Kementerian Kependudukan dan Pembangunan Keluarga atau Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (Kemendukbangga/BKKBN) menerbitkan Surat Edaran Nomor 7 Tahun 2025 tentang Gerakan Ayah Mengantar Anak di Hari Pertama Sekolah.
Latar belakang edaran ini adalah fakta banyak anak Indonesia yang mengalami fatherless atau situasi ketidakhadiran peran ayah. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) 2021 hanya 37,17% anak usia 0-5 tahun yang diasuh kedua orang tuanya. Padahal, pengasuhan anak yang efektif memerlukan keterlibatan aktif dari peran ayah dan ibu.
Gerakan Ayah Mengantar Anak di Hari Pertama Sekolah dari Kemendukbangga dimulai pada 14 Juli 2025. Gerakan ini sejalan dengan imbauan Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) agar orang tua mengantarkan anak pada hari pertama sekolah.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kemendikdasmen juga menekankan peran ayah untuk mengantar anak ke sekolah, bukan hanya ibu.
"Diharapkan ayah, ibu, ataupun wali murid untuk berkenan mengantarkan anak-anaknya pada saat pelaksanaan MPLS, terutama juga ayah. Jadi jangan hanya jadi beban ibu untuk mengantarkan (anak) ke sekolah," jelas Kepala Pusat Penguatan Karakter Rusprita Putri Utami dalam acara Sosialisasi MPLS Ramah 2025 yang dilansir secara daring melalui YouTube Kemendikdasmen pada Selasa (8/7/2025) lalu.
Kemendukbangga dan Kemendikdasmen memang menegaskan soal ayah mengantar anak ke sekolah, terutama pada hari pertama sekolah. Namun, secara umum bagaimana pendapat para ayah soal peran mengantar anak ke sekolah?
Apa Kata Bapak-bapak?
Rasakan Banyak Manfaat Antar Anak ke Sekolah
Ada beragam tanggapan dari para ayah terkait hal ini. Seperti dituturkan oleh salah satu ayah yang tak ingin disebutkan identitasnya ini kepada detikEdu pada Rabu (17/7/2025).
Bapak dari siswa kelas 10 SMA ini hampir setiap hari mengantar anaknya ke sekolah. Kecuali jika ada situasi lain yang mendesak, maka peran itu digantikan istrinya. Ia sendiri mengaku setuju-tidak setuju dengan imbauan dari Kemendukbangga tersebut.
"Menurut hemat saya, tanpa ada imbauan pun, kalau tidak bisa dibilang semua, mayoritas ayah pasti ingin mengantar/jemput anaknya sekolah. Kalaupun ada ayah yang tidak mengantar anaknya sekolah, saya yakin bukan karena tidak ingin, tapi lebih karena keadaan yang membuat mereka tidak bisa mengantar anaknya sekolah," ungkapnya.
Ia hampir selalu mengantar anaknya ke sekolah karena menurutnya memang kewajiban orang tua. Selain itu, ia merasakan ada kenikmatan tersendiri saat mengantar anak ke sekolah.
"Perjalanan rumah-sekolah biasanya diisi dengan obrolan/diskusi apapun, tak melulu soal sekolah," ujarnya.
Ia menyebut ada banyak manfaat mengantar anak ke sekolah.
"Ikatan emosional orang tua-anak terjalin dengan baik, komunikasi lancar, anak pun tak sungkan untuk cerita hal apa pun. Dari sisi keamanan anak juga lebih terjaga," jelasnya.
Selalu Antar Anak ke Sekolah
Sementara RF, bapak dari seorang siswi kelas 2 SD di Tangerang mengatakan selalu mengantar anak ke sekolah. Ia menyampaikan, waktu untuk ngobrol dengan anak dirasa terbatas karena bekerja.
Maka ketika ada waktu yang bisa dimanfaatkan bersama anak, ia menilai perlu untuk memaksimalkan ini, termasuk juga di antaranya menyempatkan mengantar anak ke sekolah.
"β Ada aspek emosional yang tersambung dengan mendengar cerita anak ataupun membantunya belajar kembali beberapa hal yang mungkin selama di sekolah ada kesulitan," tutur RF.
Meski begitu, ia memiliki penilaian sendiri soal imbauan dari Kemendukbangga.
"Imbauannya terlalu masuk ke ranah pribadi, harusnya Pemerintah dalam hal ini Kemenduk membuat imbauan yang lebih penting dari ini, contoh tentang edukasi program parenting, gerilya ke seluruh lapisan masyarakat," kata RF.
"Jadi yang dibentuk fondasi berpikirnya, habit akan terbentuk juga nantinya. Menjadi orang tua bukan hanya tentang mengantar sekolah saja," lanjutnya.
Tanggung Jawab Bersama dengan Istri
Opini lain datang dari ayah seorang siswa kelas 3 SD di Yogyakarta. Ia dan istri bersikap fleksibel soal mengantarkan anak ke sekolah.
Menurutnya, mengantar anak ke sekolah menjadi tanggung jawab bersama dengan istri. Keduanya dapat bergantian apabila memang sedang ada yang perlu dikerjakan.
Soal mengantar anak ke sekolah, ia menilai apabila ini diwajibkan, maka untuk ASN mungkin bisa dilakukan. Namun, pekerja swasta belum tentu semuanya bisa melakukannya.
"Kalau saya, ya disempatkan untuk mengantar anak, jadi dalam satu minggu (5 hari sekolah) minimal satu kali mengantar ke sekolah, atau kalau istri sedang ada yang harus dikerjakan, ya, saya yang antar," katanya kepada detikEdu.
"Manfaatnya jadi tau aktivitas anak di sekolah, si anak juga jadi bercerita tentang apa yang ia alami di sekolah, baik soal pelajaran atau pergaulan. Kalau dengan istri, ya berbagi tanggung jawab untuk mengantar anak ke sekolah," jelasnya.
Imbauan Ini Bisa Jadi Cara Bonding dengan Anak
Ada pula Candra, ayah dari siswa kelas 6 SD di Solo mengaku setuju dengan imbauan Kemendukbangga. Ia menjelaskan alasannya.
"Karena umumnya seorang Bapak itu bekerja, sehingga terkadang memiliki sedikit waktu untuk bonding dengan anak. Jadi imbauan tersebut menjadi salah satu cara untuk bonding dengan anak," terangnya.
Ia pun hampir setiap hari mengantarkan anaknya ke sekolah. Tak hanya karena arah ke sekolah sejalan dengan arah kantornya, tetapi juga mengantar anak menjadi waktu ngobrol dan sarana bonding. Ia menyebut melakukan hal ini bisa membuat anak jadi terbuka dengan bapaknya.
"Setidaknya terbiasa mengobrol dengan bapaknya. Karena budaya Jawa, sering kali anak itu kesulitan untuk sekedar mengobrol dengan bapaknya," jelasnya.
Tak Harus Bapak, Tapi Ada Kepuasan Tersendiri Antar Anak
Lain lagi pendapat dari Yoelianto dari Yogyakarta. Bapak dari siswi kelas 10 SMA ini menilai, mengantar anak ke sekolah tak harus dilakukan ayah. Walau begitu, anaknya selalu diantar ke sekolah.
"Tidak harus bapak, menurut saya, kondisional aja. Jika bapak tidak bisa mengantar, bisa diantar Ibu dan sebaliknya," ucapnya.
"Karena kebetulan istri saya sibuk mengurus rumah dan anak ke-2, ecuali saya tugas kantor keluar kota," imbuhnya.
Menurutnya, ada kepuasan tersendiri saat mengantar anak ke sekolah.
"Ada kepuasan tersendiri saat mengantar anak ke sekolah, yang mungkin saja tidak semua ayah bisa mengantar, mungkin saja kerja dil uar kota dan jauh dari keluarga," kata dia.
(nah/twu)