Mudik adalah salah satu budaya masyarakat Indonesia menjelang Hari Raya Idul Fitri. Kegiatan mudik biasanya dilakukan beberapa hari sebelum lebaran.
Salah satu hal yang menjadi persoalan saat mudik adalah kemacetan. Meski demikian, fenomena semacam mudik, yakni perjalanan massal orang-orang menuju kampung halaman, tidak hanya terjadi di Indonesia, melainkan juga negara lain.
"Seringkali terkait dengan perayaan tradisional atau liburan nasional. Seperti Lunar New Year di Cina atau Thanksgiving di Amerika," ungkap pakar tata kota Kelompok Keahlian Sistem Infrastruktur Wilayah dan Kota, Sekolah Arsitektur, Perencanaan, dan Pengembangan Kebijakan Institut Teknologi Bandung (ITB), Dr I Gusti Ayu Andani, dikutip dari situs resmi ITB pada Sabtu (6/4/2024).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurutnya, mudik terjadi sebagai akibat langsung urbanisasi. Sebab individu yang telah pindah ke kota besar ingin kembali ke kampung halaman untuk merayakan hari raya dengan keluarga dan teman.
Penyebab Kompleks Kemacetan Saat Mudik
Dr I Gusti Ayu Andani menerangkan, penyebab kemacetan saat mudik sangat beragam dan kompleks.
"Di kota besar, sebut saja Jakarta dan Bandung, pada hari-hari biasa saja arus lalu lintas sudah sangat padat. Bisa dibayangkan, saat mudik, volume lalu lintas melonjak sangat signifikan. Jalan-jalan di beberapa kota mungkin tidak dirancang untuk menangani volume lalu lintas yang begitu besar," jelasnya.
Dr I Gusti Ayu Andani menerangkan kenapa saat mudik, kemacetan menjadi suatu hal yang tidak lagi dapat terhindarkan. Pertumbuhan kota yang cepat dan tak terkontrol dan tanpa rencana tata ruang yang memadai dapat menyebabkan pembangunan yang menyebar atau urban sprawl, dengan infrastruktur yang tidak memadai untuk menunjang mobilitas yang efisien.
Dia menilai, kurangnya integrasi antara berbagai moda transportasi publik dan konektivitas menuju pusat-pusat pemukiman membuat banyak orang memilih menggunakan kendaraan pribadi yang kemudian menambah volume lalu lintas.
Hal ini pun diperparah dengan manajemen lalu lintas yang kurang efisien dalam pengaturan arus kendaraan, misalnya kurangnya petugas untuk mengatur lalu lintas, sistem lalu lintas yang tak disesuaikan volume kendaraan, atau kurangnya rambu-rambu lalu lintas yang memadai.
"Di beberapa daerah, mungkin ada sedikit atau tidak ada alternatif rute untuk mencapai tujuan tertentu, yang berarti semua lalu lintas terpaksa melewati beberapa titik choke yang sama dan memperparah kemacetan," kata dia.
Dr I Gusti Ayu Andani menyebut jalan-jalan yang kondisinya buruk juga bisa memperlambat lalu lintas dan menyebabkan kemacetan, utamanya saat kendaraan harus mengurangi kecepatan atau menghindari lubang dan kerusakan jalan yang lainnya. Belum lagi di beberapa titik yang dilalui pemudik kerap muncul berbagai aktivitas, misalnya pasar tumpah yang kemudian mengurangi kecepatan berkendara.
Dia pun menilai volume lalu lintas saat mudik yang sangat tinggi belum sebanding dengan kapasitas jalan dan kualitasnya. Apalagi arus mudik di Indonesia pada umumnya masih didominasi pengguna kendaraan pribadi.
Selain infrastruktur yang belum memadai, Dr I Gusti Ayu Andani menilai masalah urbanisasi dapat menjadi salah satu pemicu kemacetan yang tak terelakkan ketika musim mudik. Menurutnya hal ini bukan hanya jadi fokus pemerintah pusat, tetapi perlu sinergi berbagai pihak tak terkecuali pemerintah daerah, berbagai dinas terkait, komunitas, hingga masyarakat.
(nah/nwy)