Ini Transportasi Haji pada Zaman Kolonial Belanda, Dulu Sudah Ada Agen Perjalanan?

ADVERTISEMENT

Ini Transportasi Haji pada Zaman Kolonial Belanda, Dulu Sudah Ada Agen Perjalanan?

Novia Aisyah - detikEdu
Minggu, 08 Jun 2025 11:00 WIB
Jemaah haji Nusantara di awal abad ke-16
Foto: (bonauli/detikcom)/Jemaah haji Nusantara di awal abad ke-16
Jakarta -

Perjalanan haji orang-orang Nusantara zaman dahulu jauh lebih menantang. Bukan cuma jenis transportasi yang tak secanggih sekarang, tetapi juga ada banyak peristiwa yang menghambat seperti perang dunia pertama hingga pandemi flu Spanyol.

Tidak hanya soal jarak Tanah Air ke Makkah yang begitu jauh, moda transportasi yang tradisional terbilang berisiko. Ini kenapa ada banyak jamaah haji pada zaman dahulu yang meninggal dalam perjalanan.

Transportasi Haji Zaman Dahulu

Sebelum ada kapal uap, perjalanan haji orang Indonesia menggunakan kapal layar. Menurut M Fuad Nasar, dikutip dari laman resmi Kementerian Agama RI, berbagai sumber mengatakan sejak dibukanya Terusan Suez pada 1869, waktu tempuh transportasi laut dari Indonesia ke Jeddah jadi lebih cepat dan murah, sekaligus menguntungkan dari segi keamanan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sementara dikatakan dalam buku Penyelenggaraan Ibadah Haji Hindia Belanda sejak Liberalisasi hingga Depresi Ekonomi oleh Fauzan Baihaqi, kesibukan musim haji pada era kolonial biasanya dimulai pada Rajab. Pada bulan ini dilakukan persiapan keberangkatan.

Sejak Rajab sampai Zulkaidah, musim-musim haji hingga waktu kepulangannya memakan waktu sekitar 6 bulan. Mereka yang tiba lebih dulu, menunggu hingga waktu yang ditentukan pada bulan Zulhijah tanggal 10.

ADVERTISEMENT

Beberapa kloter terakhir kapal haji bahkan baru berangkat dari Hindia Belanda pada Sya'ban atau awal Ramadan. Terkadang kapal haji baru tiba paling lambat di Pelabuhan Jeddah ketika sudah masuk pertengahan Ramadan atau paling lambat Syawal.

Maka kerap jamaah haji zaman dahulu merayakan dua hari raya besar di Makkah.

Agen Haji Zaman Dulu

Ada berbagai daerah di Indonesia pada saat itu yang sudah memiliki agen-agen keberangkatan haji. Di Batavia misalnya, ada cukup banyak kantor agen pelayaran untuk pergi haji.

Mereka yang berasal dari desa akan menerima surat jalan melalui syekh yang juga kepala rombongan. Syekh dan para jamaah akan mengambil surat jalan di kantor perusahaan kapal yang akan mengantarkan ke Makkah.

Agen perusahaan lalu mengirimkan surat jalan ke kepala Pelabuhan Tanjung Priok untuk daftar. Kemudian agen lain memberikan karcis jalan kembali kepada syekh, yang lalu diberikan lagi ke kepala pelabuhan yang sama.

Lalu, kepala pelabuhan akan memberikan surat jalan kepada orang yang berhak pada hari keberangkatan.

Pada mulanya, pelabuhan di Batavia dan Padang ditetapkan sebagai tempat embarkasi haji. Kemudian disusul pelabuhan lainnya di Sabang, Makassar, Surabaya, Palembang, dan Medan.




(nah/faz)

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads