Evolusi ikan 375 juta tahun lalu memunculkan jenis ikan yang bisa berjalan di darat. Ikan yang dikenal dengan nama "Tiktaalik" menggunakan siripnya untuk berjalan di darat. Tapi bagaimana bisa ikan bernapas di darat?
Ternyata Tiktaalik bisa bernapas di darat dengan menggunakan kantung udara di tenggorokannya untuk menghirup oksigen udara. Berbagai adaptasi ikan di darat ini menjadi tanda bahwa Tiktaalik merupakan nenek moyang paling awal dari tetrapoda atau hewan vertebrata berkaki empat.
Selama ratusan juta tahun, tetrapoda kemudian berevolusi menjadi spesies yang tak terhitung. Namun, banyak dari spesies itu akhirnya tak punya insang. Hal ini juga sama dengan manusia, yang juga tidak memiliki insang.
Kenapa Manusia Juga Tidak Memiliki Insang?
Secara sederhana, insan hanya dimiliki oleh hewan yang hidup di air. Ini juga berarti bahwa konsep insang harus tetap berada di area basah agar bisa bekerja. Maka dari itu, makhluk di darat tidak memilikinya.
Insang merupakan organ yang memiliki luas permukaan yang besar dan ribuan pembuluh darah kecil, memberikan akses oksigen yang mudah ke aliran darah.
"Saat air mengalir melewati insang, oksigen berdifusi masuk dan karbon dioksida keluar," kata Chris Organ, ahli biologi evolusi di Montana State University, dikutip dari Live Science.
Dalam hal ini, jika hewan darat mempunyai insang, maka insang akan cepat kering sehingga tidak efisien dalam bernapas. Sebaliknya, manusia memiliki paru-paru yang mengambil oksigen dari udara dan masuk ke aliran darah melalui pertukaran gas.
Menurut ilmuwan, paru-paru ini sudah ada jauh sebelum peralihan hewan dari laut ke darat. "Paru-paru sebenarnya sangat primitif dalam evolusi," Neil Shubin, ahli biologi evolusi di Universitas Chicago yang merupakan bagian dari tim yang menemukan fosil Tiktaalik pada tahun 2004.
Diketahui, bahwa nenek moyang ikan yang masih hidup di bawah air, mereka sudah memiliki paru-paru dan insang sekaligus.
Hanya ikan dengan paru-paru yang mampu merambah daratan dan bertahan hidup. Jika seekor ikan tanpa paru-paru mencoba hidup di darat, ia akan mati.
"Ini tentang sifat-sifat yang berevolusi karena alasan lain yang kemudian memungkinkan hewan ini mengeksploitasi lingkungan baru ini," ucap Shubin.
Evolusi Sirip Menjadi Lengan
Para ilmuwan berpendapat bahwa nenek moyang ikan telah mengembangkan lengan untuk bergerak di dasar laut dengan insangnya. Mereka bahkan mencari makanan dan bergerak di darat.
Adaptasi ini yang membuat insang berevolusi selama beberapa juta tahun. Karena struktur mirip lengan tersebut bermanfaat di darat, hewan berevolusi dengan anggota tubuh dan tangan yang lebih panjang.
"Seiring waktu, insang menyusut dan menjadi terbatas pada hewan muda hingga akhirnya menghilang seluruhnya pada hewan darat pada periode Karbon sekitar 315 juta tahun yang lalu," kata Organ.
"Itu adalah masa ketika reptil pertama dan nenek moyang burung dan mamalia pertama mulai berevolusi," tambahnya.
Sementara itu, embrio manusia diketahui memiliki ciri fisik yang unik yakni memiliki lipatan kecil yang disebut lengkungan faring menyerupai insang. Namun, manusia tidak menggunakannya untuk bernapas.
Menurut Shubin, sepanjang perkembangan embrio, lengkungan tersebut menjadi bagian rahang, tenggorokan, dan telinga.
"Setiap makhluk yang memiliki kepala melewati tahap lengkung faring," ungkapnya.
Spesies yang hidup di air dan bernapas dengan insang juga memiliki lengkungan ini dalam perkembangan embrioniknya.
"Satu-satunya perbedaan adalah lengkungan tersebut berkembang menjadi insang asli, bersama dengan tulang, otot, saraf, dan arteri yang mengelilinginya," pungkasnya.
(faz/faz)