Bahasa ibu ternyata berkaitan dengan kemampuan bermusik seseorang. Terutama bahasa yang diucapkan dengan pola nada.
Menurut World Data, ada kurang lebih 6.500 bahasa yang dituturkan di seluruh dunia. Setiap bahasa hampir memiliki abjad dan cara penuturan yang berbeda.
Di antara bahasa tersebut, terdapat beberapa bahasa yang diucapkan dengan nada, misalnya bahasa Mandarin atau Spanyol.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Para Peneliti dalam Jurnal Current Biology melaporkan, bahasa ibu yang membutuhkan nada tampaknya meningkatkan persepsi melodi. Studi global besar-besaran mengisyaratkan bagaimana keterampilan bahasa merembes ke bidang kognisi lainnya.
Bahasa nada menggunakan nada untuk membedakan kata-kata yang mungkin terdengar sama. Dalam bahasa Mandarin misalnya, mΔ berarti kuda sedangkan mΔ berarti ibu. Bahasa nontonal seperti bahasa Spanyol terkadang menyertakan perubahan nada untuk menunjukkan emosi, misalnya, tetapi tidak untuk mengubah arti kata.
Sebagai pengucap bahasa Mandarin dan pemusik, Jingxuan Liu bertanya-tanya tentang persilangan antara bahasa dan musik. Saat belajar psikologi sebagai sarjana di Universitas Duke, Liu membantu menganalisis kemampuan musik hampir setengah juta orang dari 203 negara.
Baca juga: Law of Attraction dari Sudut Pandang Sains |
Hasil Penelitian
Rekan-rekannya telah meluncurkan game online di mana para peserta menyelesaikan beberapa tugas musik, termasuk mengidentifikasi melodi yang cocok di nada yang berbeda dan menemukan trek ketukan yang sesuai dengan ritme lagu.
Rata-rata, pengucap asli dari 19 bahasa tonal (bernada) memiliki hasil lebih baik dibandingkan dengan pengucap dari 29 bahasa nontonal. Dampaknya pun tidak kecil, bahasa ibu yang bernada meningkatkan persepsi melodi sekitar setengah dari jumlah pelajaran musik. Tetapi pengucap bahasa tonal cenderung lebih buruk dalam tugas ritme.
Manusia cenderung memilih tentang apa yang mereka perhatikan. Dalam bahasa, penutur bahasa bernada akan sangat memperhatikan pola nada.
"Anda memiliki sumber daya perhatian yang terbatas, dan entah bagaimana Anda harus mengalokasikannya," kata rekan penulis studi Courtney Hilton, seorang ilmuwan kognitif di University of Auckland di Selandia Baru dalam Science News.
Penelitian sebelumnya tentang bahasa dan musik sering kali hanya membandingkan dua bahasa, biasanya bahasa Inggris dan Kanton atau Mandarin. Namun pengaruh budaya lain, seperti gaya musik Timur dan Barat, dapat memengaruhi hasil. Dengan memeriksa banyak orang, studi baru ini memasukkan bahasa yang tidak pernah dinilai dengan cara ini dan mencapai kesimpulan yang lebih dapat digeneralisasikan.
"Hasil kami di sini menunjukkan bahwa bahasa yang diucapkan seseorang, yang merupakan bagian penting dari budaya, juga membentuk kognisi," kata Hilton.
(nir/nwy)