Ini Bukti Nyata Perubahan Iklim Disebabkan oleh Manusia, Suhu Laut Meningkat

ADVERTISEMENT

Ini Bukti Nyata Perubahan Iklim Disebabkan oleh Manusia, Suhu Laut Meningkat

Luthfi Zian Nasifah - detikEdu
Selasa, 26 Mar 2024 10:30 WIB
This photograph shows a deah Rhizostoma jellyfish washed up on the shore of Pinedo beach in Valencia, on July 30, 2023, as the Mediterranean Sea is reaching records temperatures. The Mediterranean Sea reached its highest temperature on record on July 25, Spanish researchers said -- amid an exceptional heat wave in Europe. The record of 28.71 degrees Celsius was announced by Spains Institute of Marine Sciences, which analyzed data from satellites used by the European Earth observation program Copernicus. The Mediterranean region, hit by record temperatures in July, has long been classified as a hotspot of climate change. (Photo by JOSE JORDAN / AFP)
Foto: AFP/JOSE JORDAN/Ilustrasi kenaikan suhu laut
Jakarta -

Laut adalah penyerap karbon yang penting. Laut bisa menyerap hingga 25 persen karbon dioksida yang ditimbulkan dari pembakaran bahan bakar fosil. Manfaat penting ini sekaligus bisa menunjukkan bahwa laut terpengaruh oleh perubahan iklim.

Untuk diketahui bahwa laut menyerap karbon dioksida bergantung pada suhu. Saat lautan memanas, terdapat pengaruh terhadap kemampuan lautan dalam menyerap karbon dioksida.

Belum lama ini, sebuah studi kelautan menunjukkan keterkaitan antara apa yang terjadi di laut dengan jejak manusia dalam memengaruhi perubahan iklim.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Hasil penelitian mengungkap bahwa sinyal spesifik dari aktivitas manusia telah mengubah amplitudo siklus musiman suhu permukaan laut.

Ilmuwan dan sarjana terkemuka di Physical Oceanography Department, Woods Hole Oceanographic Institute (WHOI), Benjamin Santer, mengatakan bahwa kondisi tersebut menjadi bukti terobosan bahwa ada tanda perubahan iklim yang disebabkan oleh manusia pada suhu laut yang terkait dengan peningkatan karbon dioksida.

ADVERTISEMENT

Bukti yang Menyatakan Perubahan Suhu Laut Dikarenakan Manusia

Dikutip dari Nature Climate Change, para ilmuwan telah menemukan bukti bahwa fluktuasi musiman suhu permukaan laut (SST), yang awalnya dianggap sebagai hasil dari variasi alamiah, sebenarnya merupakan dampak dari aktivitas manusia.

Bukti yang jelas telah terkumpul diperoleh dari empat data pengamatan suhu permukaan laut yang berbeda dan catatan satelit serta hasil pengukuran lautan yang dikumpulkan WHOI dari kapal dan kendaraan hias sejak tahun 1950.

Postdoc dengan WHOI, Dr. Jia-Rui Shi, melaporkan jika seluruh data yang terkumpul mengungkap cerita dan kesimpulan yang sama, yaitu sinyal yang disebabkan oleh manusia di SSTAC sangat kuat dan memiliki pola yang sangat berbeda.

Pola perubahan dalam siklus musiman suhu permukaan laut yang diprediksi oleh model dapat diidentifikasi dengan tingkat keyakinan statistik yang tinggi. Hal ini dilakukan menggunakan empat produk SST yang berbeda yang diamati, serta 51 realisasi individu dari model iklim yang mereproduksi evolusi iklim historis.

Simulasi menggunakan variasi historis dalam faktor-faktor penyebab tunggal menunjukkan bahwa peningkatan gas rumah kaca adalah pendorong utama perubahan dalam SSTAC, meskipun ada kontribusi yang lebih kecil namun signifikan dari pemaksaan aerosol antropogenik dan ozon.

Studi sebelumnya telah menggunakan data satelit untuk menemukan bukti pengaruh manusia dalam perubahan siklus musiman suhu di troposfer bagian atas. Namun, penelitian ini adalah yang pertama yang secara terperinci mengungkap pola perubahan iklim pada suhu permukaan laut secara musiman.

"Amplitudo siklus musiman suhu permukaan laut berubah dan menjadi lebih kuat. Salah satu temuan terbesar kami adalah pemanasan yang menguat di musim panas dibandingkan pada musim dingin," ujar Shi dikutiip dari phys.org.

Menurutnya, kedalaman lapisan campuran lautan baik di belahan Bumi utara maupun selatan menjadi lebih tipis, dan secara signifikan dapat meningkatkan suhu musim panas.

Namun, pemanasan di belahan Bumi utara lebih ekstrim, berhubung ukuran cekungan laut juga lebih kecil.

"Sedangkan di belahan Bumi selatan terdapat perubahan suhu permukaan laut yang sebagian besar didorong oleh pola pergeseran angin yang disebabkan oleh pemanasan atmosfer," tambahnya.

Perubahan Suhu Saat Ini Tidak Terjadi Secara Alamiah

Penelitian kelautan ini dilatarbelakangi oleh penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Santer, yang telah berpengalaman lebih dari 30 tahun di bidang sidik jari iklim.

Santer menyatakan bahwa penelitian ini menentang pandangan bahwa perubahan suhu yang terjadi saat ini adalah hal yang wajar, baik disebabkan oleh matahari ataupun siklus internal dalam sistem iklim. Secara alamiah, hal ini tidak mungkin dilakukan sehubungan dengan perubahan suhu musiman lautan di Bumi.

Penelitian ini lebih lanjut menolak pernyataan bahwa kita mengabaikan seriusnya perubahan iklim sebagai sesuatu yang lumrah.

Perbuatan manusia yang kuat dalam siklus musiman suhu permukaan laut diperkirakan berdampak luas pada ekosistem laut, mempengaruhi seperti perikanan dan distribusi nutrisi secara signifikan.

Oleh karena itu, menurut ilmuwan, memahami pengaruh antropogenik terhadap musiman suhu merupakan aspek penting, baik secara ilmiah, ekonomi, maupun sosial.

Santer juga mengingatkan bahwa pada 2023, kandungan panas di bagian atas lautan mencapai rekor tertinggi. Laut menyerap sekitar 90 persen kelebihan panas bumi akibat pemanasan global dan berperan penting mengatur sistem iklim planet. Hal ini menimbulkan kekhawatiran yang besar di komunitas ilmiah.

"Suhu laut benar-benar berada di luar perkiraan. Aktivitas manusia semakin menghangatkan lautan di dunia. Komunitas ilmiah selama ini fokus pada perubahan suhu rata-rata tahunan lautan. Dan melalui makalah ini, dapat kita ketahui bahwa penting melakukan sidik jari dengan perubahan musim," tutur Santer.




(faz/faz)

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads