Tenda-tenda Pengungsi Erupsi Lewotobi 'Diserang' Lalat dan Nyamuk

Tenda-tenda Pengungsi Erupsi Lewotobi 'Diserang' Lalat dan Nyamuk

Yurgo Purab - detikBali
Kamis, 19 Des 2024 18:26 WIB
Situasi Posko Desa Kobasoma, Kecamatan Titehena, Flores Timur, NTT, Kamis (19/12/2024). (Yurgo Purab/detikBali)
Foto: Situasi Posko Desa Kobasoma, Kecamatan Titehena, Flores Timur, NTT, Kamis (19/12/2024). (Yurgo Purab/detikBali)
Flores Timur -

Para pengungsi erupsi Gunung Lewotobi Laki-laki, Flores Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT), dipusingkan dengan banyaknya lalat dan nyamuk setelah lokasi pengungsian mereka diguyur hujan beberapa hari terakhir. Serangan serangga itu terjadi di Pos Pengungsian Kobasoma, Kecamatan Titehena, Flores Timur.

"Hujan masuk ke tenda. Nyamuk dan lalat banyak," kata Yosep Boli Lamak, salah seorang pengungsi yang berasal dari Desa Klatanlo, saat ditemui detikBali, Kamis (19/12/2024).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Yosep mengungkapkan para pengungsi membutuhkan bubuk abate untuk mengendalikan jentik nyamuk. Selain itu, juga perlu obat nyamuk untuk membunuh nyamuk dan lalat yang berseliweran di dalam tenda.

Yosep bersama istrinya baru empat hari pindah ke Pos Pengungsian Kobasoma dari Pos Desa Bokang yang masih satu kecamatan. "Minta terpal satu, obat nyamuk, dan abate," ujarnya.

ADVERTISEMENT

Hal serupa juga diungkapkan Apolonia Tapo, warga Desa Nawokote, Kecamatan Wulanggitang. Apolonia mengatakan hujan dan angin menyebabkan tenda mereka miring. Namun, kondisi itu sudah tertangani. Hujan selama beberapa hari ini menyebabkan tanah becek.

"Banyak nyamuk dan lalat di sini. (Karena becek) Pergi ambil nasi hampir jatuh. Lainnya ambil nasi mereka jatuh dan nasi tumpah," kata Apolonia.

Pengungsi lain, Sesi Tapun dan Meri Kwuta juga mengeluh hal yang sama. Mereka membutuhkan abate untuk disimpan pada air serta obat nyamuk karena sekarang musim hujan.

"Minta abate, obat nyamuk dan kelambu," kata Sesi dan Tapun.

Sementara itu, relawan Palang Merah Indonesia (PMI) Benediktus Kia Assan mengatakan intensitas hujan yang tinggi sepanjang Desember berimplikasi pada kesehatan pengungsi.

"Di sini beberapa posko, banyak warga sudah membuat lubang resapan. Tanah di sini tidak gampang meresap. Genangan air tetap ada. Untuk mencegah tumbuh kembang vektor kalau bisa ada abate dan obat nyamuk untuk memutus tumbuh kembang nyamuk dan lalat," beber Benediktus di Pos Pengungsian Desa Bokang, Kamis.

Dia menjelaskan ketidakseimbangan suplai air dan ketersediaan penampung membuat sebagian warga harus mandi di parit. Hal itu menyebabkan banyak warga terkena penyakit dermatitis (penyakit kulit).

"Dermatitis 89 orang. Kasus Pos Desa Kobasoma ini, harus diatur agar bagaimana mengalihkan agar orang tidak mandi di parit," kata Benediktus.

Menurutnya, ada perbedaan mengurus sampah di musim kemarau dan hujan. "Rata-rata sampah kalau terlambat diambil maka lalat akan bersarang di situ. Soal manajemen pengolahan sampah kalau bisa diangkat sehari sekali," urai dia.

Pantauan detikBali, tanah lokasi tempat warga tinggal tampak becek, nyamuk dan lalat berkeliaran sepanjang area. Anak-anak tampak bermain di tanah, sebagian warga sedang membersihkan tenda di pos pengungsian setelah hujan deras mengguyur.




(hsa/hsa)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads