Kenapa Tikus Sering Dijadikan Hewan Percobaan di Lab? Ini Alasannya

Kenapa Tikus Sering Dijadikan Hewan Percobaan di Lab? Ini Alasannya

Nur Umar Akashi - detikJateng
Selasa, 15 Apr 2025 10:31 WIB
Ilustrasi tikus putih yang jadi hewan percobaan
Ilustrasi tikus putih yang jadi hewan percobaan. (Foto: Pixabay/sipa)
Solo -

Jika detikers perhatikan, di setiap lab-lab percobaan, tikus sering kali menjadi bahan percobaan. Sebenarnya, kenapa tikus sering dijadikan hewan percobaan di lab? Apakah karena biayanya murah? Atau, adakah alasan lain?

Disadur dari laman Charles River Laboratories, tikus pertama kali digunakan dalam penelitian ilmiah pada 1828 terkait puasa dan kualitas protein dalam tubuh. Perkembangan selanjutnya, muncul standardisasi tikus laboratorium yang dikeluarkan oleh Institut Wistar Philadelphia.

Dari hasil perkawinan sedarah selektif, muncullah tikus pertama yang nantinya dipakai untuk penelitian biologi dan medis. Sejak saat itu, galur-galur tikus laboratorium terus berkembang. Makhluk satu ini telah membantu banyak manusia menelaah hal-hal ilmiah sampai sekarang.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Terlepas dari sejarahnya, kenapa tikus yang dipilih sebagai hewan percobaan di lab? Mengapa tidak kadal atau kecoa yang terkenal tahan banting? Nah, untuk mengetahui sejarahnya, cek artikel ringkas yang telah detikJateng siapkan berikut ini, yuk!

Alasan Tikus Dijadikan Hewan Percobaan Lab

Menurut penjelasan dari situs Kent Scientific, tikus adalah makhluk yang sangat produktif di alam liar, termasuk dalam segi perkembangbiakan. Produktivitas makhluk ini untuk berkembang biak turut dibawa ke 'penangkaran' tikus-tikus laboratorium.

ADVERTISEMENT

Sebagaimana detikers ketahui, siklus reproduksi tikus terbilang sangat pendek. Di samping itu, tingkat kelangsungan hidup yang tinggi juga memberi poin lebih kepada tikus untuk menjadi hewan laboratorium.

Kemampuan reproduksi tikus yang tinggi ini pulalah jawaban dari banyaknya jumlah mereka di rumah detikers. Secara garis besar, tikus bisa melahirkan sebanyak 4 sampai 7 kali per tahun dengan jumlah anak 6-14 ekor sekali melahirkan. Pun juga masa kehamilannya terbilang cepat, yakni 20-an hari saja.

Selain faktor di atas, tikus juga berukuran kecil dan perawatannya mudah. Alasan-alasan ini menjadi salah satu penyebab tikus dijadikan hewan percobaan di lab. Namun, tidak cukup sampai di situ, ada 1 alasan lain yang jauh lebih penting. Apa itu?

Dirujuk dari ABC 10, tikus dipilih sebagai hewan percobaan karena kemiripannya dengan manusia. Sebab, tak lain tak bukan, penelitian-penelitian medis memang ditujukan untuk manusia. Dengan demikian, tikus menjadi pilihan yang cocok.

"Para peneliti mempelajari tikus dan mencit karena mereka sangat mirip dengan manusia secara genetik. Sekitar 95 persen dari semua hewan laboratorium adalah tikus dan mencit yang dibiakkan khusus untuk penelitian," tulis Foundation for Biomedical Research (FBR), dikutip dari ABC 10, Selasa (15/4/2025).

Keterangan senada disampaikan oleh Dr Fifi Fitriyah Masduki, dosen Kimia, FMIPA ITB dalam sebuah acara. Menurutnya, tikus kerap dilibatkan dalam penelitian, terkhusus biokimia, karena mirip manusia.

"Tikus memiliki banyak fungsi anatomi yang mirip dengan yang dimiliki manusia. Selain mirip secara anatomi, genom tikus dan manusia juga sering kali mirip," jelasnya, dikutip detikJateng pada Selasa (15/4).

Jenis-jenis Tikus Percobaan Lab

Sejatinya, ada banyak tipe tikus percobaan yang dipakai di lab. Tiga di antaranya, sebagaimana dijelaskan dalam buku Prinsip Dasar Tikus sebagai Model Penelitian oleh Dini Prastyo Wati dkk, adalah:

1. Tikus Wistar

Tikus strain wistar adalah tikus albino yang kerap dipakai dalam penelitian. Sebagaimana telah disinggung sekilas di atas, tikus jenis ini mulai muncul pada awal abad ke-20 di Wistar Instute di Philadelphia.

Tikus strain wistar berasal dari perkawinan tikus wistar dengan tikus jantan liar Norwegia yang ditangkap di California. Karakteristik tikus satu ini adalah kepala lebar, telinga panjang, dan ekor yang panjangnya proporsional.

2. Tikus Long-Evans

Tikus percobaan satu ini dibiakkan oleh Joseph Long pada 1915 dengan cara mengawinkan tikus wistar asli dengan tikus jantan liar. Lalu, dilakukan perkawinan sedarah dari keturunannya di Institut Kanker Belanda.

Tikus long-evans adalah salah satu strain yang sering dipakai dalam penelitian farmakologi, biologi, kedokteran, dan ilmu kesehatan. Binatang satu ini punya ciri fisik yang mirip dengan tikus domestik pada umumnya, meliputi ukuran tubuh sedang dan warna bervariasi (hitam, cokelat, abu-abu, hingga putih).

3. Tikus Sprague Dawley

Ketiga, ada tikus sprague dawley yang dibuat pada 1925 oleh Robert Worthington Dawley. Nama tikus ini berasal dari istri pertamanya (Sprague) dan nama Robert sendiri (Dawley).

Secara morfologi, tikus sprague dawley punya tubuh lebih besar serta kepala panjang dan ramping dibanding tikus wistar. Dengan berat rata-rata 250-520 gram, tikus sprague dawley punya sistem reproduksi stabil dan sifat jinak sehingga cocok dijadikan hewan percobaan.

Demikian pembahasan ringkas mengenai alasan tikus sering dijadikan hewan percobaan. Semoga bisa menjawab pertanyaan detikers, ya!




(sto/ams)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads