- Apa Itu IHSG?
- Kenapa IHSG Bisa Anjlok? 1. Sentimen Pasar dan Perilaku Investor yang Emosional 2. Faktor Makroekonomi yang Tidak Stabil 3. Penurunan Kinerja Perusahaan Tercatat 4. Volume Perdagangan yang Rendah
- Dampak IHSG Anjlok 1. Penurunan Harga Saham 2. Kepanikan di Kalangan Investor 3. Peluang Investasi yang Sulit Dimanfaatkan
Dalam dunia investasi, pergerakan pasar saham menjadi perhatian utama para investor. Salah satu indikator yang sering digunakan untuk mengukur kondisi pasar saham di Indonesia adalah Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Sebagai investor, kita wajib memahami apa itu IHSG.
Setiap harinya, IHSG mengalami naik turun yang dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik dari dalam negeri maupun luar negeri. Ketika IHSG mengalami kenaikan, investor cenderung optimis dan banyak yang melakukan pembelian saham. Namun, jika IHSG mengalami penurunan drastis atau anjlok, hal ini bisa memicu kepanikan dan aksi jual besar-besaran di pasar saham.
Ingin tahu apa itu IHSG dan kenapa bisa anjlok? Mari kita simak penjelasan lengkap berikut ini untuk memahaminya!
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Apa Itu IHSG?
Dikutip dari buku Data Analitik tulisan Dias Satria, IHSG atau Indeks Harga Saham Gabungan adalah ukuran yang mencerminkan pergerakan harga seluruh saham yang diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia (BEI). Bisa dibilang, IHSG adalah barometer yang menunjukkan kondisi pasar saham di Indonesia, apakah sedang naik, turun, atau stabil.
Bagi investor, IHSG sangat penting karena membantu dalam menilai waktu yang tepat untuk membeli, menjual, atau menahan saham. Jika IHSG naik, artinya sebagian besar harga saham di BEI sedang meningkat, yang bisa menjadi tanda bahwa pasar sedang kuat. Sebaliknya, jika IHSG turun, banyak saham mengalami penurunan harga, yang bisa menjadi peluang membeli saham dengan harga lebih murah atau sinyal untuk lebih berhati-hati dalam berinvestasi.
Bagi pemula, IHSG juga berguna sebagai acuan dalam memilih saham, terutama saham yang likuid (mudah diperjualbelikan), seperti yang termasuk dalam Indeks LQ45 (daftar 45 saham paling aktif dan berkinerja baik di pasar).
Kenapa IHSG Bisa Anjlok?
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) merupakan barometer utama pergerakan harga saham di Bursa Efek Indonesia (BEI). Ketika mayoritas saham mengalami penurunan harga secara signifikan, IHSG pun akan anjlok.
Dirangkum dari buku Variabel Makroekonomi yang Mempengaruhi Pergerakan IHSG di Masa Pandemi Covid-19 oleh Nelly Ervina dkk serta Pasar Modal & Manajemen Portofolio oleh Mohamad Samsul, ada berbagai faktor yang menyebabkan anjloknya IHSG, baik yang berasal dari kondisi ekonomi maupun faktor eksternal lainnya. Berikut beberapa penyebab utama IHSG mengalami kejatuhan.
1. Sentimen Pasar dan Perilaku Investor yang Emosional
IHSG sering kali mengalami anjlok akibat sentimen pasar yang negatif. Sentimen ini bisa muncul karena ketidakpastian ekonomi, isu-isu politik, atau faktor sosial yang memengaruhi kepercayaan investor. Saat investor merasa khawatir, mereka cenderung melakukan aksi jual saham secara besar-besaran, yang menyebabkan harga saham turun tajam.
Selain itu, pergerakan harga saham seringkali bersifat siklus. Ada periode di mana IHSG terus mengalami kenaikan selama beberapa hari, lalu diikuti oleh periode koreksi yang membuatnya anjlok dalam beberapa hari berikutnya. Fenomena ini terjadi meskipun tidak ada perubahan signifikan dalam kondisi fundamental ekonomi atau perusahaan, karena reaksi emosional investor yang sering kali mengikuti tren pasar tanpa pertimbangan rasional.
2. Faktor Makroekonomi yang Tidak Stabil
Kondisi makroekonomi memiliki pengaruh besar terhadap pergerakan IHSG. Beberapa faktor makroekonomi yang dapat menyebabkan IHSG anjlok antara lain inflasi, nilai tukar rupiah, kebijakan pemerintah, dan suku bunga.
Ketika inflasi melonjak tinggi, daya beli masyarakat melemah, yang berimbas pada turunnya pendapatan perusahaan. Akibatnya, harga saham mengalami tekanan dan IHSG ikut terseret turun. Demikian pula, jika nilai tukar rupiah melemah terhadap mata uang asing, investor asing akan cenderung menarik dana mereka dari pasar saham Indonesia, yang memicu aksi jual besar-besaran dan memperparah anjloknya IHSG.
Selain itu, kebijakan pemerintah yang tidak pro-pasar, seperti perubahan regulasi perpajakan atau kebijakan moneter yang ketat, bisa membuat investor enggan menanamkan modalnya. Ketidakpastian kebijakan ini dapat memperburuk kondisi pasar saham dan menyebabkan IHSG semakin tertekan.
3. Penurunan Kinerja Perusahaan Tercatat
IHSG mencerminkan pergerakan harga saham dari berbagai sektor. Jika banyak perusahaan mengalami kinerja yang buruk, harga saham mereka akan menurun, yang berdampak pada IHSG secara keseluruhan.
Investor yang menggunakan analisis fundamental akan melihat kinerja keuangan perusahaan sebelum mengambil keputusan investasi. Jika laporan keuangan menunjukkan penurunan laba, tingginya utang, atau masalah operasional lainnya, investor akan kehilangan kepercayaan dan mulai menjual sahamnya. Dalam skala besar, aksi jual ini bisa membuat harga saham jatuh dan menyebabkan IHSG anjlok.
Faktor eksternal seperti gangguan rantai pasokan global atau fluktuasi harga komoditas juga bisa memengaruhi kinerja perusahaan-perusahaan tertentu, terutama di sektor industri, energi, dan manufaktur. Jika perusahaan besar yang memiliki bobot signifikan dalam IHSG mengalami tekanan, dampaknya akan terasa pada indeks secara keseluruhan.
4. Volume Perdagangan yang Rendah
IHSG juga bisa mengalami anjlok ketika volume transaksi di pasar saham menurun drastis. Volume transaksi yang rendah menunjukkan bahwa aktivitas perdagangan melemah, yang bisa disebabkan oleh minimnya minat investor atau ketidakpastian pasar.
Ketika investor memilih untuk menahan modal mereka daripada membeli saham, permintaan terhadap saham menurun. Akibatnya, harga saham cenderung jatuh karena tidak ada cukup pembeli untuk menahan penurunannya. Jika kondisi ini terjadi dalam waktu yang lama, IHSG bisa terus anjlok karena kurangnya partisipasi investor dalam pasar saham.
Dampak IHSG Anjlok
Anjloknya Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tidak hanya menjadi indikator buruk bagi pasar saham, tetapi juga memiliki dampak signifikan bagi investor dan perekonomian secara keseluruhan. Berikut adalah beberapa dampak utama dari kejatuhan IHSG berdasarkan informasi yang dikutip dari buku Value Investing tulisan Teguh Hidayat.
1. Penurunan Harga Saham
Salah satu dampak paling terasa dari anjloknya IHSG adalah turunnya harga saham di berbagai sektor. Ketika indeks mengalami penurunan, sebagian besar saham yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) juga ikut merosot, meskipun ada beberapa yang mungkin tetap stabil atau bahkan naik.
Penurunan harga saham ini dapat terjadi akibat berbagai faktor, termasuk aksi jual besar-besaran oleh investor yang panik, kondisi makroekonomi yang memburuk, atau ketidakpastian politik dan global. Saham yang sebelumnya bernilai tinggi bisa mengalami depresiasi signifikan dalam waktu singkat, menyebabkan investor yang tidak siap mengalami kerugian besar.
2. Kepanikan di Kalangan Investor
Setiap kali IHSG mengalami penurunan tajam, yang terjadi bukanlah aksi beli besar-besaran, melainkan kepanikan di kalangan investor. Alih-alih melihat harga saham yang turun sebagai peluang, banyak investor justru memilih untuk menjual sahamnya dengan cepat demi menghindari kerugian yang lebih besar.
Kepanikan ini sering kali membuat kondisi pasar semakin tidak stabil. Investor yang kurang berpengalaman cenderung mengikuti arus dan menjual sahamnya tanpa mempertimbangkan aspek fundamental perusahaan. Akibatnya, harga saham semakin merosot, memperparah anjloknya IHSG secara keseluruhan.
3. Peluang Investasi yang Sulit Dimanfaatkan
Meskipun penurunan IHSG bisa menjadi peluang untuk membeli saham dengan harga lebih murah, nyatanya tidak semua investor bisa memanfaatkannya dengan baik. Dibutuhkan pengalaman dan pemahaman yang cukup untuk dapat melihat penurunan pasar sebagai kesempatan, bukan ancaman.
Sejarah menunjukkan bahwa IHSG telah mengalami beberapa kali krisis besar, seperti pada tahun 1998 dan 2008, serta penurunan di beberapa periode lain seperti 2010, 2011, 2012, 2013, 2015, serta sepanjang pandemi COVID-19. Pada beberapa kesempatan, penurunan ini bisa dimanfaatkan oleh investor berpengalaman untuk memperoleh keuntungan ketika IHSG kembali pulih. Namun, bagi investor yang tidak memiliki cukup pengalaman, mereka justru cenderung menjual sahamnya di harga rendah, yang berujung pada kerugian besar.
Sampai di akhir penjelasan ini, apakah kamu sudah memahami apa itu IHSG dan penyebab anjloknya, detikers?
(sto/apu)
Komentar Terbanyak
Jokowi Berkelakar soal Ijazah di Reuni Fakultas Kehutanan UGM
Blak-blakan Jokowi Ngaku Paksakan Ikut Reuni buat Redam Isu Ijazah Palsu
Tiba di Reuni Fakultas Kehutanan, Jokowi Disambut Sekretaris UGM