Imbas Perubahan Iklim, Kutub Utara Bisa Geser Sampai 27 Meter di Akhir Abad Ini

ADVERTISEMENT

Imbas Perubahan Iklim, Kutub Utara Bisa Geser Sampai 27 Meter di Akhir Abad Ini

Nikita Rosa - detikEdu
Senin, 14 Apr 2025 10:00 WIB
Foto dari udara yang diambil pada 2014 menunjukkan genangan air lelehan es berwarna biru cerah di atas gletser Alaska. Kolam lelehan es serupa semakin umum di seluruh Kutub Utara akibat perubahan iklim dan semakin mempercepat laju hilangnya es di wilayah tersebut.
Kolam lelehan salju di Arktik. (Foto: NASA)
Jakarta -

Pencairan es akibat perubahan iklim dapat menggeser lokasi kutub geografis Bumi dalam beberapa tahun mendatang. Tercatat, dataran ini dapat bergeser hingga 89 kaki atau 27 meter.

Saat lapisan es mencair dan massa samudra terdistribusi ulang di seluruh planet, kutub Utara dan Selatan geografis Bumi dapat bergeser hingga 27 meter. Perubahan ini diprediksi akan terjadi pada tahun 2100 karena sumbu rotasi planet berubah, demikian menurut studi yang dipublikasikan pada tanggal 5 Maret di jurnal Geophysical Research Letters.

Saat Bumi berputar, perubahan dalam distribusi massa planet menyebabkannya bergoyang pada porosnya seperti gasing. Banyak dari goyangan ini teratur dan dapat diprediksi.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pencairan Es Dapat Menggeser Kutub Bumi

Studi terbaru menunjukkan jika pencairan lapisan es dan gletser juga dapat memengaruhi distribusi massa dan menggeser kutub Bumi. Dalam studi baru tersebut, para peneliti di ETH Zurich menggunakan pergerakan kutub dari tahun 1900 hingga 2018 dan proyeksi pencairan lapisan es untuk memprediksi seberapa jauh kutub-kutub tersebut akan bergerak dalam berbagai skenario perubahan iklim yang disebabkan oleh manusia.

Kutub Utara dapat bergeser ke arah barat lebih dari 27 meter pada tahun 2100 dalam skenario emisi gas rumah kaca terburuk. Dalam skenario emisi yang lebih optimis, kutub tersebut masih dapat bergeser sebanyak 12 meter relatif terhadap lokasinya pada tahun 1900. Air lelehan dari lapisan es Greenland dan Antartika memainkan peran terbesar dalam simulasi tersebut, diikuti oleh pencairan gletser.

ADVERTISEMENT

"Efek ini agak melampaui efek penyesuaian isostatik glasial, yang merupakan efek pantulan Bumi yang padat setelah berakhirnya zaman es terakhir," kata rekan penulis studi Mostafa Kiani Shahvandi, seorang ilmuwan Bumi di Universitas Wina dalam Live Science dikutip Kamis (10/4/2025).

Artinya, daratan di permukaan kerak bumi tenggelam karena berat gletser zaman es dan terangkat saat mencair, mengubah distribusi berat di kerak bumi dan menggeser kutub-kutub Bumi.

"Ini berarti bahwa apa yang telah dilakukan manusia telah menggeser kutub lebih dari sekadar efek zaman es," kata Shahvandi.

Dunia Satelit dan Wahana Antariksa Bakal Kebingungan

Pergeseran sumbu rotasi Bumi dapat mengganggu navigasi satelit dan wahana antariksa. Para ilmuwan memetakan lokasi wahana antariksa sebagian menggunakan sumbu rotasi Bumi sebagai referensi. Jika sumbu itu bergeser seiring waktu, akan menjadi lebih sulit untuk menentukan lokasi wahana antariksa yang tepat.

Shahvandi mengatakan pekerjaan di masa mendatang dapat melibatkan pemeriksaan data paleoklimat untuk menentukan seberapa banyak kutub telah bergeser selama jutaan tahun selama episode perubahan iklim alamiah di masa lalu. Menurutnya, ini akan membantu mengungkap skala sebenarnya dampak manusia terhadap pergerakan kutub.




(nir/nwk)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads