Orang yang dominan tangan kiri atau kidal biasanya dianggap lebih pintar dalam logika dan kreativitas. Tetapi, benarkah demikian?
Menurut Psychology Today, hanya ada sekitar 10,6% kidal di bumi. Kelompok dengan populasi yang sedikit ini sering dikaitkan dengan kemampuan artistik atau kecerdasan tingkat tinggi.
Namun, penelitian terbaru tidak menunjukkan hubungan tersebut. Para peneliti beranggapan jika bukan kidal itu sendiri yang berkaitan dengan kemampuan kognitif, tetapi bagaimana asimetri ini didistribusikan di otak.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Riset Terbaru
Dalam sebuah penelitian baru, ilmuwan Georgina Donati dari Universitas Oxford dan London dan tim peneliti menguji pengunjung Museum Sains di London dengan dua tugas. Mereka berusaha menguji apakah pengunjung museum lebih terampil dengan tangan kiri atau kanan.
Dalam tugas ini, pengunjung museum harus memindahkan pasak kecil berwarna ke dalam lubang di papan secepat mungkin dengan masing-masing tangan. Dengan mengukur tangan mana yang lebih cepat, dapat ditentukan apakah seseorang kidal atau tidak.
Selain itu, dilakukan apa yang disebut tes wajah chimeric. Dalam tugas ini, pengunjung museum harus melihat gambar wajah yang menunjukkan emosi di bagian kiri atau kanan wajah sementara bagian wajah lainnya netral secara emosional.
Para relawan harus menilai ekspresi emosi yang ditunjukkan wajah tersebut. Dengan membandingkan seberapa ekspresif mereka menilai emosi yang ditunjukkan di bagian kanan atau kiri wajah, dapat ditentukan apakah orang menunjukkan bias sisi kiri atau kanan untuk pengenalan emosi.
Pengunjung museum juga melakukan tes kefasihan bahasa dan mengisi kuesioner autisme tentang kesulitan sosial. Mereka juga memberikan informasi tentang diagnosis autisme atau ADHD yang dilaporkan sendiri. Wawasan baru tentang kidal, lateralisasi emosional, dan kinerja kognitif.
Apa yang Ditemukan Para Ilmuwan?
Seperti yang diharapkan, kebanyakan pengunjung museum itu tidak kidal. Selain itu, kebanyakan orang menganggap wajah dengan separuh wajah kiri yang emosional lebih ekspresif daripada wajah dengan separuh wajah kanan yang emosional. Bias untuk separuh wajah kiri terkait pengenalan emosi ini tercatat dengan baik dalam literatur ilmiah.
Para peneliti kemudian menganalisis bagaimana kidal dikaitkan dengan keberhasilan dalam tugas itu dan menemukan jika orang dengan kidal tingkat sedang paling sering berhasil. Keberhasilan tugas juga dikaitkan dengan kelancaran berbahasa, yang menunjukkan jika ada efek berjenjang antara kidal, keberhasilan tugas, dan kemampuan kognitif.
Para peneliti kemudian menguji lebih lanjut apakah profil lateralitas, kecenderungan seseorang memakai sisi kiri atau kanan tubuh, relawan individu memiliki efek apapun. Secara keseluruhan, 53% relawan menunjukkan profil standar (kidal dan dominan kidal untuk pengenalan emosi visual), 12% relawan menunjukkan profil terbalik, 13% menunjukkan bias kiri untuk kedua tes dan 22% relawan memiliki bias kanan untuk kedua tes.
Menariknya, profil terbalik dikaitkan dengan lebih banyak kesulitan sosial yang dilaporkan sendiri dan tingkat autisme dan ADHD yang dilaporkan sendiri yang lebih tinggi. Para ilmuwan berpendapat jika orang dengan profil terbalik tidak selaras dengan rata-rata orang lain untuk kedua tangan dan lateralisasi emosional, yang mungkin membuat mereka lebih sulit untuk mengatur waktu reaksi mereka dengan tepat terhadap isyarat sosial.
Temuan ini menunjukkan jika mungkin bukan kidal atau kanan itu sendiri yang relevan dengan kemampuan kognitif tetapi lebih pada profil asimetri yang berbeda. Para peneliti berharap proyek penelitian masa depan mengenai kidal dan kemampuan-kemampuan lainnya bisa mempertimbangkan profil asimetri secara keseluruhan di luar kemampuan kidal.
(nir/nwy)