Umat Pertengahan

Kolom Hikmah

Umat Pertengahan

Aunur Rofiq - detikHikmah
Jumat, 21 Feb 2025 08:00 WIB
Aunur Rofiq
Foto: Edi Wahyono/detikcom
Jakarta -

Umat Islam adalah ummatan wasathan, yaitu umat yang mendapat petunjuk dari Allah SWT sehingga menjadi umat yang adil, pilihan, dan akan menjadi saksi atas keingkaran orang-orang kafir. Umat Islam harus senantiasa menegakkan keadilan dan kebenaran, membela yang hak, serta melenyapkan yang batil.

Umat pertengahan ini dijelaskan dalam firman-Nya pada surah Al-Baqarah ayat 143:

"Demikian pula Kami telah menjadikan kamu (umat Islam) umat pertengahan agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Nabi Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu. Kami tidak menetapkan kiblat (Baitul Maqdis) yang (dahulu) kamu berkiblat kepadanya, kecuali agar Kami mengetahui (dalam kenyataan) siapa yang mengikuti Rasul dan siapa yang berbalik ke belakang. Sesungguhnya (pemindahan kiblat) itu sangat berat, kecuali bagi orang yang telah diberi petunjuk oleh Allah. Allah tidak akan menyia-nyiakan imanmu. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengasih lagi Maha Penyayang kepada manusia."

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Makna ayat di atas adalah umat Islam dalam segala persoalan hidup berada di tengah orang-orang yang mementingkan kebendaan dalam kehidupannya dan orang-orang yang mementingkan ukhrawi saja.

Dengan demikian, umat Islam menjadi saksi yang adil dan terpilih atas orang-orang yang bersandar pada kebendaan, yang melupakan hak-hak ketuhanan dan cenderung kepada memuaskan hawa nafsu.

ADVERTISEMENT

Mereka juga menjadi saksi terhadap orang-orang yang berlebih-lebihan dalam soal agama sehingga melepaskan diri dari segala kenikmatan jasmani dengan menahan dirinya dari kehidupan yang wajar.

Umat Islam menjadi saksi atas mereka semua, karena sifatnya yang adil dan terpilih dan dalam melaksanakan hidupnya sehari-hari selalu menempuh jalan tengah.

Demikian pula Rasulullah SAW menjadi saksi bagi umatnya, bahwa umatnya itu sebaik-baik umat yang diciptakan untuk memberi petunjuk kepada manusia dengan amar makruf dan nahi mungkar.

Kemudian dijelaskan bahwa perubahan kiblat dari Baitul Maqdis ke Ka'bah adalah untuk menguji manusia, siapa di antara mereka yang benar-benar beriman dan mengikuti Rasulullah SAW serta siapa pula yang lemah imannya, membelok dari jalan yang lurus.

Memang pemindahan kiblat itu dirasakan sangat berat oleh orang yang fanatik kepada kiblat yang pertama, karena manusia pada umumnya sulit untuk mengubah dan meninggalkan kebiasaannya.

Tetapi orang yang mendapat petunjuk dari-Nya dengan mengetahui hukum-hukum agamanya dan rahasia syariatnya, mereka sadar bahwa melaksanakan ibadah dengan menghadap kiblat itu adalah semata-mata karena perintah Allah SWT bukan karena suatu rahasia yang tersembunyi pada tempat itu.

Tujuan penempatan kiblat itu untuk menghimpun manusia pada satu arah serta untuk persatuan umat. Untuk menghilangkan keragu-raguan dari sebagian kaum Muslimin tentang pahala shalatnya selama mereka menghadap ke Baitul Maqdis dulu, maka Allah SWT menerangkan bahwa Dia sekali-kali tidak akan menyia-nyiakan iman dan amal orang-orang yang mematuhi Rasulullah SAW karena Allah Maha Pengasih dan Maha Penyayang.

Ummatan Wasathan juga diartikan sebagai umat yang berpengetahuan tinggi serta menjunjung tinggi nilai-nilai keadilan dalam kehidupan dan memiliki keterbukaan dalam berbagai aspek terlebih ilmu pengetahuan bukan umat yang ekslusif, jumud serta pasif menghadapi kemajuan.

Sejatinya umat ini semestinya banyak mengisi bidang-bidang keilmuan sebagai seseorang yang ahli karena sebagai umat yang berpengetahuan tinggi. Hal ini menjadi lengkap dengan diikuti sikap yang terbuka serta berkeadilan.

Penulis sejenak bersenandung:

"Janganlah berangkat terlalu dini atau terlambat.

Jika meminta, janganlah melewati batas berlebihan dan kurang dari batas kekurangan.

Menjadi insan utuh dan seimbang, adalah dambaan."

Sikap tengah atau moderat menjadikan seseorang tidak bersikap berlebihan. Gaya hidup dan bersikap berlebihan sesungguhnya dilarang, sebagaimana firman-Nya dalam surah al-Maidah ayat 77 yang terjemahannya:

"Katakanlah (Nabi Muhammad), "Wahai Ahlulkitab, janganlah kamu berlebih-lebihan dalam (urusan) agamamu tanpa hak. Janganlah kamu mengikuti hawa nafsu kaum yang benar-benar tersesat sebelum kamu dan telah menyesatkan banyak (manusia) serta mereka sendiri pun tersesat dari jalan yang lurus.""

Ayat ini diikuti dengan tuntunan dalam membelanjakan harta dalam surah al-Furqan ayat 67 yang terjemahannya:

"Dan, orang-orang yang apabila berinfak tidak berlebihan dan tidak (pula) kikir. (Infak mereka) adalah pertengahan antara keduanya."

Sifat yang tidak berlebih-lebihan dalam berinfak. Dan di antara sifat hamba-hamba Tuhan Yang Maha Pengasih adalah orang-orang yang apabila menginfakkan harta, mereka tidak berlebihan dengan menghambur-hamburkannya karena perilaku seperti inilah yang dikehendaki setan, dan tidak pula kikir yang menyebabkan dibenci oleh masyarakat.

Mereka berinfak di antara keduanya secara wajar. Inilah agama yang pertengahan, moderat, dan seimbang antara kepentingan individu dan masyarakat.

Sifat boros pasti akan membawa kemusnahan harta benda dan kerusakan masyarakat. Seseorang yang boros walaupun kebutuhan pribadi dan keluarganya telah terpenuhi dengan hidup secara mewah, tetap akan menghambur-hamburkan kekayaannya pada kesenangan lain, seperti main judi, main perempuan, minum-minuman keras, dan lain sebagainya. Dengan demikian, dia merusak diri sendiri dan masyarakat sekelilingnya.

Padahal, kekayaan yang dititipkan Allah SWT kepadanya harus dipelihara sebaik-baiknya sehingga dapat bermanfaat untuk dirinya, keluarga, dan masyarakat.

Sifat kikir dan bakhil pun akan membawa kepada kerugian dan kerusakan. Orang yang bakhil selalu berusaha menumpuk kekayaan walaupun dia sendiri hidup sebagai seorang miskin dan dia tidak mau mengeluarkan uangnya untuk kepentingan masyarakat.

Kalau untuk kepentingan dirinya dan keluarganya saja, dia merasa segan mengeluarkan uang, apalagi untuk kepentingan orang lain. Dengan demikian, akan tertumpuklah kekayaan itu pada diri seorang atau beberapa gelintir manusia yang serakah dan tamak. Orang yang sifatnya seperti ini diancam Allah SWT dengan api neraka.

Hal yang sama, ketika Pemerintah beralasan efisiensi dengan memotong anggaran belanja negara secara ekstrem akan berdampak besar terhadap kehidupan.

Adapun reaksi masyarakat bisa berlebihan sebagai perlawanan. Jika kondisi ini tidak ada mediasi untuk saling bersikap moderat melalui musyawarah, akan berdampak makin susahnya kehidupan rakyat kecil.

Ya Allah, mudahkanlah dan berilah cahaya-Mu kepada para pemimpin, agar mereka bisa menjalankan amanahnya dengan sikap "tengah" bukan mengedepankan kekuasaannya, dan kepada rakyat agar tetap diberi kesabaran dengan tetap memberikan masukan-masukan kepada pemimpin yang mewakilinya.

Baca juga: Kedaulatan

Aunur Rofiq

Ketua DPP PPP periode 2020-2025
Artikel ini merupakan kiriman pembaca detikcom. Seluruh isi artikel menjadi tanggung jawab penulis. (Terima kasih - Redaksi)




(inf/inf)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads