Dimulai sekitar 2,5 juta tahun yang lalu, Bumi memasuki era yang ditandai dengan zaman es dan periode interglasial yang berurutan, muncul dari glasiasi terakhir sekitar 11.700 tahun yang lalu. Kini, sebuah analisis terbaru menunjukkan zaman es bisa kembali muncul.
Kapan itu akan terjadi?
Zaman Es Diperkirakan Kembali
Perkiraan mengenai munculnya kembali zaman es ini diunggah melalui artikel penelitian bertajuk "Distinct roles for precession, obliquity, and eccentricity in Pleistocene 100-kyr glacial cycles" dalam jurnal Science Volume 387 Nomor 6737, yang ditulis oleh Stephen Barker dkk dan diterbitkan Jumat (28/2/2025).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Penelitian ini mengungkap permulaan zaman es berikutnya diperkirakan 10.000 tahun lagi, jika tidak dikarenakan perubahan iklim yang disebabkan oleh manusia.
Para peneliti membuat prediksi mereka berdasarkan interpretasi baru tentang perubahan kecil dalam orbit planet Bumi terhadap Matahari. Perubahan ini menyebabkan perubahan besar terhadap iklim bumi selama periode ribuan tahun.
Penelitian tersebut melacak siklus alami iklim planet selama periode satu juta tahun. Temuan mereka menawarkan wawasan baru tentang sistem iklim bumi yang dinamis dan mewakili perubahan langkah untuk memahami siklus glasial planet Bumi.
Para ahli meneliti catatan perubahan iklim selama satu juta tahun, yang mendokumentasikan perubahan ukuran lapisan es di daratan di seluruh belahan bumi utara bersamaan dengan suhu laut dalam. Mereka pun mencocokkan perubahan ini dengan variasi siklus kecil dalam bentuk orbit bumi terhadap Matahari, bergoyangnya, dan sudut kemiringan porosnya.
"Kami menemukan pola yang dapat diprediksi selama jutaan tahun terakhir untuk waktu perubahan iklim bumi antara 'zaman es' glasial dan periode hangat sedang seperti saat ini, yang disebut interglasial," kata rekan penulis Lorraine Lisiecki, seorang profesor di Departemen Ilmu Bumi UCSB.
Salah satu jenis perubahan dalam orbit bumi bertanggung jawab atas berakhirnya zaman es, sedangkan yang lain dikaitkan dengan kembalinya zaman es.
Prediksi tentang kaitan antara orbit bumi terhadap Matahari dan fluktuasi antara kondisi glasial dan interglasial telah ada selama lebih dari satu abad, tetapi tidak dikonfirmasi oleh data dunia nyata hingga pertengahan tahun 1970-an.
Sejak saat itu, para ilmuwan telah berusaha untuk mengidentifikasi secara tepat parameter orbital mana yang paling penting untuk awal dan akhir siklus glasial karena sulitnya menentukan tanggal perubahan iklim sejauh ini.
Peneliti pun mampu mengatasi masalah ini dengan melihat bentuk catatan iklim dari waktu ke waktu. Hal ini memungkinkan mereka untuk mengidentifikasi bagaimana berbagai parameter saling terkait untuk menghasilkan perubahan iklim yang diamati.
Saat Ini Harusnya Bumi Berada pada Fase...
Peneliti menemukan setiap glasiasi dalam 900.000 tahun terakhir mengikuti pola yang terprediksi. Pola alami ini, tanpa adanya emisi gas rumah kaca, menunjukkan saat ini kita seharusnya berada di tengah-tengah interglasial yang stabil dan zaman es berikutnya akan dimulai beberapa milenium di masa depan, sekitar 10.000 tahun dari sekarang.
"Pola yang kami temukan sangat dapat direproduksi sehingga kami dapat membuat prediksi akurat tentang kapan setiap periode interglasial dalam jutaan tahun terakhir atau lebih akan terjadi dan berapa lama setiap periode akan berlangsung," kata Barker.
"Ini penting karena menegaskan bahwa siklus perubahan iklim alami yang kita amati di Bumi selama puluhan ribu tahun sebagian besar dapat diprediksi dan tidak acak atau kacau," imbuhnya.
Penemuan ini turut memberikan kontribusi besar terhadap teori terpadu tentang siklus glasial.
"Dan karena kita sekarang hidup dalam periode interglasial-disebut Holosen-kita juga dapat memberikan prediksi awal kapan iklim kita akan kembali ke keadaan glasial," kata rekan penulis Chronis Tzedakis, seorang profesor di University College London.
"Namun, transisi ke keadaan glasial seperti itu dalam waktu 10.000 tahun sangat tidak mungkin terjadi karena emisi karbon dioksida manusia ke atmosfer telah mengalihkan iklim dari jalur alaminya, dengan dampak jangka panjang di masa mendatang," tambah rekan penulis Gregor Knorr dari Alfred Wegener Institute, Helmholtz Centre for Polar and Marine Research.
Ke depan, peneliti berencana untuk mengembangkan temuan mereka untuk membuat garis dasar iklim alami Bumi untuk 10.000-20.000 tahun mendatang. Caranya dengan mengkalibrasi perubahan masa lalu.
Digunakan dalam kombinasi dengan simulasi model iklim, mereka berharap untuk mengukur dampak absolut dari perubahan iklim buatan manusia di masa depan.
"Sekarang kita tahu bahwa iklim sebagian besar dapat diprediksi dalam jangka waktu yang panjang, kita benar-benar dapat menggunakan perubahan masa lalu untuk memberitahu kita tentang apa yang mungkin terjadi di masa depan," tambah Barker.
(nah/faz)