Isu tentang Selat Muria sempat geger pada pertengahan tahun 2024. Banyak yang menyebut selat tersebut akan muncul kembali. Apakah benar?
Peneliti Ahli Utama Pusat Riset Kebencanaan Geologi Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Eko Soebowo angkat bicara. Ia mengatakan kemunculan selat yang terletak di Demak tersebut membutuhkan waktu yang lama.
"Selat Muria tidak mungkin terjadi lagi karena butuh proses jutaan tahun secara geologis," ujarnya, dikutip dari arsip detikEdu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sejarah Hilangnya Selat Muria
Selat Muria saat ini sudah tidak dapat dijumpai termasuk di wilayah Kabupaten Kudus, Pati, Demak, dan Jepara. Eko mengatakan selat ini mengalami sedimentasi pada masa kolonial.
"Tadinya lautan jadi tertutup oleh proses ini sehingga baik dari Muria akhirnya tertutup," katanya.
Peneliti dari Teknik Geologi Universitas Gadjah Mada (UGM), Dian Novita, Intan Utami Agustiani, dan Agus Hendratno dalam studinya mengungkap bahwa penyebab hilangnya Selat Muria dikarenakan sedimentasi yang masif.
Saat itu terjadi pelapukan lereng selatan Gunung Muria berupa material vulkanik dan bagian utara lereng Pegunungan Kendeng. Pelapukan berupa material kapur.
Hasil dari sedimentasi tersebut kemudian membentuk delta-delta dan dataran yang lebih rendah. Pendangkalan Selat Muria pun cenderung sangat cepat akibat patahan sesar Baribis-Kendeng.
Hilangnya Selat Muria Sebabkan Wilayah Rentan Banjir
Dampak dari hilangnya Selat Muria menyebabkan wilayah tersebut saat ini rentan terkena banjir. Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) kerap melakukan pengurasan saluran besar di wilayah Pantura, Semarang, Demak, Kudus, dan Pati.
Pada masa kolonial juga telah dilakukan upaya mitigasi banjit seperti pembangunan selokan dengan lebar 10 meter di jalur Daendels sepanjang Sayung hingga Demak.
Untuk meminimalisir sedimentasi di sekitar wilayah bekas Selat Muria, pemerintah setempat membangun Bendung Logung. Upaya tersebut bertujuan menciptakan pemukiman yang aman sesuai dengan prinsip pembangunan berkelanjutan.
Agus mengatakan upaya mengembalikan fungsi resapan hujan menjadi penting setelah Selat Muria hilang. Terutama penghijauan di sekitar Patiayam dan Muria.
Hal tersebut berfungsi agar air hujan dapat meresap ke tanah. Selain itu, menurut Agus, perlu dilakukan konservasi di wilayah Pegunungan Kendeng. Dengan begitu, air hujan dapat dikontribusikan untuk pengairan.
(cyu/twu)