Salah satu penyebab perubahan iklim yang semakin parah adalah banyaknya pelepasan karbon yang terperangkap di atmosfer. Kondisi ini, membuat Bumi akan semakin panas dan mendidih.
Perubahan iklim yang membuat suhu Bumi semakin panas telah terbukti. Bahkan PBB telah melaporkan bahwa tahun 2023 merupakan rekor suhu terpanas sejak 1850.
Atas kondisi ini, peneliti terus memantau dan melakukan analisis lebih lanjut. Salah satunya terkait seberapa besar pemanasan yang diakibatkan oleh peningkatan karbon dioksida.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hubungan antara karbon dioksida dan pemanasan ini kerap disebut sensitivitas iklim. Menurut pakar, hal ini akan menentukan masa depan yang diharapkan, seiring meningkatkan karbon dioksida.
Oleh karena itu, peneliti menganalisis lebih jauh ke masa lalu hingga zaman es, untuk mengetahui bagaimana perubahan iklim kemudian terjadi.
Hubungan Karbon Dioksida dan Suhu Global
Studi terbaru oleh University of Washington (UW) yang dipublikasikan di Science Advances menganalisis zaman es terbaru ketika sebagian besar wilayah Amerika Utara tertutup es. Tujuannya adalah untuk memahami hubungan antara karbon dioksida dan suhu global.
Studi menemukan bahwa meskipun sebagian besar perkiraan pemanasan pada masa depan tidak berubah, skenario terburuk yang terjadi, juga belum tentu terjadi.
"Melalui studi kami, kami berkontribusi mempersempit perkiraan sensitivitas iklim, meningkatkan kemampuan kita untuk membuat proyeksi pemanasan di masa depan," ujar Vince Cooper, mahasiswa doktoral di bidang ilmu atmosfer UW, dikutip dari phys.org.
"Melihat dinginnya Bumi di masa lalu dengan tingkat gas rumah kaca yang lebih rendah, kita dapat memproyeksikan seberapa hangat iklim saat ini dengan tingkat gas rumah kaca yang lebih tinggi," lanjutnya.
Studi oleh Vince Cooper ini mempertahankan perkiraan suhu global akibat peningkatan kadar karbon dioksida, yaitu sekitar 2 atau 3 derajat Celcius. Namun, hasil penelitian tersebut berhasil menurunkan estimasi terburuk dari 5 derajat Celcius menjadi 4 derajat Celcius dengan menekan faktor penggandaan.
Para peneliti menuliskan apabila Bumi menuju peningkatan karbon dioksida sebesar dua kali lipat, mengingatkan bahwa beberapa dekade terakhir bukanlah prediksi yang baik mengenai masa depan akibat pemanasan global.
Siklus iklim jangka pendek dan dampak polusi atmosfer hanyalah faktor tren saat ini dalam memperkirakan kondisi akhir abad ini dengan akurat.
Bagaimana dengan Perkiraan Pemanasan Global Masa Depan?
Profesor Ilmu Atmosfer dan Oseanografi dari UW, Kyle Armour, mengatakan, "Dalam 40 tahun terakhir, pola spasial pemanasan global tidak sesuai dengan perkiraan pola jangka panjang yang kita harapkan di masa depan."
"Masa lalu menjadi analogi yang buruk untuk pemanasan global di masa depan," imbuhnya.
Studi ini berfokus pada 21.000 tahun yang lalu, yaitu Last Glacial Maximum ketika rata-rata suhu Bumi 6 derajat Celcius lebih dingin dibandingkan saat ini.
Catatan inti es menunjukkan bahwa jumlah karbon dioksida di atmosfer saat itu kurang dari setengah tingkat karbon dioksida saat ini, yaitu sekitar 190 bagian per juta.
Cooper mencatat bahwa paleoklimatik meliputi periode panjang yang rata-rata jauh lebih hangat atau lebih dingin dibandingkan iklim saat ini.
"Kita tahu bahwa ada selama periode tersebut ada pengaruh iklim yang signifikan dari lapisan es dan gas rumah kaca. Jika kita mengetahui secara kasar perubahan suhu di masa lalu dan apa penyebabnya, maka kita dapat memprediksikan masa depan," tuturnya.
Karbon Dioksida Berperan Kecil Dalam Penentuan Suhu Zaman Es
Penelitian ini juga menunjukkan bahwa CO2 memainkan peran yang lebih kecil dalam menentukan suhu zaman es dibandingkan perkiraan sebelumnya.
Sisi buruknya adalah prediksi paling buruk mengenai pemanasan akibat meningkatnya CO2 akan semakin kecil kemungkinannya dalam beberapa dekade mendatang.
"Makalah ini memungkinkan kita menghasilkan prediksi yang lebih pasti karena hal ini benar-benar menurunkan tingkat pemanasan di masa depan, dan menyatakan bahwa skenario paling ekstrem kemungkinannya kecil," kata Armour.
"Itu tidak benar-benar mengubah perkiraan bawah, atau perkiraan rata-rata, yang tetap konsisten dengan semua bukti lainnya," tutupnya.
(faz/faz)