Tidak hanya manusia saja yang memiliki kebiasaan berbagi, hewan ternyata menunjukkan perilaku serupa ke sesama mereka. Jika manusia berbagi karena alasan sosial, lantas mengapa hewan berbagi?
Sebagai contoh, pernah ada video yang pernah viral saat seekor Labrador kuning membawa mainannya ke pagar untuk dibahagiakan dengan anjing tetangga. Perilaku semacam ini kemudian menarik perhatian para ilmuwan; apakah hewan-hewan itu benar-benar berbagi? atau apakah itu merupakan perilaku alami hewan?
Melalui pengamatan, para ilmuwan telah menemukan bahwa berbagi di dunia hewan sering kali didasarkan pada timbal balik, yang berarti hewan yang memberi mungkin berharap suatu saat nanti mereka juga akan menerima sesuatu sebagai balasan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hewan Mungkin Altruistik
Dalam hubungan antarorganisme, berbagi sering kali dianggap sebagai perilaku altruistik. Altruisme adalah tindakan yang menguntungkan penerima tetapi tidak menguntungkan pemberi.
Misalnya pada manusia, menyumbangkan darah dianggap sebagai perilaku altruistik karena pendonor rela mengorbankan cairan tubuhnya yang penting untuk orang lain. Namun, selain rasa lega, pendonor tidak mendapatkan imbalan apa pun atas pengorbanannya.
Para ilmuwan sudah lama mempelajari mengapa manusia berkembang menjadi makhluk yang peduli pada orang lain. Salah satunya karena manusia adalah makhluk sosial yang saling bergantung untuk bertahan hidup.
Namun, beberapa ilmuwan bertanya-tanya apakah manusia benar-benar peduli tanpa pamrih, atau apakah mereka punya alasan lain, seperti kebutuhan untuk merasa bangga pada diri sendiri.
Perdebatan tentang Perilaku Berbagi pada Hewan
Perdebatan serupa juga terjadi dalam studi perilaku hewan. Charles darwin, menyadari bahwa ada beberapa spesies yang melakukan pengorbanan tanpa mendapatkan keuntungan pribadi.
Sebagai contoh, pada lebah madu, beberapa lebah memilih untuk tidak berkembang biak dan malah bekerja untuk mendukung kelangsungan hidup anak-anak sarangnya, demikian dilansir Discover Magazine.
Darwin merasa bingung dengan perilaku altruistik pada hewan dan menyebutnya sebagai hambatan dalam teori evolusi. Namun, pada 1964, seorang naturalis lain memberikan penjelasan baru melalui "Aturan Hamilton".
Teori ini menunjukkan bahwa hewan lebih cenderung berbagi dengan hewan lain yang memiliki hubungan darah atau genetik. Teori ini juga memberikan rumus untuk memprediksi perilaku altruistik berdasarkan seberapa dekat hubungan antara pemberi dan penerima.
Aturan Hamilton digunakan untuk menjelaskan perilaku altruistik baik pada hewan maupun manusia. Namun, beberapa ahli mengkritik teori ini karena tidak mempertimbangkan bagaimana hierarki sosial bisa memengaruhi perilaku berbagi.
Penelitian lain juga menemukan bahwa faktor genetik mendorong perilaku berbagi sampai batas tertentu. Beberapa hewan, misalnya, tidak suka berbagi dengan hewan lain yang menumpang atau tidak ada ikatan dekat dengannya.
Perilaku Berbagi pada Kelelawar
Pada 1984, ahli biologi Gerald S. Wilkinson melakukan penelitian yang diterbitkan di Nature yang mengamati kelelawar vampir liar (Desmodus rotundus) yang memuntahkan darah untuk kelelawar lain yang gagal makan malam.
"Beban yang harus mereka tanggung jika tidak makan pada malam tertentu sangat besar. Risiko mereka kelaparan meningkat drastik," kata Wilkinson, yang juga profesor di University of Maryland.
Wilkinson memasang pita pada 184 kelelawar vampir di Kosta Rika dan mempelajari bagaimana kelelawar mengatur diri mereka secara sosial selama 26 bulan. Ia melihat bahwa kelelawar yang berhasil makan menjadi kenyang dan kelelawar yang gagal berburu kembali dalam keadaan lapar.
Ketika kelelawar yang gagal kembali ke tempat mereka bertengger, mereka bisa menerima darah yang dimuntahkan oleh kelelawar lain. Selain hanya menerima, cara yang dapat mereka lakukan adalah dengan memintanya.
Mereka akan meminta darah dengan berbicara lewat sayap. Jika ditolak, kelelawar yang meminta akan mendorong atau memalingkan muka. Namun, jika diterima, keduanya akan menempelkan kepala mereka sehingga kelelawar yang lapar bisa menjilat darah dari mulut kelelawar lainnya.
Apakah Kekerabatan Memengaruhi Perilaku Berbagi?
Dalam studi lanjutan tahun 2013 yang diterbitkan di Proceedings of the Royal Society B Wilkinson dan mahasiswa pascasarjana, Gerald G. Carter, mempelajari kelelawar vampir yang dipuaskan secara berkala selama dua tahun.
Studi menemukan bahwa kelelawar yang diberi makan, lebih cenderung berbagi dengan kelelawar yang gagal makan. Sebagian besar kelelawar yang berbagi darah, hampir 67 persen tidak memiliki hubungan keluarga. Maka kesimpulannya kekerabatan bukanlah hal yang paling penting.
Dalam hal ini, faktor terbesar yang memengaruhi berbagi adalah apakah kelelawar yang gagal makan sudah berbagi makanan sebelumnya, yang 8,5 kali lebih penting daripada hubungan keluarga.
"Tidak banyak contoh seperti kelelawar vampir yang memiliki perilaku alami. Mereka melakukannya dengan sendirinya dan sejak saat itu, perilaku tersebut membawa dampak besar," tutur Wilkinson.
(faz/faz)