Inflasi adalah kenaikan harga barang dan jasa secara luas di perekonomian pada periode waktu tertentu sehingga menurunkan daya beli konsumen dan dunia usaha. Inflasi berdampak pada pelemahan nilai mata uang.
Dampak langsung inflasi pada konsumen bisa dilihat dari perbandingan harga barang dari waktu ke waktu, dikutip dari laman McKinsey. Contohnya, pada 1998, rata-rata ongkos angkutan kota (angkot) siswa sekolah senilai Rp 100. Pada 2005, ongkos angkot anak sekolah menjadi Rp 2.000.
Pengertian Inflasi
Menurut International Monetary Fund (IMF), inflasi adalah tingkat kenaikan harga pada periode waktu tertentu. Inflasi menunjukkan bagaimana barang-barang dan jasa secara umum menjadi lebih mahal dalam periode tertentu, misalnya dalam satu tahun.
Lazimnya, inflasi merupakan pengukuran yang luas, seperti kenaikan umum harga atau biaya hidup di suatu negara. Di sisi lain, inflasi juga bisa diukur lebih sempit. Contohnya seperti harga makanan, harga bahan bakar, sampai harga potong rambut.
Penyebab Inflasi
1. Inflasi Tarikan Permintaan
Dalam hal ini, inflasi terjadi saat permintaan barang dan jasa melebihi kemampuan perekonomian untuk memproduksinya. Contohnya, permintaan mobil baru pulih lebih cepat dari perkiraan di awal pandemi. Industri pun kekurangan pasokan semikonduktor untuk membuat kendaraan baru. Kelangkaan kendaraan baru mengakibatkan lonjakan harga mobil baru maupun bekas
2. Inflasi Dorongan Biaya
Dalam konteks ini , inflasi terjadi saat kenaikan harga barang dan jasa input meningkatkan harga barang dan jasa akhir. Contohnya, harga komoditas melonjak saat pandemi karena perubahan drastis dalam permintaan, pola pembelian, biaya layanan, dan nilai yang dirasakan. Akibatnya, perusahaan industri terpaksa menaikkan harga akhir bagi konsumen.
Dampak Inflasi
Inflasi menurunkan daya beli sebagian konsumen serta dunia usaha. Berikut dampaknya:
- Konsumen atau rumah tangga kehilangan daya beli ketika harga barang dan jasa meningkat, seperti makanan dan bensin.
- Perusahaan kehilangan daya beli dan berisiko mengalami penurunan keuntungan. Risiko ini dapat terjadi saat harga bahan baku produksi (misalnya batu bara, minyak mentah), produk setengah jadi (tepung, baja), hingga mesin jadi naik.
Saat inflasi, perusahaan mencoba menaikkan harga untuk mengimbangi biaya input. Namun, perusahaan juga coba memastikan kenaikan tersebut tidak terlalu tinggi sampai-sampai mengurangi permintaan.
Di sisi lain, deflasi atau turunnya harga juga tidak serta-merta menjadi kebalikan inflasi yang berakibat baik. Sebab, saat harga barang dan jasa turun, konsumen cenderung menunda pembelian sebisa mungkin. Harapannya, harga barang dan jasa makin turun di masa depan.
Akibatnya, dari kacamata ekonomi, deflasi dapat menyebabkan kelesuan aktivitas ekonomi, pendapatan produsen yang lebih rendah, dan pertumbuhan ekonomi yang lebih rendah.
Simak Video "Video: RI Akhiri Deflasi 5 Bulan Berturut-turut, Oktober Inflasi 0,08%"
(twu/nwk)