Perubahan iklim menjadi masalah penting yang dihadapi masyarakat modern saat ini. Bagaimana tidak, perubahan iklim menjadi salah satu faktor yang membuat jam kiamat 2024 memiliki waktu 90 detik menuju tengah malam.
Jam kiamat menunjukkan metafora menit menuju tengah malam yang menjadi tanda seberapa lama peradaban manusia bisa bertahan. Ketika sudah mencapai tengah malam, kehancuran besar dianggap akan melanda bumi.
Tetapi siapa sangka perubahan iklim pada dasarnya bukanlah hal baru. Faktanya, manusia telah menghadapi perubahan suhu global dan pola cuaca selama ribuan tahun.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bahkan perubahan iklim menjadi salah satu penyebab atau mempercepat hancurnya lima peradaban yang pernah ada di bumi. Dikutip dari Mental Floss, berikut daftarnya.
5 Peradaban yang Hancur Gegara Perubahan Iklim
1. Kekaisaran Khmer - Kamboja
Bila detikers pernah berkunjung ke kompleks candi Angkor Wat yang ada di Kamboja, hal tersebut adalah peninggalan Kekaisaran Khmer. Candi itu dibangun pada awal abad ke-12 yang berfungsi sebagai ibu kota keagamaan Kekaisaran Khmer.
Kekaisaran Khmer diyakini telah lama runtuh setelah Kekaisaran Ayutthaya (sekarang Thailand) menjarah ibukotanya pada tahun 1431. Namun, di balik perebutan kekuasaan itu ilmuwan menemukan hal lagi.
Para ilmuwan ini berasal dari Proyek Angkor Raya yang berpusat di Universitas Sydney, Australia. Mereka meyakini perubahan iklim adalah penyebab kehancuran Kekaisaran Khmer.
Angkor Wat adalah "kota hidrolik" yang mengandalkan jaringan waduk dan saluran untuk menyediakan air bagi 1 juta penduduknya. Sekitar tahun 1300, suhu global mulai turun yang juga mengawali zaman es kecil. Masa ini berlangsung hingga tahun 1800-an.
Data yang dikumpulkan ilmuwan menunjukkan bila Kekaisaran Khmer mengalami kekeringan yang bergantian dengan musim hujan lebat. Akibatnya infrastruktur air kota tersebut dipenuhi dengan lumpur.
Karena kejadian itu pula populasi kota mulai menurun. Akibatnya perbaikan sistem irigasi menjadi satu hal yang mustahil dilakukan.
Irigasi yang gagal membuat negara tersebut juga mengalami kegagalan panen dan kekurangan air. Hal ini menyebabkan berbagai pergolakan sosial.
Seperti warga beralih ke agama Buddha, para pangeran berebut kekuasaan, dan kehadiran Kekaisaran Ayutthaya yang melihat kehancuran ini menjadi peluang untuk melakukan invasi. Penjarahan kota dilakukan pada tahun 1431, dan menjadi tahun terakhir Kekaisaran Khmer ada di muka bumi.
2. The Mississippian Culture (Budaya Mississippi) - Amerika Serikat
Cahokia yang dahulu adalah pusat kota terbesar dalam budaya Mississippi adalah Situs Warisan Budaya UNESCO yang dilindungi oleh negara bagian Illinois, Amerika Serikat. Daerah ini menjadi Situs Sejarah Negara Bagian Cahokia Mounds.
Budaya Mississippi berkembang pesat di seluruh wilayah tenggara dan tengah Amerika Serikat dari sekitar tahun 800-1500. Penduduknya dikenal membangun gundukan tanah yang rumit, jaringan perdagangan, dan pertanian berbasis jagung.
Berbagai upaya ini tumbuh pesat selama periode yang dikenal sebagai Anomali Iklim Abad Pertengahan. Karenanya Cahokia tumbuh dari desa pertanian menjadi pusat politik dan keagamaan serta rumah bagi puluhan ribu orang.
Namun, semuanya runtuh pada awal Zaman Es kecil. Sampel inti yang diambil dari danau-danau di sekitar Cahokia menunjukkan bahwa hujan bergeser ke barat.
Akibatnya panen jagung terganggu dan Sungai Mississippi meluap yang akhirnya menimbulkan banjir pada tahun 1150 Masehi. Pasca banjir, para arkeolog mencatat adanya peningkatan pagar pertahanan dan desa-desa terbakar. Temuan ini mengindikasikan adanya kerusuhan sipil.
Pada saat orang Eropa tiba pada tahun 1500-an, budaya Mississippi tinggalah sebuah nama. Yang tersisa di wilayah Cahokia adalah reruntuhan.
3. Peradaban Maya - Amerika Tengah
Peradaban Maya dikenal akan arsitektur, tulisan hieroglif, dan peta astronomisnya. Meskipun beberapa fragmen masih ada hingga masa modern, peradaban Maya mengalami keruntuhan politik sekitar tahun 900 Masehi.
Peradaban Maya terdiri dari sekitar 60 negara-kota. Seluruhnya diperintah secara agama dan politik oleh seorang k'uhul ajaw.
Bergantung pada wilayahnya, warga diperbolehkan menebang hutan dan menggunakan teknik pertanian lahan basah atau kering. Mereka juga mengembangkan sistem irigasi.
Suku Maya telah menemukan sistem yang berhasil dan membuat merek aberkembang di seluruh Amerika Tengah. Sampai kekeringan besar melanda.
Bukti perubahan iklim menjadi penyebab hancurnya peradaban ini dilihat dari stalagmit di Gua Yok Balum, Belize, Amerika Tengah. Formasi gua ini membutuhkan air untuk tumbuh.
Semakin banyak air yang ada, semakin besar juga ukuran gua ini. Para ilmuwan menggunakan informasi ini sebagai data curah hujan yang sangat akurat selama 2000 tahun terakhir.
Berdasarkan data dari stalagmit, suku Maya telah makmur selama periode basah dan kemunduran peradaban itu terjadi ketika kekeringan terburuk dalam sejarah wilayah tersebut datang.
Negara-kota Maya tidak akur pada masa-masa terbaiknya, jadi kekeringan menjadi alasan agar perang bisa terjadi. Karena perang, warga sipil melarikan diri dan pola perdagangan bergeser dari darat ke laut.
Tujuannya tentu saja untuk menghindari kekerasan bisa terjadi. Sayangnya dalam beberapa generasi, kota-kota yang dulunya besar kini malah terlupakan.
4. The Indus Valley Civilization (Peradaban Lembah Indus) - Pakistan dan India
Budaya Harappa bermukim di Lembah Sungai Indus di wilayah Pakistan dan India modern dimulai sekitar 3300 SM. Mereka membentuk Peradaban Lembah Indus.
Di wilayah itu mereka berkembang pesat dengan perencanaan kota yang luar biasa. Kota-kota ini mampu memanfaatkan banjir tahunan di sungai melalui sistem pengelolaan air yang baik. Mereka juga menciptakan drainase untuk menjauhkan air dari pusat kota.
Namun, salah satu peristiwa iklim paling signifikan menghantam peradaban itu yakni badai 4,2 kiloyear. Peristiwa iklim itu memberikan gangguan pada arus laut dan melemahkan hujan monsun.
Akibatnya air hujan tidak lagi cukup mengalir ke pedalaman untuk membanjiri Sungai Indus. Masyarakat peradaban tidak punya pilihan, akhirnya mereka meninggalkan kota dan pindah lebih dekat ke pantai.
Para arkeolog percaya, perpindahan ini terjadi karena perdagangan antara Mesir Kuno dan Timur Tengah terganggu. Sehingga langkah penting ini harus dilakukan.
Bukti peristiwa iklim tersebut didapatkan dari stalagmit yang ditemukan di Gua Meghalaya, India. Pada tahun 2018, Persatuan Ilmu Geologi Internasional secara resmi mengakui zaman geologi saat itu sebagai Zaman Meghalaya.
5. Kekaisaran Akkadia - Irak
Bangsa Akkadia yang oleh banyak orang dianggap sebagai kekaisaran pertama di dunia memerintah dari tahun 2300-2150 SM. Peradaban ini membentang di sepanjang Mesopotamia, yang kini menjadi bagian Irak Modern.
Badai 4,2 kiloyear yang menghancurkan Peradaban Lembah Indus juga menghantam Kekaisaran Akkadia dengan keras. Irang mengalami angin barat laut yang dikenal sebagai shamal.
Angin ini membawa pasir dari Yordania dan Suriah yang sering kali menjadi badai pasir. Pergerakan angin bisa mencapai 40 mil per jam dan menumpahkan tumpukan pasir di jalan setelah badai melintas.
Bagi Kekaisaran Akkadia, cuaca yang semakin dingin dan kering dapat menciptakan shamal yang lebih panjang dan sering. Inti sedimen laut dari Teluk Omar menunjukkan bahwa banyak lumpur bertiup ke daerah tersebut. Imbasnya wilayah tersebut tidak baik untuk menanam makanan.
Studi arkeologi menunjukkan bahwa kota-kota di dataran utara akhirnya ditinggalkan pasca bencana. Melalui lempengan tanah liat, masyarakat disebutkan migrasi massal ke selatan.
Namun, bangsa Akkadia punya penjelasan tersendiri atas kehancuran mereka yakni balasan ilahi.
Mereka percaya para dewa marah kepada pemimpin mereka dan mengirim orang-orang Gutia untuk menghancurkan bangsa sebagai hukuman. Kendati demikian seperti halnya Kekaisaran Khmer, para penjajah bukanlah penyebab sebenarnya dari kehancuran tersebut.
Nasib Kekaisaran Akkadia berakhir kandas karena perubahan iklim.
(det/nwy)