Tradisi Sungkeman Lebaran, Begini Sejarah dan Maknanya

ADVERTISEMENT

Tradisi Sungkeman Lebaran, Begini Sejarah dan Maknanya

Callan Rahmadyvi Triyunanto - detikEdu
Sabtu, 06 Apr 2024 03:00 WIB
Seorang ibu menangis saat prosesi sungkeman pada peringatan Hari Ibu di Liogenteng, Astanaanyar, Bandung, Jawa Barat, Kamis (22/12/2022). Momentum Hari Ibu tersebut diperingati dengan tradisi sungkem atau meminta maaf sebagai bentuk ungkapan bakti dan kasih sayang kepada orang tua. ANTARA FOTO/Raisan Al Farisi/nym.
Foto: ANTARA FOTO/RAISAN AL FARISI/Ilustrasi sungkeman
Jakarta -

Sungkeman menjadi salah satu tradisi yang ada di Indonesia saat lebaran. Sungkeman biasanya dilakukan sebagai tanda bakti atau permohonan maaf kepada orang yang lebih tua atau dituakan.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), istilah sungkem diartikan sebagai sujud (tanda bakti dan hormat). Dalam tradisi adat Jawa, sungkem memiliki tujuan sebagai lambang penghormatan dan sebagai permohonan maaf atau 'nyuwun ngapura'.

Sungkeman sebagai Hasil Akulturasi Budaya

Menurut budayawan Dr Umar Khayam tradisi sungkeman merupakan hasil akulturasi budaya antara Jawa dengan Islam, sebagaimana dijelaskan dalam buku tulisan Arif Yosodipuro berjudul Buku Pintar Khatib dan Khotbah.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Adapun pada proses permintaan maaf atau dalam bahasa Jawa 'nyuwun ngapura', kata 'ngapura' ini berasal dari serapan bahasa Arab, yakni 'ghafura' yang berarti pengampunan.

Oleh karena itu, meski permintaan maaf bisa dilakukan oleh semua kalangan tanpa memandang usia, tetapi pada penerapannya, sungkeman dilakukan oleh orang yang lebih muda kepada yang lebih tua.

ADVERTISEMENT

Sejarah Tradisi Sungkeman

Dalam jurnal yang berjudul "Tradisi Sungkeman sebagai Kearifan Lokal dalam Membangun Budaya Islam", Jamal Ghofir dan Mohammad Abdul Jabbar dari Institut Agama Islam Nahdlatul Ulama (IAINU) Tuban, menjelaskan bahwa tradisi sungkeman sudah ditemukan pada era Mangkunegara I atau dikenal juga sebagai Pangeran Sambernyawa, yang memerintah kadipaten Mangkunegaran periode 1757 - 1795.

Kala itu, pada momen Idulfitri, ada pertemuan yang diadakan untuk sungkem atau saling memaafkan. Semua punggawa dan prajurit dengan tertib melakukan sungkem kepada raja dan permaisuri.

Apa yang dilakukan oleh Pangeran Sambernyawa itu kemudian ditiru oleh organisasi-organisasi Islam.

Meski telah ada sejak era Mangkunegara, Dr Umar Khayam, mengatakan tidak ada sejarah yang pasti mengenai kapan tradisi sungkeman ini bermula.

Menurutnya, yang diketahui secara pasti adalah tradisi ini merupakan bentuk akulturasi budaya antara Jawa dengan Islam yang pada zaman dulu telah banyak dilakukan para pemuka agama.

Makna Tradisi Sungkeman

Dikutip dari jurnal berjudul "Pendidikan Karakter Melalui Tradisi Sungkeman Adat Jawa" karya Nurpeni Priyatiningsih, berikut beberapa makna tradisi sungkeman.

1. Dapat memberikan contoh perilaku manusia yang sesuai aturan

2. Sebuah perilaku menghormati sesama manusia dan terutama menghormati orang tua

3. Bentuk kerukunan antarsesama dengan orang tua, orang yang dituakan, dan warga masyarakat umumnya

4. Sikap yang melatih ketenangan dan kenyamanan jiwa

5. Permohonan maaf sebagai kebutuhan batin

6. Menanamkan akhlak yang mulia

7. Membentuk individu yang memiliki rasa tanggung jawab dan berjiwa santun, serta menjunjung etika

8. Bentuk ucapan terima kasih kepada orang tua, saudara dan orang yang dihormati

Demikian ulasan tentang sungkeman dan bagaimana sejarahnya di Indonesia. Semoga bermanfaat ya, detikers!




(faz/faz)

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads