Pada tahun 2001, arkeolog yang melakukan penggalian menemukan lusinan gundukan tanah di lembah gersang kawasan Norte Chico, Peru. Penemuan ini dinilai bisa mengetahui pergeseran pemahaman tentang asal usul peradaban di Amerika.
Bentuknya seperti piramida datar dengan tinggi 26 meter. Dibandingkan dengan piramida kerajaan Maya di Amerika Selatan atau kerajaan Inca di Peru gundukan tanah ini tidak terlihat mencengangkan.
Hingga akhirnya diketahui bahwa gundukan ini sudah ada sebelum bangunan besar apapun milk suku Inca atau Maya. Bahkan lebih tua dari piramida di Mesir!
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Usut punya usut, gundukan itu berusia 5.000 tahun yang berarti seribu tahun lebih tua dari zaman Maya awal dan menjadi kompleks peradaban pertama di Amerika. Satu hal yang mengejutkan adalah lokasi gundukan di Peru.
Biasanya peradaban cenderung berkembang pada daerah yang mudah mengakses sumber daya baik air ataupun makanan berlimpah. Tetapi, wilayah Norte Chico Peru tidak demikian dengan tanah kering dan sumber air yang minim.
Lalu bagaimana sebuah peradaban bisa muncul di tempat seperti ini? Menurut arkeolog hal itu berkaitan dengan perubahan iklim, begini penjelasan lengkapnya dikutip dari How Stuff Works.
Peradaban Misterius 5000 Tahun Lalu
Awalnya, para arkeolog sulit untuk mengaitkan piramida Peru dengan peradaban Amerika Selatan yang diketahui sebelumnya. Terlebih tidak ditemukan sisa-sisa arsitektur canggih. Hal ini mungkin jadi alasan utama mengapa piramida ini luput dari perhatian.
Hingga penelusuran dilakukan dan ditemukan banyak kulit kerang dan tulang ikan. Alhasil satu teori kuat muncul, bila penghuni gundukan tersebut adalah para nelayan yang harus pindah ke pedalaman ketika terancam oleh perubahan iklim.
Teori ini menjelaskan bila 5 ribu tahun lalu, profesi nelayan berkembang pesat di sepanjang garis pantai Peru sekitar 16 kilometer dari wilayah Norte Chico. Mereka adalah kelompok pemburu dan pengumpul yang bertahan dengan memanfaatkan sumber daya laut.
Namun, sekitar 3000 SM sesuatu berubah. Pergeseran iklim hingga perubahan interaksi antara atmosfer dan air mengancam keberlangsungan hidup mereka sebagai nelayan.
Perubahan ini diketahui adalah El Nino, sebuah fenomena yang menyebabkan hujan lebat dan suhu laut lebih hangat di Amerika Selatan. Kini diketahui bila El Nino adalah kejadian normal dan bersifat siklus yang berkaitan dengan waktu dan durasi musim badai, tetapi dahulu tidak.
Dampak yang ditimbulkan El Nino adalah suhu laut memanas, mengubah distribusi kehidupan laut, dan hujan deras tiada henti yang menyebabkan banjir. Hal ini tentu mengancam kehidupan para penduduk pesisir pantai.
Jadi mereka memutuskan untuk pindah ke pedalaman yang tumbuh subur karena perubahan iklim. Dengan banyaknya air yang tersedia, dimanfaatkan sebagai irigasi.
Mereka beralih menjadi petani dan bercocok tanam hingga memperdagangkan hasil panen dengan orang-orang yang tetap tinggal di pesisir pantai. Hasil pertukaran ini menyebabkan cangkang dan tulang ikan tersebar ke seluruh wilayah.
Karena jenis produksi pangan komunal yang terpusat dan perdagangan yang terorganisir, mereka hidup dengan baik. Akhirnya mereka membangun rumah permanen dan alun-alun untuk berkumpul.
Peradaban ini diketahui berlangsung selama sekitar satu milenium. Namun berakhir lagi-lagi karena perubahan iklim yang membuat air menjadi sulit sehingga mereka memutuskan berpindah ke tanah yang lebih subur.
Perubahan Iklim Berkaitan dengan Peradaban
Meski teori digambarkan dengan baik, para arkeolog masih berupaya membuktikan teori perubahan iklim ini. Mereka terus menganalisis cangkang kerang untuk mendapat bukti adanya perubahan suhu laut.
Namun saat seluruh dunia menghadapi kemungkinan perubahan iklim, penemuan peradaban ini mungkin bisa menjadi petunjuk. Masyarakat masa kini bukanlah peradaban pertama yang bisa 'hilang' karena dampak besar akibat perubahan iklim.
Tetapi banyak peradaban lain ikut mengalaminya, seperti:
- Peradaban misterius di Norte Chico, Peru.
- Jatuhnya Dinasti Tang di Tiongkok pada tahun 907 M karena perubahan iklim yang mengubah musim hujan di Tiongkok dan menyebabkan kekeringan parah yang berkepanjangan.
- Sekitar waktu yang sama, peradaban Maya runtuh akibat serangkaian kekeringan yang mengurangi pasokan air.
Masyarakat ikut berubah seiring dengan perubahan iklim. Kini perubahan iklim menjadi salah satu penyebab yang akan menghancurkan Bumi.
Laporan ilmuwan di University of Colorado Boulder (CU) yang menjelaskan perubahan iklim menyebabkan pencairan es di Samudra Arktik maju satu dekade atau 10 tahun lebih cepat. Mengerikannya, angka ini tetap konsisten meski telah diterapkan ke berbagai skenario emisi di masa depan.
Meski ancaman perubahan iklim timbul,setiap orang di Bumi memiliki kesempatan untuk mengurangi kemungkinan terjadinya bencana global. Caranya bisa dari hal-hal mudah seperti lebih hemat energi, jalan kaki/bersepeda/gunakan transportasi umum, beralih ke kendaraan listrik, hingga hindari bahan-bahan yang tidak bisa di daur ulang.
Semoga informasi ini bermanfaat ya detikers!
(det/nwk)