Nama Bung Tomo tak pernah lepas dari pembicaraan jelang peringatan Hari Pahlawan 10 November. Tokoh sejarah asal Blauran, Surabaya, Jawa Timur itu dikenal dengan pidato-pidatonya yang menggelegar membangkitkan semangat juang rakyat.
Bung Tomo lahir pada 3 Oktober 1920. Memang apabila dibandingkan para founding fathers Indonesia lainnya seperti Bung Karno dan Bung Hatta, Bung Tomo jauh lebih muda.
Sukarno lahir pada 1901, terpaut 19 tahun dengan Bung Tomo.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Maka, watak dasar Sukarno terbentuk ketika Indonesia berada di bawah kolonial Belanda, khususnya antara 1915-1926 setelah Perang Dunia 1. Sedangkan watak dasar Bung Tomo merupakan pemuda pejuang jelang masa proklamasi RI.
Masa pembentukan watak dasar inilah yang kemudian mempengaruhi kecenderungan Bung Tomo dalam berjuang, seperti dijelaskan oleh Abdul Waid dalam buku Bung Tomo: Hidup dan Mati Pengobar Semangat Tempur 10 November.
Masa kecil Bung Tomo dihabiskan di Kota Surabaya. Situasi serba sulit akibat tekanan penjajah justru membuat wataknya menjadi revolusioner.
Lingkungan sosial yang penuh tekanan akibat kolonialisme itu juga membuat Bung Tomo tumbuh menjadi manusia yang penuh semangat dan penuh konsistensi tinggi, yang kemudian menjadi modal perjuangannya.
Julukan-julukan Bung Tomo
Nama asli Bung Tomo adalah Sutomo. Julukan "Bung Tomo" muncul saat ia mulai dewasa, ketika menunjukkan kemampuannya memobilisasi massa dalam perjuangan melawan penjajah dan kegiatan berorganisasi yang berpengaruh untuk kelangsungan hidup masyarakat.
Ketika Indonesia baru masuk masa kemerdekaannya, Bung Tomo adalah sosok esensial yang menyulut semangat juang rakyat untuk melawan tentara Netherlands Indies Civil Administration (NICA).
Dikatakan dalam buku 10 November 1945: Gelora Kepahlawanan Indonesia oleh Barlan Setiadijaya, popularitas Bung Tomo sempat mendekati popularitas Bung Karno di mata para pejuang.
Radio Republik Indonesia (RRI) banyak me-relay pidato Bung Tomo kala itu. Ditambah dengan gaya pidato yang menggelegar, banyak yang kesulitan membedakan mana Bung Karno dan mana Bung Tomo.
Dalam seni berpidato, Bung Tomo bahkan mendapatkan julukan "the greatest orator number two after Soekarno".
Disebutkan pula dalam buku Kisah Bung Tomo oleh Sarjono M, sebagai pejuang yang lahir dari kepanduan, Bung Tomo dibekali pemahaman agama yang matang. Ia memegang prinsip, sebagai seorang pandu dan pejuang bangsa, maka ia harus suci dalam perkataan dan perbuatan.
Kalimat Allahu Akbar dan semboyan merdeka atau mati syahid merupakan semboyan yang akrab ia pekikkan melalui radio. Ketika itu, dua orang tokoh yang mampu mengobarkan semangat juang melalui pidato perjuangan hanyalah Bung Karno dan dirinya.
(nah/nwk)