Pada bulan Ramadhan, detikers tentu kerap menemukan kuliah tujuh menit atau kultum, baik di layar kaca; media sosial; maupun secara langsung saat menghadiri kajian-kajian.
Meski dikatakan sebagai kuliah 7 menit, durasinya tidak benar-benar tujuh menit. Durasi kultum bisa hanya 5 menit, disesuaikan kondisi.
Kultum Ramadhan singkat biasanya disampaikan dalam rangkaian salat tarawih.
Nah, bagi kalian yang membutuhkan inspirasi kultum singkat 5 menit, berikut ini detikEdu telah merangkumnya dari buku Kumpulan Kultum Ramadhan: berkaca pada Jiwa oleh Prito Windiarto dan Taupiq Hidayat serta arsip-arsip detikcom.
Materi Kultum Ramadhan Singkat 5 Menit
1. Kultum Bertema Nikmat Sehat
Oleh: Prito Windiarto
Apabila sedang sehat, makan nasi putih hangat walaupun hanya dengan lauk ikan asin, sambal, dan lalap singkong pun nikmatnya full. namun, spaghetti semahal apa pun jika dimakan saat sakit, maka dapat terasa tidak enak.
Inilah salah satu nikmatnya kesehatan.
Saat sedang sehat, tak jarang kesehatan kurang dijaga, makan sembarangan, jarang olahraga, hingga kurang istirahat. Barulah saat sakit, sehat jadi primadona.
Ketika sedang sakit, ada banyak kerugian yang dapat dirasakan. Pertama dari segi biaya.
Kita semua sudah sama-sama mafhum betapa mahalnya biaya kesehatan sekarang ini. Saking mahalnya, bahkan ada idiom, "orang miskin dilarang sakit!"
Kemudian, saat sakit produktivitas hilang. Saat sakit, pekerjaan kita terhenti atau minimal berkurang.
Kinerja orang yang flu dengan yang sehat bugar tentunya berbeda. Apa lagi jika sakit tersebut membuat diri terbaring lemah. Tentu pekerjaan akan terbengkalai.
Saat sehat ada banyak aktivitas yang dilakukan, tetapi saat sakit akan banyak hambatan.
Ketiga, merepotkan orang lain. Tak dapat dipungkiri saat sakit, kita membutuhkan orang lain untuk membantu. Minimal misalnya mengambil air minum untuk obat.
Apa lagi apabila sakit menyebabkan diri terkulai. Makan, minum, bahkan BAB membutuhkan bantuan orang lain. Belum lagi orang-orang yang menunggui.
Itulah beberapa kerugian ketika sakit. Saat itulah kita diingatkan betapa berharganya kesehatan. Nikmat sehat adalah anugerah dari Sang Maha Kuasa.
Punya uang berlimpah pun, apabila sakit selalu mengiringi, maka untuk apa?
Ayo jaga kesehatan. Lebih baik mencegah daripada mengobati, bukan?
2. Kultum bertema Keistimewaan dan Keutamaan Puasa
Oleh: Prito Windiarto
Alhamdulillah, segala puji hanya untuk-Nya, penguasa alam semesta. Karunia-Nya tak terhingga.
Salawat dan salam teruntuk junjungan kita nabi Muhammad SAW. Semoga kita dapat mengikuti sunnah-sunnahnya.
Tidak terasa hari ini kita telah berada pada bulan kemuliaan, bulan yang di dalamnya terdapat malam yang lebih utama dari malam 1000 bulan. Inilah salah satu ibadah teragung, yakni puasa, yang wajib dikerjakan.
Kita yakin dengan sepenuh hati bahwa bulan Ramadhan adalah bulan penuh berkah. Pada bulan nan indah ini kita diperintahkan untuk menunaikan ibadah puasa.
Ibadah puasa terasa spesial karena benar-benar jalur langsung antara seorang hamba dengan Rabb-nya. Ibadah ini langsung dinilai oleh Allah Sang Maha Kuasa.
Rasulullah SAW meriwayatkan firman Allah SWT dalam hadis Qudsi yang artinya, "Setiap amal manusia adalah untuknya kecuali puasa, sesungguhnya (puasa) itu untuk-Ku, dan Aku yang akan membalasnya." (HR Ahmad dan Muslim).
Pada kesempatan ini izinkan saya untuk memaparkan ulang keutamaan puasa yang dihimpun dari berbagai sumber.
Pertama, puasa sebagai penghapus dosa-dosa. Kedua, puasa adalah perisai (penghalang).
Dalam hadis riwayat Imam Ahmad disebutkan, "Puasa itu perisai (penghalang), yang akan menghalang seorang hamba dari api neraka."
Hadis itu dikuatkan oleh hadis riwayat Imam Nasaí, "Puasa itu penghalang, selagi ia tidak dirusak."
Berdasarkan hadis tersebut, kita meyakini bahwa puasa yang kita lakukan, selagi tidak dirusak, akan menjadi penghalang (perisai) dari api neraka kelak.
Adapun hal-hal yang merusak puasa di antaranya adalah dusta, menggunjing, memfitnah, dan kemaksiatan lainnya. karena itu sudah selazimnya kita menjaga puasa kita agar tetap bermakna.
Demikianlah banyak keutamaan puasa ini, semoga menjadi motivasi bagi kita agar bisa menjalankan puasa sebaik-baiknya.
3. Kultum Bertema Nuzullul Quran
Assalamualaikum warahmatullahi wabarokatuh
Bismillahirahmanirrahim,
Hadirin yang dimuliakan Allah, Al-Quran merupakan mukjizat terbesar yang diterima Nabi Muhammad dan menjadi petunjuk umat manusia. Dalam sejarahnya, peristiwa Nuzulul Quran atau proses diturunkannya Al-Quran terjadi pada bulan suci Ramadhan.
Allah berfirman dalam surat Al-Baqarah ayat 185:
شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِيْٓ اُنْزِلَ فِيْهِ الْقُرْاٰنُ هُدًى لِّلنَّاسِ وَبَيِّنٰتٍ مِّنَ الْهُدٰى وَالْفُرْقَانِۚ
Artinya: "Bulan Ramadan adalah (bulan) yang di dalamnya diturunkan Al-Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu serta pembeda (antara yang hak dan yang batil)."
Imam Al-Qurthubi dalam kitab tafsirnya, Al-Jami' li Ahkamil Qur'an menjelaskan, selain Al-Quran beberapa kitab suci lain juga turun pada bulan Ramadhan. Shuhuf Ibrahim turun di malam pertama Ramadhan, Nabi Musa menerima Taurat pada hari keenam Ramadhan, dan Nabi Isa menerima Injil di hari ketiga belas Ramadhan. Keterangan ini dikutip dari hadits Rasulullah yang diriwayatkan oleh Watsilah bin Asqa'. (Al-Qurthubi, Al-Jami' li Ahkamil Qur'an, [Beirut: Muassasah Ar-Risalah: 2006], juz III, halaman 161).
Al-Quran secara keseluruhan mulai dari ayat-ayat yang jelas sampai ayat-ayat yang samar dan mulai dari nasikh sampai mansukh, semuanya memberikan petunjuk kepada umat manusia. Al-Quran semakin lengkap dengan adanya "bayyinât", yakni ayat-ayat yang menjelaskan tentang halal, haram, nasihat, dan hukum.
Sementara, "Al-Furqân" adalah sesuatu yang membedakan antara hak dan batil. Profesor Quraish Shihab dalam Tafsir Al-Misbah menjelaskan, definisi turun adalah berpindah dari tempat yang tinggi ke tempat yang rendah, baik secara material maupun immaterial.
Mengingat hal tersebut, sebelum abad ketiga Hijriyah, para ulama salaf enggan menghubungkan kata "turun" pada Al-Quran. Alasannya karena "turun" selalu identik dengan waktu dan tempat sedangkan Al-Quran itu qadim yang sudah ada sebelum waktu dan tempat ada. (M Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah; Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur'an, [Jakarta, Lentera Hati: 2005], juz XV, halaman 423).
Pada abad berikutnya, ulama khalaf tetap meyakini Al-Quran adalah qadim yang sudah ada sebelum waktu dan tempat ada. Namun demikian, "turun" dalam konteks Al-Quran adalah dengan ditampakkan atau diperkenalkannya kitab suci umat Islam tersebut ke muka bumi.
Sebelum Al-Quran diturunkan, wujudnya belum diketahui atau hadir di muka bumi. Baru ketika diterima oleh Nabi Muhammad, maka Al-Quran menjadi tampak dan hadir. Al-Quran dari Allah Yang Mahatinggi diberikan kepada manusia, yang kemudian terjadi perpindahan kedudukan dan derajatnya. Menurut Quraish Shihab, penjelasan ini memiliki kesesuaian dengan definisi "turun" yang dijelaskan sebelumnya.
Tahapan turunnya Al-Quran Menurut Imam Al-Qurthubi, mayoritas ulama sepakat proses turunnya Al-Quran melalui dua tahap. Tahap pertama turun sekaligus dari Lauh Mahfudz ke langit dunia pada malam Lailatul Qadar. Tahap kedua turun secara berangsur-angsur sesuai situasi dan kondisi.
Pendapat tersebut selaras dengan penjelasan Profesor Quraish Shihab yang lebih menyoroti sisi bahasa. Menurutnya, setidaknya ada dua kata yang berkaitan dengan proses turunnya Al-Quran, yaitu kata anzala (اَنْزَلَ) dan nazzala (نَزَّلَ). Kedua kalimat tersebut merupakan derivasi kata dasar nazala (نَزَلَ) yang artinya turun. (Shihab, XV/422).
Lafadz anzala (اَنْزَلَ) umumnya digunakan untuk menunjukkan turunnya Al-Quran secara utuh sekaligus dari Lauh Mahfudz ke langit dunia. Hal ini sebagaimana firman Allah dalam surat Al-Qadr ayat 1: اِنَّآ اَنْزَلْنٰهُ فِيْ لَيْلَةِ الْقَدْرِ
Artinya: "Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al-Quran) pada Lailatulqadar." Sedangkan kata nazzala (نَزَّلَ) didefinisikan dengan proses turunnya Al-Quran secara bertahap selama 22 tahun, 2 bulan dan 22 hari. Hal ini sebagaimana tercantum dalam surat Al-Isra ayat 106:
وَقُرْاٰنًا فَرَقْنٰهُ لِتَقْرَاَهٗ عَلَى النَّاسِ عَلٰى مُكْثٍ وَّنَزَّلْنٰهُ تَنْزِيْلًا
Artinya: "Al-Qur'an Kami turunkan berangsur-angsur agar engkau (Nabi Muhammad) membacakannya kepada manusia secara perlahan-lahan dan Kami benar-benar menurunkannya secara bertahap."
Mengingat Ramadhan adalah bulan mulia yang di dalamnya diturunkan Al-Quran, sudah selayaknya kita sebagai umat Islam untuk berusaha memperbanyak membaca Al-Quran, sekaligus menjadikannya sebagai pegangan dalam kehidupan sehari-hari.
(dikutip dari arsip detikSumbagsel berdasarkan NU Online, buku Khazanah Kultum Islam karya Dwi Ariyanti, dan buku Kumpulan Kultum Terlengkap & Terbaik Sepanjang Tahun oleh Shohibul Ulum)
Simak Video "Ramadan: Detox HP, Isi Iman!"
(nah/nwk)