7 Tokoh Penting Hari Pahlawan, Ada Bung Tomo hingga Abdul Wahab Saleh

7 Tokoh Penting Hari Pahlawan, Ada Bung Tomo hingga Abdul Wahab Saleh

Ulvia Nur Azizah - detikJateng
Minggu, 10 Nov 2024 12:00 WIB
Ilustrasi pahlawan Indonesia
Ilustrasi tokoh penting Hari Pahlawan. (Foto: Freepik/YusufSangdes)
Solo -

Jika membahas tentang tokoh penting Hari Pahlawan, mungkin kita akan langsung ingat Bung Tomo, bukan? Bung Tomo memang menjadi tokoh sentral dalam peristiwa Pertempuran Surabaya pada 10 November 1945 lalu. Namun, masih ada tokoh-tokoh lain yang juga memiliki peran besar dalam perlawanan rakyat Indonesia vs Sekutu tersebut.

Dirangkum dari buku Di Bawah Bayang-Bayang Oligarki tulisan Ados Aleksander, Pertempuran Surabaya yang kini diperingati sebagai Hari Pahlawan pecah karena datangnya Sekutu ke Indonesia. Kemudian pihak Belanda kembali mengibarkan benderanya di Hotel Yamato yang memicu kemarahan rakyat Surabaya. Puncak pertempuran meletus setelah Brigadir Jenderal AWS Mallaby, pimpinan tentara Inggris, terbunuh karena kesalahpahaman.

Penasaran siapa saja tokoh penting Hari Pahlawan? Mari simak pembahasan lengkapnya berikut ini yang dihimpun detikJateng dari buku 100 Tokoh yang Mengubah Indonesia tulisan Floriberta Aning S, serta laman resmi Ikatan Keluarga Pahlawan Nasional Indonesia (IKPNI), serta Kementerian Agama!

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Tokoh Penting Hari Pahlawan

Berikut ini adalah beberapa tokoh yang memiliki peranan penting dalam Pertempuran 10 November 1945 yang kini kita kenal sebagai Hari Pahlawan.

1. Sutomo (Bung Tomo)

Sutomo yang dikenal dengan nama Bung Tomo adalah tokoh penting dalam sejarah perjuangan Indonesia. Ia lahir di Surabaya pada 3 Oktober 1920 dan terkenal berkat perannya dalam Pertempuran Surabaya yang dikenang sebagai Hari Pahlawan. Pada pertempuran ini, Bung Tomo menjadi sosok pemimpin yang mampu membangkitkan semangat rakyat Surabaya untuk berjuang habis-habisan melawan Sekutu.

ADVERTISEMENT

Kiprahnya dimulai dari dunia politik dan jurnalistik. Ia pernah menjadi Sekretaris Partai Indonesia Raya (Parindra) Cabang Tembok Dukuh, Surabaya, dan aktif dalam menyuarakan semangat perjuangan lewat media. Bung Tomo memiliki kemampuan orasi yang luar biasa. Dengan kata-kata patriotiknya, ia menggerakkan massa untuk bangkit melawan musuh.

Dalam perjuangan kemerdekaan, Bung Tomo juga menjadi Ketua Umum Barisan Pemberontakan Rakyat Indonesia (BPRI) dan anggota Dewan Penasihat Panglima Besar Jenderal Soedirman. Pada 10 November 1945, ia memimpin rakyat untuk mempertahankan kemerdekaan dengan berani. Meski akhirnya ditangkap pada 1978 oleh rezim Soeharto, Bung Tomo tetap dikenang sebagai pahlawan yang menginspirasi rakyat Surabaya dan seluruh Indonesia.

2. Ario Soerjo

Ario Soerjo adalah seorang pejabat yang memulai kariernya dari posisi rendah dan terus bekerja keras hingga akhirnya diangkat menjadi Gubernur Jawa Timur pada masa awal kemerdekaan. Ketika pasukan Inggris mendarat di Surabaya pada 25 Oktober 1945, ia dengan tegas menolak negosiasi dengan mereka karena ingin menjaga kehormatan pemerintahan Indonesia yang baru berdiri.

Soerjo memindahkan pusat pemerintahan Jawa Timur ke Malang ketika pertempuran pecah di Surabaya. Selama masa pengabdiannya, ia menunjukkan komitmen tinggi terhadap rakyat dan pemerintahan yang berdaulat. Setelah itu, ia menjadi Wakil Ketua Dewan Pertahanan Pusat di Yogyakarta pada tahun 1947.

Sayangnya, perjuangannya berakhir tragis. Pada 1 November 1948, Soerjo dibunuh oleh gerombolan PKI di Desa Bogo, Ngawi, ketika ia sedang dalam perjalanan ke Madiun. Meski demikian, keberaniannya menolak penjajah serta pengabdiannya pada rakyat membuatnya dikenang sebagai salah satu pahlawan yang berjuang untuk kemerdekaan dan kedaulatan bangsa.

3. KH Hasyim Asy'ari

KH Hasyim Asy'ari adalah ulama besar yang lahir dari keluarga religius dan menjadi tokoh penting dalam sejarah Islam di Indonesia. Ia menuntut ilmu di Mekkah selama tujuh tahun (1892-1899) dan mendirikan Pesantren Tebuireng di Jombang setelah kembali ke Tanah Air. Pesantren ini kemudian dikenal sebagai salah satu pusat pendidikan Islam yang berpengaruh.

KH Hasyim Asy'ari juga mendirikan organisasi Nahdlatul Ulama (NU) pada 1926 dan menjabat sebagai Rois Akbar. Berkat pengaruhnya yang besar, pemerintah Belanda menganggapnya sebagai tokoh yang berbahaya. Meskipun begitu, beliau tidak tergiur dengan tawaran jabatan atau penghargaan dari penjajah, melainkan terus mendidik dan menginspirasi umat Islam.

Saat pendudukan Jepang, KH Hasyim Asy'ari juga menentang kebijakan mereka dengan mengeluarkan fatwa menolak upacara yang bertentangan dengan ajaran Islam. Ia pun memainkan peran penting dalam menginspirasi rakyat untuk melawan penjajah, terutama pada pertempuran heroik di Surabaya pada 10 November 1945. Semangat jihad yang ditularkannya menjadi penggerak bagi rakyat dalam mempertahankan kemerdekaan.

4. Sungkono

Sungkono adalah komandan Badan Keamanan Rakyat (BKR) dan salah satu pemimpin utama dalam Pertempuran Surabaya pada 10 November 1945. Lahir di Purbalingga pada 1 Januari 1911, ia dikenal sebagai pemimpin yang tegas dan berani. Dengan kemampuannya dalam memberikan komando lewat radio, ia mengobarkan semangat rakyat Surabaya untuk berjuang melawan penjajah.

Dalam pertempuran, Sungkono terjun langsung ke medan perang dan memimpin pasukannya dengan penuh keberanian. Di bawah kepemimpinannya, perlawanan rakyat Surabaya mencapai puncaknya, dan kota ini kemudian dikenal sebagai Kota Pahlawan. Julukan ini menjadi bukti ketangguhan dan semangat juang rakyat Surabaya yang dipimpin olehnya.

Berkat keberaniannya, Sungkono dikenang sebagai sosok yang memberi teladan kepemimpinan di masa perang. Ketegasan dan semangatnya melawan penjajah telah membuatnya dihormati sebagai salah satu pahlawan penting dalam sejarah perjuangan Indonesia.

5. R Moestopo

R Moestopo adalah seorang dokter gigi yang lahir di Ngadiluwih, Kediri, pada 13 Juni 1913. Setelah menyelesaikan pendidikan di STOVIT pada tahun 1937, ia mengabdikan diri di dunia militer, termasuk menjadi Daidanco di Gresik selama pendudukan Jepang. Setelah Proklamasi Kemerdekaan, Moestopo memimpin Badan Keamanan Rakyat (BKR) Jawa Timur dan kemudian diangkat sebagai Menteri Pertahanan Interim.

Moestopo berperan penting dalam proses pengambilalihan senjata dari pasukan Jepang dan melawan pendaratan pasukan Inggris di Surabaya. Dalam upaya mempertahankan kemerdekaan, ia bahkan berperan dalam pertempuran Surabaya yang bersejarah. Di masa damai, ia kembali aktif dalam dunia kesehatan dan pendidikan, mendirikan lembaga-lembaga yang bermanfaat bagi masyarakat.

Pemerintah RI mengakui jasa-jasanya dengan menganugerahi gelar Pahlawan Nasional pada tahun 2007. R Moestopo dikenang tidak hanya karena keberaniannya, tetapi juga karena kontribusinya pada bidang kesehatan dan pendidikan setelah masa kemerdekaan.

6. HR Mohammad Mangoendiprojo

HR Mohammad Mangoendiprojo lahir pada 5 Januari 1905. Ia merupakan tokoh pejuang yang aktif dalam peristiwa Surabaya pada 1945. Ia bekerja sama dengan Bung Tomo dan Moestopo dalam menggerakkan perlawanan terhadap penjajah dan memiliki beberapa posisi penting, seperti bendahara Badan Keamanan Rakyat (BKR) Karesidenan Surabaya.

Selain berperan dalam upaya pengambilalihan senjata dari Jepang, ia juga terlibat dalam perundingan dengan pasukan Inggris dan turut dalam peristiwa terbunuhnya Brigadir Jenderal Mallaby, yang menjadi pemicu pertempuran di Surabaya. Selain itu, ia memimpin Dewan Pertahanan RI-Surabaya, sebuah badan yang penting dalam mengatur pertahanan kota.

Setelah kemerdekaan, HR Mohammad Mangoendiprojo melanjutkan pengabdiannya di pemerintahan sebagai Bupati Ponorogo dan Residen Lampung. Ia membantu meredakan konflik para eks-pejuang TNI yang menjadi transmigran di Lampung, menunjukkan komitmennya dalam menciptakan ketertiban dan perdamaian di wilayah-wilayah yang ia pimpin.

7. Abdul Wahab Saleh

Abdul Wahab Saleh adalah tokoh yang turut berjuang dalam pertempuran Surabaya pada 10 November 1945, tetapi ia lebih dikenal sebagai seorang fotografer dan wartawan. Lewat kameranya, ia berhasil mengabadikan banyak momen penting, termasuk saat bendera Belanda diturunkan dari Hotel Yamato.

Foto-foto karya Abdul Wahab Saleh menjadi saksi sejarah dan menunjukkan semangat perjuangan arek-arek Suroboyo. Dalam potret-potret tersebut, ia merekam aksi heroik yang menggambarkan keberanian rakyat Surabaya saat melawan penjajah. Karya fotografinya kemudian menjadi simbol dari semangat kemerdekaan.

Berkat hasil dokumentasinya, kita bisa merasakan semangat dan keberanian yang membara di hari-hari pertempuran. Abdul Wahab Saleh dikenang sebagai sosok yang tidak hanya berjuang dengan tindakan, tetapi juga dengan dokumentasi visual yang mengabadikan momen penting dalam sejarah Indonesia.

Nah, itulah tadi 7 tokoh penting Hari Pahlawan yang berakar dari peristiwa Pertempuran 10 November 1945 di Surabaya. Semoga dapat menjadi teladan bagi kita semua!




(sto/apu)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads