalamnya, sehingga jadilah hal itu menjadi sifat dan ciri mereka."
Imam Bukhari dalam kitabnya, Shahih al-Bukhari, menyebutkan sebuah hadis mengenai keutamaan membaca Alquran, hadis ini diriwayatkan oleh Bunda Aisyah RA, Rasulullah SAW bersabda:
الَّذِي يَقْرَأُ الْقُرْآنَ وَهُوَ مَاهِر به مع السفرة الكرام البررة والَّذِي يَقْرَأُ الْقُرْآنَ وَهُوَ يَتَتَعْتَعُ فِيْهِ وَهُوَ
عَلَيْهِ شَاقُ لَهُ أَجْرَانِ
Artinya: "Orang yang membaca Al-Quran sedangkan dia mahir dalam membacanya, kelak mendapat tempat di dalam Surga bersama-sama dengan rasul-rasul yang mulia lagi baik. Sedangkan orang yang membaca Al-Quran, tetapi dia tidak mahir, dan membacanya tertegun-tegun, serta nampak agak berat lidahnya, dia akan mendapat dua pahala." (HR Bukhari)
مثلُ الْمُؤْمِنِ الَّذِي يَقرأ القرآن مثل الأترجة ريحها طيب وطَعْمُهَا طَيِّبٌ وَمَثَلُ الْمُؤْمِنِ الَّذِي لَا يقرأ القرآن مثل التمرة لا ريح لها وطعمها طيب حلو ومَثَلُ الْمُنَافِقِ الَّذِي يَقْرَأُ الْقُرْآنَ مَثل الريحانة ريحها طيب وطعمها مر ومثل المنافق الذي لا يقرأ القرآن كمثل الحنظلة ليس لها ريح وطعمها من
Artinya: "Perumpamaan orang mukmin yang membaca Alquran adalah seperti buah Utrujah yang baunya harum dan rasanya enak Perumpamaan orang mukmin yang tidak membaca Alquran seperti buah kurma yang tidak berbau sedang rasanya enak dan manis. Perumpamaan orang munafik yang membaca Alquran adalah seperti raihanah yang baunya harum sedang rasanya pahit. Dan perumpamaan orang munafik yang tidak membaca Alquran adalah seperti hanzhalah yang tidak berbau sedang rasanya pahit," (HR Bukhari & Muslim).
Dan hadis yang diriwayatkan oleh Abu Sa'id al-Khudri, Rasulullah SAW bersabda:
من شغله القرآن وذكري عن مسألتي أعطيته أفضل ما أُعْطِي السَّائِلِينَ، وَفَضْلُ كَلامِ اللهِ سبحانه وتعالى عن سائر الكلام كفضل الله تعالى على خليه
Artinya: "Barangsiapa disibukkan dengan Alquran dan menyebut nama-Ku, sehingga tidak sempat meminta kepada-Ku, maka Aku berikan kepadanya sebaik-baik pemberian yang Aku berikan kepada orang-orang yang meminta. Dan keutamaan kalam Allah atas perkataan lainnya adalah seperti, keutamaan Allah atas makhluk-Nya," (HR Tirmidzi).
Masih banyak lagi ayat-ayat dan hadis-hadis yang menjelaskan keutamaan orang yang belajar dan membaca Alquran. Jika semuanya dipaparkan disini, maka tidak cukup tiga sampai empat lembar. Cukuplah dalil-dalil di atas menjadi motivasi kita untuk menambah semangat dalam mengkaji Alquran, dan juga membaca Alquran.
Contoh Kultum 6: Keutamaan Mempelajari dan Membaca Al-Quran
Saat bulan suci Ramadhan tiba, banyak dari kita selaku umat muslim berlomba-lomba beribadah untuk mendapatkan banyak pahala Banyak dari kita yang kemudian menjadi giat untuk melakukan ibadah dan hal-hal kebaikan karena mengharap untuk mendapatkan pahala. Salah satu cara yang dapat kita lakukan yaitu dengan belajar dan membaca Alquran.
Mengapa dengan belajar dan membaca Alquran? karena membaca Alquran adalah salah satu amalan yang paling mudah dilakukan, selain mendapatkan pahala dan kebaikan yang besar, tentu kita juga akan mendapatkan beberapa pahala lain yang luar biasa dari keutamaan membaca dan mempelajari Al-Quran. Berikut beberapa keutamaan dari belajar dan membaca Al-Quran.
1. Merupakan Amal Terbaik.
Membaca Al-Quran merupakan amal terbaik karena Rasulullah SAW bersabda:
"Sebaik-baik kalian adalah orang yang belajar Al-Quran dan mengajarkannya". (HR Al-Bukhari).
Jadi inilah yang dimaksud dengan amal terbaik, karena manusia yang baik di mata Allah SWT adalah orang yang mau belajar membaca Al-Quran, mengamalkan dan mengajarkannya kepada yang lain. Rasulullah SAW bersabda, Allah SWT berfirman:
"Barangsiapa disibukkan dengan mengkaji Al-Quran dan menyebut nama-Ku, sehingga tidak sempat meminta kepada-KU, maka Aku berikan kepadanya sebaik-baik pemberian yang Aku berikan kepada orang-orang yang meminta. Dan keutamaan kalam Allah atas perkataan lainnya adalah seperti, keutamaan Allah atas makhluk-Nya." (HR Tirmidzi)
2. Pahala yang Berlipatganda
Banyak dari kita tahu bahwa setiap huruf dari bacaan Al-Quran yang kita baca, akan mendapatkan 10 kebaikan, seperti sabda Tiga Puluh Hari Menuju Takwa Rasulullah:
"Siapa saja membaca satu huruf dari kitab Allah(Al-Quran), maka baginya satu kebaikan, dan satu kebaikan itu dibalas dengan sepuluh kali lipatnya."
Besarnya pahala yang didapat dari membaca Al-Quran membuat kita berlomba-lomba dalam membaca. Al-Quran, apalagi di bulan suci Ramadan, yang setiap kebaikan akan dilipat gandakan 10 kali lipat lagi. Selain besarnya pahala yang kita dapat karena mempelajari dan membaca Al-Quran, orang tua kita juga akan mendapat ganjaran dari kita sebagai anaknya yang mempelajari Al-Quran. Rasulullah SAW bersabda:
"Siapa saja membaca Al-Quran, mempelajarinya dan mengamalkannya, maka dipakaikan kepada kedua orang tuanya pada hari kiamat mahkota dari cahaya yang sinarnya bagaikan sinar matahari, dan dikenakan kepada kedua orangtuanya dua perhiasan yang nilainya tidak tertandingi oleh dunia. Keduanya pun bertanya-tanya: "Bagaimana dipakaikan kepada kami semuanya itu?", Dijawab: karena anakmu telah membawa Al-Quran "(HR Al-Hakim).
3. Memberi Syafaat Pada Hari Kiamat
Rasulullah SAW bersabda:
"Bacalah Al-Quran, sesungguhnya ia pada hari Kiamat akan datang menolong pembacanya." (HR Muslim).
Inilah syafa'at yang kelak akan sangat kita butuhkan untuk. menolong kita pada hari kiamat. Untuk itu, semakin banyak kita membaca Al-Quran, maka akan semakin besar syafaat yang akan kita dapatkan. Dalam riwayat lain, Rasulullah SAW bersabda:
"Orang yang membaca Al-Quran sedangkan dia mahir melakukannya, kelak mendapat tempat di dalam surga bersama-sama dengan rasul-rasul yang mulia. Sedangkan orang yang membaca Al-Quran, tetapi dia tidak mahir, membacanya tertegun-tegun dan nampak agak berat lidahnya (belum lancar), dia akan mendapat dua pahala." (HR Bukhari & Muslim).
4. Mendapat derajat yang tinggi
Jika kita mahir dalam membaca Al-Quran, kita akan mendapat derajat yang tinggi dimata Allah SWT. Seperti sabda Rasulullah SAW:
"Orang yang membaca Alquran dengan mahir akan bersama malaikat yang mulia lagi teat" (HR Bukhari & Muslim).
Nabi Muhammad SAW juga bersabda:
"Sesungguhnya Allah SWT mengangkat derajat beberapa golongan manusia dengan Al-Quran ini dan merendahkan derajat golongan lainnya." (HR Bukhari & Muslim).
5. Mendapat Sakinah dan Rahmat
Rasulullah SAW bersabda:
"Tidak berkumpul suatu kaum di salah satu rumah Allah untuk membaca dan mempelajari kitab Allah kecuali turun atas mereka sakinah dan rahmat serta diliputi oleh malaikat serta Allah sebut dihadapan (malaikat) disisi-Nya," (HR Muslim).
Maka beruntunglah dan bersyukurlah kita yang masih dibukakan pintu hatinya untuk berkumpul di rumah Allah SWT untuk senantiasa belajar, maka kita senantiasa diberi sakinah dan rahmat oleh Allah SWT.
6. Mendapat Anugerah Terbaik
Siapa yang akan menolak jika kita diberi sebaik-baik anugerah apalagi oleh Allah SWT. Inilah sabda Rasulullah dalam Hadis Qudsi yang artinya "Barang siapa yang sibuk dengan Al-Quran dan zikir karena meminta kepada-Ku akan Ku beri sebaik-baik pemberian-Ku kepada orang-orang yang minta, dan kelebihan kalam Allah SWT atas kalam lain seperti kelebihan Allah atas makhluknya" (HR Tirmidzi).
Oleh karena itu, marilah kita senantiasa dekat dengan kitab Allah SWT, agar kita dapat memperoleh keutamaan-keutamaan dari belajar dan membaca Al-Quran sebagaimana yang Allah SWT janjikan kepada kita yang menjalankannya. Semoga kita senantiasa diberi kemudahan untuk belajar dan membaca Al-Quran.
Imam Bukhari Dalam kitab Shahihnya, meriwayatkan sebuah Hadis dari Utsman bin Affan Radhiyallahu Anhu, bahwa Rasulullah SAW bersabda:
غيركُمْ مَنْ تَعَلَّمَ الْقُرْآنَ وَعَلَّمَهُ
Artinya: "Sebaik-baik kalian adalah orang yang belajar Al-Quran dan mengajarkannya."
Al Hafizh Ibnu Katsir dalam kitabnya Fadhail Quran halaman 126-127 berkata, maksud dari sabda Rasulullah SAW "Sebaik-baik kalian adalah orang yang belajar Al-Quran dan mengajarkan kepada orang lain" adalah, bahwa ini sifat-sifat orang-orang mukmin yang mengikuti dan meneladani para rasul. Mereka telah menyempurnakan diri sendiri dan menyempurnakan orang lain. Hal itu merupakan gabungan antara manfaat yang terbatas untuk diri mereka dan yang menular kepada orang lain.
Dari Abdullah bin Mas'ud RA, ia berkata: Rasulullah SAW bersabda kepadaku: Bacakan Al-Quran kepadaku. Aku bertanya: Wahai Rasulullah, aku harus membacakan Al-Quran kepada baginda, sedangkan kepada bagindalah Al-Quran diturunkan.
Rasulullah SAW bersabda: "Sesungguhnya aku senang bila mendengarkan dari orang selainku. Kemudian aku membaca surat An-Nisa'. Ketika sampai pada ayat yang berbunyi: (Maka bagaimanakah (halnya orang kafir nanti), jika Kami mendatangkan seorang saksi (rasul) dari tiap-tiap umat dan Kami mendatangkan engkau (Muhammad) sebagai saksi atas mereka itu (umatmu)). Aku angkat kepalaku atau secara mendadak ada seseorang berada di sampingku. Dan ketika aku angkat kepalaku, aku melihat. beliau mencucurkan air mata," (Sahih Muslim No: 1332)
Imam Nawawi berkata, ada beberapa hal yang dapat dipetik dari hadis ini, di antaranya: "Sunah hukumnya mendengarkan bacaan Alqur'an, merenungi, dan menangis ketika mendengarnya, dan sunah hukumnya seseorang meminta kepada orang lain untuk membaca Al-Quran agar dia mendengarkannya, dan cara ini lebih mantap untuk memahami dan mentadabburi Al-Quran, dibandingkan dengan membaca sendiri.
Mempelajari Al-Quran adalah belajar membaca Al-Quran dengan disertai hukum tajwidnya, agar dapat membaca Al-Quran secara tartil dan benar seperti ketika Al-Quran diturunkan. Karena Allah dan Rasul-Nya sangat menyukai seorang muslim yang pandai membaca Alquran. Rasulullah SAW bersabda:
الماهر بالقرآن مع السفرة الكرام البررة والذي يقرأ القرآن وَيَتَتَعَتَعُ فِيهِ وَهُوَ عَلَيْهِ شَالَ لَهُ أجران . (متفق عليه)
Artinya: "Orang yang pandai membaca Al-Quran, dia bersama para malaikat yang mulia dan patuh. Sedangkan orang yang membaca Al-Quran dengan terbata-bata dan berat melafalkannya, maka dia mendapat dua pahala," (HR Bukhari & Muslim).
Dalam Alquran disebutkan perintah Allah SWT untuk membaca A Alquran dengan tartil:
وزيل القران ترتيلاً
Artinya: "Don bacalah Alquran dengan setartil-tartilnya," (QS Al-Muzzammil: 4)
(mep/csb)