Mumi Mesir Kuno Ini Ungkap Anemia dan Thalassemia Sudah Ada Ribuan Tahun Lalu

ADVERTISEMENT

Mumi Mesir Kuno Ini Ungkap Anemia dan Thalassemia Sudah Ada Ribuan Tahun Lalu

Trisna Wulandari - detikEdu
Minggu, 30 Apr 2023 20:00 WIB
Ilustrasi mumi Mesir Kuno
Mumi anak ungkap keberadaan penyakit anemia, thalassemia, dan sindrom pertumbuhan sejak ribuan tahun lalu. Foto: Open Clipart-Vectors/Pixabay
Jakarta -

Sejumlah anak-anak Mesir kuno dari 4.000-2.000 tahun lalu mengungkap bahwa anemia telah muncul sejak peradaban kuno. Temuan ini berdasarkan penelitian noninvasif pada mumi-mumi anak di museum Jerman, Italia, dan Swiss.

Penelitian tersebut menggunakan pemindaian computed-tomography (CT scan) untuk menganalisis mumi-mumi anak di balik kain kafannya. Studi Stephanie Panzer dkk itu mendapati, sepertiga (7) dari 21 anak tersebut mengalami anemia.

Salah satu di antaranya mengidap thalassemia, seperti dilaporkan dalam jurnal International Journal of Osteoarchaeology.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Anemia adalah kondisi medis saat jumlah sel darah merah lebih rendah dari jumlah normal, padahal bertanggung jawab mengirim oksigen dari paru-paru ke seluruh tubuh. Alhasil, tubuh berisiko tidak menerima cukup oksigen dan rentan kelelahan, dikutip dari Science Alert.

Sementara itu, thalassemia adalah kelainan darah bawaan yang menyebabkan tubuh kekurangan hemoglobin, padahal berfungsi membuat sel darah merah dapat membawa oksigen. Thalassemia dapat membuat seseorang mengalami anemia.

ADVERTISEMENT

Anak Mesir Kuno dan Kesehatannya

Ahli paleopatologi Stephanie Panzer dkk memperkirakan, anemia umum dialami orang Mesir kuno. Penyebabnya mulai dari kurang gizi, infeksi parasit, dan kelainan genetik, yang masih jadi masalah kesehatan ribuan tahun kemudian hingga saat ini.

Panzer dkk menjelaskan, etika sains saat ini melarang peneliti mengubah, membuka, atau melepas kain balutan mumi. Kendati demikian, peneliti dapat menggunakan teknologi pemindaian untuk mendapatkan gambar kondisi mumi di baliknya.

Mumi, sambungnya, memungkinkan mereka mendapat lebih banyak informasi pengetahuan ketimbang jasad yang dikebumikan atau dikubur.

Berdasarkan pemindaian, anak-anak Mesir kuno tersebut belum diketahui penyebab pasti kematiannya. Namun, tim Panzer memperkirakan bahwa anemia memengaruhi kematian anak tersebut.

Tujuh dari 21 anak tersebut mengalami tanda-tanda anemia pada tulangnya, khususnya pembesaran pada tulang kubah depan tengkorak (frontal cranial vault).

Sementara itu, satu anak dengan thalassemia mengalami perubahan tulang wajah dan bagian tubuh lainnya. Lidahnya juga mengalami pembesaran, diduga sebagai indikasi sindrom Beckwith-Wiedemann Syndrome, di samping lahir dengan tubuh lebih besar dan hipoglikemia (gula darah rendah).

Sang anak diperkirakan meninggal karena gejala thalassemia, seperti anemia, di usia sekitar 1,5 tahun.

Penelitian Mumi Anak

Anak-anak Mesir kuno itu diperkirakan meninggal di usia 1-14 tahun. Mereka hidup di periode yang berbeda-beda.

"Yang tertua hidup di antara masa Kerajaan Lama (2686-2160 sebelum Masehi) sampai Periode Pertengahan Pertama (2160-2055 SM). Kebanyakan dari masa Ptolemaic (221-30 SM) dan Periode Romawi (30 SM - 395 M)," lapor Panzer dkk.

Panzer dkk menggarisbawahi, penelitian ini bermaksud memperkirakan dan merekam data prevalensi anemia di mumi anak-anak Mesir kuno untuk penelitian selanjutnya. Temuan anak-anak ini tidak merepresentasikan sebuah populasi.




(twu/faz)

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads