×
Ad

Jarak Jadi Tantangan, Kemendikdasmen Akan Hadirkan SLB Berasrama di 2026

Devita Savitri - detikEdu
Jumat, 28 Nov 2025 20:00 WIB
Ilustrasi anak disabilitas. Kemendikdasmen akan hadirkan SLB berasrama di 2026. Foto: ANTARA FOTO/SULTHONY HASANUDDIN
Jakarta -

Direktur Jenderal Pendidikan Vokasi, Pendidikan Khusus, dan Pendidikan Layanan Khusus Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Dirjen Pendidikan Vokasi PKPLK Kemendikdasmen) Tatang Muttaqin ungkap akan menghadirkan sekolah luar biasa (SLB) dengan asrama di 2026. Penghadiran SLB dengan asrama ini masuk dalam program revitalisasi satuan pendidikan.

Tatang menyebut langkah ini jadi jawaban dengan kendala jauhnya jarak antara rumah murid dan sekolah di berbagai daerah. SLB dengan asrama memungkinkan anak belajar secara efektif.

"Kami juga InsyaAllah di 2026 akan melakukan revitalisasi SLB dengan adanya asrama. Kenapa? Karena ada daerah-daerah yang orang tuanya itu rumahnya dari SLB itu lebih dari 25 kilo (km), bahkan 30 kilo dan 30 kilonya mungkin tidak seperti Jakarta," tuturnya.

"Jadi, kalau seharian orang tuanya itu nungguin dan itu bisa sampai sore mungkin lebih efisien dengan pendidikan di asrama," sambung Tatang lagi dalam acara Coffee Morning Hari Disabilitas Internasional di Sunyi Coffee, Jalan Barito I, Jakarta Selatan, Jumat (28/11/2025).

Target Bangun SLB Baru Lebih Banyak

Tatang membocorkan memang pihaknya telah merencanakan membangun SLB baru di beberapa provinsi. Namun, jumlahnya memang tidak banyak lantaran fokus program Kemendikdasmen adalah merehabilitasi.

"Kemarin (2025) kita menargetkan awal karena baru pertama, (dibangun) satu SLB, tapi diimplementasi jadi tiga. Kemudian kita juga asalnya target seratus SLB direhab, tapi diimplementasi mencapai hampir 300 (sekolah)," ungkap Tatang.

Jumlah sekolah yang direvitalisasi atau dibangun ini bisa bertambah dari target karena prosesnya dilakukan melalui swakelola oleh masyarakat. Ia menegaskan target 2026 akan lebih banyak dibanding 2025.

"Karena dengan cara swakelola itu bisa melipatgandakan, yang asalnya membangun itu butuh misalnya Rp 5 miliar ketika diserahkan ke masyarakat cukup Rp 2,5 miliar. Jadi yang kita targetkan akan lebih banyak dari kemarin untuk USB-nya (unit sekolah baru) tapi yang lain akan relatif sama," paparnya.

Terkait SLB dengan sistem asrama, Tatang menyebut akan dibangun sesuai usulan. Kemendikdasmen akan memproses usulan jika ada permintaan dari sekolah lantaran proses pembangunan juga bersifat swakelola.

Usulan bisa disampaikan secara daring yang kemudian akan diverifikasi oleh pemerintah provinsi. Setelah diverifikasi, Kemendikdasmen akan melakukan seleksi terlebih dahulu untuk memastikan tidak ada masalah dalam pembangunan.

"Terutama kan paling dasar itu masalah tanahnya. Apakah tanahnya milik yayasan atau apa, biar nanti setelah jadi tidak ada masalah," tegasnya.

Tidak Ada Diskriminasi untuk Murid Disabilitas

Tidak hanya program revitalisasi, Tatang menegaskan tidak ada diskriminasi program untuk murid disabilitas. Para murid juga mendapatkan program yang sama termasuk tes kemampuan akademik (TKA) dan juga pemberian interactive flat panel (IFP).

Tatang menegaskan SLB juga sudah mendapat bantuan IFP di 2025. Tapi, terkait 2026 akan ada penambahan atau tidak Tatang belum bisa memastikan. Kendati demikian, ia menyebut akan mengikuti arahan Presiden Prabowo Subianto.

"Kemarin Bapak Presiden ingin memberikan tambahan sekitar tiga ya, tapi nanti kan harus kita lihat rombelnya (rombongan belajar) berapa di sekolahnya. (sekarang) semua SLB mendapat IFP masing-masing satu sama dengan sekolah yang lain," tandasnya.



Simak Video "Video: Indonesia Kekurangan Guru SLB, Pendidikan Inklusif Terhambat"

(det/nwk)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork