Pakar klimatologi dari Pusat Riset Iklim dan Atmosfer, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Dr Erma Yulihastin mengatakan, musim hujan normalnya dimulai pada November dan berakhir pada Maret.
Namun, awal musim hujan kali ini yang berawal pada Januari 2024 tidak membuat akhir musim hujan ikut tertunda.
"Musim hujan menjadi lebih pendek, yang dapat berakhir pada bulan Maret. Pada April, angin monsun timuran dari Australia akan mulai eksis kembali sementara El Nino diprediksi masih berlangsung hingga Mei," kata Erma pada detikEdu, Kamis (4/1/2023).
Dampak Awal Musim Hujan Tertunda
Erma menjelaskan, awal musim hujan yang tertunda berdampak pada suplai air dari waduk untuk listrik dapat berkurang. Untuk itu, perlu ada mitigasi berkurangnya pasokan listrik berkurang di Jawa-Bali.
"Suplai air untuk listrik dari waduk-waduk juga dapat berkurang sehingga pasokan listrik yang berkurang di Jawa-Bali juga harus dimitigasi," kata Erma pada detikEdu, Kamis (4/1/2024).
Erma menambahkan, terlambatnya musim hujan juga dapat mengurangi frekuensi masa tanam petani.
"Dampaknya, masa tanam bagi pertanian khususnya untuk sawah tadah hujan pada 2024 mungkin menjadi berkurang frekuensinya karena tidak bisa menanam hingga 3 kali tapi mungkin hanya 1 kali," sambungnya.
(twu/pal)