Soal Aturan Ayah Antar Anak pada Hari Pertama Sekolah, Najelaa Shihab Bilang Begini

ADVERTISEMENT

Soal Aturan Ayah Antar Anak pada Hari Pertama Sekolah, Najelaa Shihab Bilang Begini

Novia Aisyah - detikEdu
Minggu, 20 Jul 2025 18:00 WIB
Ayah antar anak di hari pertama sekolah
Foto: Tangkapan layar/Ayah antar anak di hari pertama sekolah
Jakarta -

Pemerintah melalui beberapa kementerian telah membuat aturan untuk ayah mengantar anaknya ke sekolah per Senin, 14 Juli 2025 lalu. Apa manfaat dari aturan ini?

Aturan itu diteken oleh Kementerian Kependudukan dan Pembangunan Keluarga atau Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (Kemendukbangga/BKKBN) dan Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah. Keduanya mengeluarkan imbauan agar ayah mengantarkan anak pada hari pertama sekolah.

Kemendukbangga mengeluarkan imbauan tersebut melalui Surat Edaran Nomor 7 Tahun 2025 tentang Gerakan Ayah Mengantar Anak di Hari Pertama Sekolah.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Imbauan ini tentunya memantik respons yang bermacam-macam, tak terkecuali dari sejumlah praktisi dan pakar pendidikan.

Najelaa Shihab: Ayah Antar Anak Tingkatkan Kepercayaan Diri

Najelaa Shihab mengatakan gerakan ini merupakan langkah tepat karena pengasuhan adalah urusan bersama. Keterlibatan tinggi ayah atau bapak juga meningkatkan level kepercayaan diri dan kontrol diri anak.

ADVERTISEMENT

Najelaa menekankan pengasuhan anak adalah urusan bersama ayah dan ibu.

"Pengasuhan adalah urusan bersama. Keterlibatan tinggi ayah dalam pengasuhan, salah satunya dengan mengantarkan anak ke sekolah, berkaitan dengan tingginya level percaya diri dan kontrol diri anak. Jadi, keterlibatannya ayah benar-benar esensial," jelas pendiri Sekolah Cikal itu melalui keterangan tertulis kepada detikEdu, ditulis Sabtu (19/7/2025).

Penilaian Najelaa itu didukung juga Kepala SMP-SMA Cikal Amri Setu, Jakarta Timur, Izza Dinillah, MEd. Sebagai praktisi, ia menilai kegiatan ayah mengantar anak yang berusia SMP dan SMA, bermanfaat dalam membangun interaksi yang lebih berkualitas.

Meski begitu mengingat pada jenjang SMP-SMA anak sudah mandiri, maka tidak perlu sampai ditunggu pada hari pertama sekolah.

"Kebijakan gerakan ayah mengantar anak di hari pertama sekolah dalam hal ini dapat bermanfaat dalam membangun interaksi dengan kuantitas yang lebih banyak antara anak dan ayah. Untuk jenjang SMP-SMA, kami menganjurkan anak diantar dan didukung orang tua pada saat keberangkatan," tuturnya.

Banyak Cara Membangun Hubungan Berkualitas Ayah-Anak

Izza juga menegaskan, apa yang disampaikan Pemerintah dalam hal ini Kemendukbangga dan Kemendikdasmen bentuknya imbauan, sehingga tidak ada kewajiban dan seperti saran. Namun, saran ini memiliki dampak-dampak positif.

"Jika tidak mengikuti imbauan pun tidak apa-apa. Itu tetap menjadi pilihan masing-masing keluarga. Ada banyak keluarga yang memiliki kondisi hidup yang berbeda-beda, sehingga tentu punya cara masing-masing agar ayah tetap terlibat dalam pengasuhan," ungkapnya lagi.

Menurut Izzah, mengantar anak ke sekolah hanya salah satu cara dalam membangun interaksi berkualitas antara ayah dan anak. Namun, ia pun menekankan boleh juga menggunakan cara lainnya.

Negara Mempromosikan Pentingnya Peran Ayah

Imbauan Kemendukbangga ini dilatarbelakangi oleh fenomena fatherless atau ketidakhadiran ayah dalam peran pengasuhan.

Di sisi lain Kepala SD Cikal Amri Setu, Eka Wulanjari menyebut gerakan yang diinisiasi Pemerintah ini bisa menjadi pengingat untuk meningkatkan keterlibatan ayah dari sisi kepekaan, kesadaran, dan kesempatan membersamai tumbuh kembang anak.

Ia menyampaikan, sering kali ayah tidak bisa hadir di sekolah karena harus bekerja. Gerakan ini memberikan kesempatan agar ayah berperan dalam salah satu tahapan penting kehidupan anak.

"Gerakan mengantar anak ke sekolah merupakan langkah awal yang baik. Artinya, negara mempromosikan kesadaran tentang pentingnya peran ayah dalam pendidikan dan hidup anak," jelasnya.

Terlebih, Eka menyebut, dengan ayah mengantarkan anak ke sekolah, maka tingkat kecemasan dan kekhawatiran dalam diri anak akan menurun. Bahkan kegiatan ini meyakinkan kepada anak, ayah hadir di sisinya.

Pada anak yang masuk sekolah baru terlebih lagi, menurut Eka bisa saja ada kecemasan atau ketakutan yang muncul pada diri anak.

"Saya mendukung gerakan untuk meningkatkan keterlibatan ayah dalam pendidikan anak dan keseharian anak. Gerakan mengantar anak ke sekolah merupakan langkah awal yang baik," ungkapnya.

Bagaimana dengan Ayah Disabilitas?

Sementara, kehadiran ayah secara fisik untuk anak juga bisa jadi terhalang hal-hal tertentu, contohnya jika ayah mengalami disabilitas. Mengenai hal ini, Izza menekankan koneksi dan kedekatan ayah dan anak tidak selalu bergantung pada kemampuan fisik.

"Kedekatan secara lokasi, presensi dalam hidup, perhatian, dan kasih sayang tidak selalu berhubungan dengan kekuatan dan kemampuan fisik. Misalnya memberikan afirmasi bahwa anak telah melakukan yang terbaik di hari pertama sekolah, mendengarkan cerita anak, makan bersama dan masih banyak lagi," terang Izza.

"Kembali lagi, setiap Ayah perlu selalu mencari cara untuk bisa hadir bagi anak. Mungkin tidak mudah, tapi dengan usaha pasti bisa," imbuhnya.




(nah/faz)

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads