Bermula dari Nonton YouTube, Siswa SMP Ini Jadi Penemu Asteroid di Usia 13

Rahma Indina Harbani - detikEdu
Minggu, 02 Jan 2022 20:00 WIB
Miguel Rojas, penemu asteroid baru di usia 13 tahun bersama NASA. (Foto: Instagram @miguelrojasr14)
Jakarta -

Siapa yang mau berkenalan dengan remaja berprestasi satu ini? Dia adalah siswa SMP asal ibu kota Negara Bagian Lara di wilayah barat Venezuela. Bernama lengkap Miguel Rojas dan di usianya yang masih menginjak 13 tahun sudah berhasil menemukan asteroid baru.

Prestasi ini tentunya tidak dapat dengan mudah diraih oleh setiap orang. Untuk itu, Miguel dengan sang ibu, Mary Ramos, membeberkan perjalanannya hingga berhasil menjadi penemu asteroid baru bersama jawatan sipil federal AS untuk penerbangan dan antariksa, NASA (Badan Penerbangan dan Antariksa Amerika Serikat).

Menonton Video YouTube

Melansir dari BBC Indonesia, ibu Miguel, mulai menyadari putranya memiliki ketertarikan pada ruang angkasa dan alam semesta sejak ia berusia 5-6 tahun.

Saat itu, cerita Ramos, Miguel tengah menonton salah satu video yang diunggah di YouTube. Kemudian, Miguel kecil meminta pada sang ibu untuk membelikannya buku yang ditampilkan di sana.

"Ketika dia berusia lima atau enam tahun, dia menonton video di YouTube dan memberitahu saya, 'Bu, aku mau salah satu buku itu,'" cerita Ramos.

Ternyata, buku yang dimaksud oleh putranya adalah buku-buku yang ditulis oleh seorang ilmuwan fisika teoritis Stephen Hawking. Hal ini pun juga membuat dirinya sedikit bingung tentang bagaimana Miguel yang masih berusia 5 tahun tersebut memahami isi buku itu.

Baca Buku Stephen Hawking Sejak Prasekolah

Meskipun kecintaannya terhadap ilmu-ilmu astronomi dan alam semesta sangat besar, namun Miguel mengaku dirinya tidak memiliki mata pelajaran favorit di sekolah.

Sebaliknya, ia hanya memiliki ketertarikan pada luar angkasa sejak kecil. Hal ini pula yang membuatnya bercita-cita menjadi seorang insinyur roket. Bahkan mengoleksi buku-buku ilmiah yang kompleks.

"Saya sudah tertarik dengan luar angkasa seumur hidup saya, bahkan sejak saya masih kecil," kata Miguel.

"Buku pertama yang saya miliki membuat saya ingin mempelajari lebih banyak hal tentang astronomi dan sains." lanjut dia lagi.

Buku pertama yang membuatnya tertarik dengan astronomi dan sains yang dimaksud oleh Miguel ini adalah buku Atlas of Space. Selain itu, ia juga mengoleksi buku-buku karya fisikawan Stephen Hawking, serta buku-buku yang ditulis oleh fisikawan Kip Thorne.

Keseluruhan buku tersebut merupakan kumpulan buku yang membahas persoalan kompleks hukum alam semesta. Sekaligus menjadi referensi bagi para ilmuwan.

Sang ibu, Ramos, juga menambahkan cerita saat Miguela meminta buku Stephen Hawking untuk pertama kalinya. Saat itu, di Venezuela sulit untuk menemukan buku tersebut dan membuat dirinya harus memesan di luar negeri.

Setelah berhasil mendapatkan buku yang diimpikannya, Miguel yang masih berusia 5-6 tahun tersebut pun mulai membacanya sembari menonton video di YouTube untuk memahaminya.

"Tetapi dia membacanya, ketika tidak mengerti, dia mengulang membacanya lalu mencari tahu lebih banyak lewat banyak video di Youtube. Itu terlihat mudah baginya. Dia juga pernah menjelaskan apa yang dia pelajari kepada saya, tetapi saya tidak memahaminya." beber Ramos.

Ikut Pendampingan Senior Penemu Asteroid

Miguel bergabung dengan organisasi nirlaba swasta bernama Orbita CI 130. Organisasi ini berfokus mendampingi anak-anak dengan bakat luar biasa di Venezuela dan didirikan oleh salah seorang penemu asteroid pada tahun 2012, Barquisimeto.

Sosoknya inilah yang juga disebut sebagai mentor bagi Miguel. Saat itu, ia mulai bergabung sebagai seorang peserta karena masih terlalu muda untuk ikut serta dalam kampanye pencarian asteroid.

Menemukan Asteroid Tanpa Teleskop

Pada November 2020, Miguel akhirnya memulai pencarian asteroidnya. Hingga kemudian Kolaborasi Pencarian Astronomi Internasional (IASC) mengirim Miguel sebuah gambar yang diambil oleh teleskop Pan-STARRS, sebagai bentuk sponsor dari NASA.

Tugas Miguel adalah menganalisis gambar tersebut menggunakan perangkat lunak khusus. Lalu, ia diminta untuk menulis laporan dari semua objek yang diamatinya. Hal ini bertujuan untuk membandingkannya dengan data yang sudah ada.

Penelitian ini dilakukan selama berbulan-bulan hingga hasilnya, penemuan dari Miguel dinyatakan sebagai penemuan baru. Kemudian, asteroid tersebut diberi nama 2021GG40 pada April 2021 lalu.

Beberapa bulan kemudian, siswa SMP ini akhirnya menerima sertifikat penemuan asteroid. Berikut dengan tanda tangan resmi dari pihak IASC, NASA, dan Institut Astronomi Universitas Hawaii.

Keren banget, ya, detikers!



Simak Video "Video Siswa di Palembang Dibully-Dilempar ke Sungai, Nenek Lapor Polisi"

(rah/lus)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork