Syarat seorang penguasa hendaknya mempunyai 12 pekerti, yaitu Pengendalian diri, sopan, takwa, amanah, sehat, sifat malu, murah hati, berbudi luhur, menepati janji, sabar, penyantun dan disiplin. Inilah beberapa sifat penting yang hendaknya dimiliki penguasa. Ingatlah bahwa sesuatu menjadi indah karena manusia. Manusia yang menjadikan indah karena ilmu, dan kedudukan mereka menjadi tinggi karena akal. Tidak ada yang sebaik akal dan ilmu, lantaran ilmu menjadi pengekal kemuliaan dan akal menjadi pengekal kebahagiaan dan pengendalinya.
Oleh sebab itu, diharapkan akal selalu beserta ilmu, sebagaimana nikmat selalu beserta syukur, persahabatan beserta kemesraan, dan ijtihad beserta kedaulatan. Jika kedaulatan telah ada, maka tergapailah semua kehendaknya. Kendalikan nafsu dengan kejernihan akal, jika hanya nafsu tanpa akal maka seseorang ( penguasa ) akan menjadi liar, rakus dan merugikan banyak pihak. Ketahuilah bahwa Allah SWT. memberikan akal dan nafsu sebagaimana Dia menciptakan bumi dan gunung-gunung sebagai fondasi dari bumi yang tercipta di atas air.
Aristoteles berkata, "Sebaik-baik penguasa adalah orang yang pandangannya tajam bak burung rajawali, sedangkan orang-orang yang berada di sampingnya para pejabat teras kerajaan, memiliki kecerdasan yang serupa, bagaikan banyak burung rajawali bukan seumpama bangkai."
Maksud tersebut di atas adalah seorang penguasa yang mempunyai pandangan cemerlang dan dapat mengetahui banyak hal, sementara para pendampingnya dan para pejabat teras kerajaan memiliki pandangan serupa, maka menjadi sempurna semua urusan pemerintahannya dan tegaklah semua urusan warganya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Alexander berkata, "Sebaik-baiknya raja adalah orang yang mengganti tradisi buruk dengan tradisi baik. Sebaliknya, seburuk-buruk raja adalah orang yang mengganti tradisi baik dengan tradisi buruk. Adapun Sufyan Tsauri berkata, "Sebaik-baiknya penguasa adalah orang yang berteman dengan kaum cerdik pandai."
Kekuasaan atau seseorang penguasa tentu tidak akan seterusnya, karena Allah SWT. telah menentukan batasannya sebagaimana dalam firman-Nya surah ali-Imran ayat 140 yang artinya, "Jika kamu (pada perang Uhud) mendapat luka, maka sesungguhnya kaum (kafir) itupun (pada perang Badar) mendapat luka yang serupa. Dan masa (kejayaan dan kehancuran) itu Kami pergilirkan diantara manusia (agar mereka mendapat pelajaran); dan supaya Allah membedakan orang-orang yang beriman (dengan orang-orang kafir) supaya sebagian kamu dijadikan-Nya (gugur sebagai) syuhada'. Dan Allah tidak menyukai orang-orang yang zalim."
Pada suatu hari Abdullah Ibn Thahir bertanya kepada ayahnya, "Berapa lama kekuasaan ini akan berada di tangan kita dan bertahan di istana kerajaan kita?" Kemudian ayahnya menjawab. "Selagi keadilan dan kejujuran dikembangkan di istana ini."
Unsur kejujuran dan keadilan adalah hal penting bagi penguasa untuk menjalankan amanahnya.
Ada seorang penguasa yang kehilangan kekuasaannya pernah ditanya, "Apa sebab kekuasaanmu lenyap dan berpindah kepada orang lain?"
Jawabnya, "Aku tertipu oleh kekuasaan, kekuatan dan kesenanganku akan pendapat dan pengetahuanku. Aku melupakan musyawarah dan menyerahkan kekuasaan kepada para petugas yang tak berpengalaman, melupakan petugas senior dan berpengalaman. Aku telah menyia-nyiakan kesempatan dan peluang yang tepat, tidak banyak berpikir tentang peluang itu, dan tiada pula melaksanakan pada saat yang diperlukan. Aku kurang tanggap pada tempat yang harus siap segera, dan kurang cepat menggunakan kesempatan dan kesibukan untuk memenuhi segala keperluan."
Ditanyakan lagi, "Apakah yang paling menimbulkan keburukan ?"
Jawabnya, "Para utusan yang tidak jujur, yaitu orang-orang yang berkhianat dalam menyampaikan risalah, hanya karena kepentingan perut mereka. Betapa banyak kerajaan menjadi hancur karena ulah mereka."
Dari kisah-kisah di atas, jelas bahwa seorang penguasa hendaknya jujur, adil dan memilih dengan tepat para pembantunya ( yang berakhlak dan berkemampuan ). Mempunyai pengetahuan yang luas adalah modal untuk mengembangkan negerinya. Sebagian orang yang silau akan pesona jabatan, maka dia akan membela dan mengelu-elukan idolanya, kadang dia lupa bahwa pada kurun sebelumnya berseberangan dan beda visi. Orang yang bersikap seperti ini akan merepotkan penguasa jika dia menjadi pembantunya, kecuali jika penguasa tersebut menyadari untuk saling berbagi " kenikmatan." Maka itulah merupakan masa-masa menuju keruntuhan.
Bagi masyarakat yang akan memilih pemimpin jadikanlah syarat 12 pekerti di atas, tentu akan sulit pemimpin yang bisa memenuhi keseluruhannya. Namun, pilihlah yang paling mendekati 12 pekerti tersebut. Semoga Allah SWT. membimbing kita semua dalam menentukan pilihan pemimpin negeri.
Aunur Rofiq
Ketua DPP PPP periode 2020-2025
Artikel ini merupakan kiriman pembaca detikcom. Seluruh isi artikel menjadi tanggungjawab penulis. (Terimakasih - Redaksi)
(erd/erd)
Komentar Terbanyak
Ada Penolakan, Zakir Naik Tetap Ceramah di Kota Malang
Sosok Ulama Iran yang Tawarkan Rp 18,5 M untuk Membunuh Trump
Respons NU dan Muhammadiyah Malang soal Ceramah Zakir Naik di Stadion Gajayana