Tampak dalam video unggahan akun Tiktok 'CintaniaSyurga' itu, anak-anak terlihat sangat bahagia saat diantar oleh ayahnya ke sekolah. Apalagi, bagi siswa baru, di hari pertamanya ada Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS).
Dalam video yang beredar, para ayah terlihat ikut masuk ke dalam lingkungan sekolah. Mereka foto bersama, bercanda dan memberikan semangat kepada anak-anaknya.
Video dengan back sound 'Yang Terbaik Bagimu (Jangan Lupakan Ayah) itu mendapatkan like sebanyak 172 ribu dan 5.622 komentar.
"Program hari pertama masuk sekolah diantar ayah ini keren dan efisien woi, karena kita tahu lah serempong apa emak-emak yang kadang ga bisa kondusif," tulis akun @hallomisya.a di kolom komentar dilihat detikJatim, Selasa (15/7/2025).
Selain itu, ada juga yang berkomentar, bahwa yang menciptakan program tersebut sangat keren. Namun, lebih keren lagi para ayah yang mau mendukung program itu demi anaknya.
"Yang menciptakan program hari pertama sekolah dianter ayah keren banget, tapi lebih keren ayah yang mau mendukung program tersebut demi anak tersayang," tulis akun @fiyaa.
Diketahui, ternyata aksi para ayah yang mengantarkan anaknya ke sekolah itu adalah imbas dari imbauan yang disebarkan oleh Pemerintah Kabupaten Jember bekerjasama dengan Kementerian Kependudukan dan Pembangunan Keluarga/BKKBN.
Pemkab Jember menyebarkan flayer ajakan Gerakan Ayah Teladan Indonesia (GATI). Selain itu, tertulis di flayer tersebut tentang 'Ayah, Yuk Antar Anak di Hari Pertama Masuk Sekolah'.
Pemkab juga memberikan imbauan agar para ayah tidak lupa foto atau membuat video bersama anaknya. Lalu di unggah ke sosial medianya dengan memberikan hastag GATI Jember.
Selain ajakan dari Pemkab Jember, ternyata Menteri Kependudukan dan Pembangunan Keluarga (Mendukbangga)/Kepala BKKBN, Wihaji, menerbitkan surat edaran (SE) Nomor 7 Tahun 2025 tentang Gerakan Ayah Mengantar Anak di Hari Pertama Sekolah. Menteri Wihaji mengajak para ayah untuk mengantar anaknya ke sekolah.
Berdasarkan hasil penelusuran, latar belakang Menteri Wihaji memberikan surat edaran ayah antar anak, dikarenakan 20,9 persen anak-anak di Indonesia kehilangan kehadiran ayah, baik akibat perceraian, kematian, atau pekerjaan ayah yang jauh dari keluarga.
Sedikitnya 33 persen remaja Indonesia mengalami masalah kesehatan mental, namun hanya 4,3 persen orang tua mendeteksi bahwa anaknya membutuhkan bantuan.
Tercatat, 37,17 persen anak usia 0-5 tahun diasuh oleh kedua orang tua kandung secara bersamaan, dan 20,9 persen keterlibatan ayah dalam pengasuhan anak secara langsung di Indonesia.
Data itu dipublikasikan oleh Unicef tahun 2021; I-NAMHS tahun 2022; BPS tahun 2021; dan KPAI tahun 2017. Maka, hal tersebut menunjukkan bahwa fenomena fatherless 'istilah yang menggambarkan kondisi ketika seorang anak tumbuh tanpa kehadiran atau peran aktif seorang ayah dalam hidupnya, baik secara fisik maupun psikologis' tengah terjadi di Indonesia.
(auh/abq)