Ritual ini masih digelar setiap tahunnya oleh masyarakat adat dengan penuh antusias. Tidak hanya diramaikan oleh masyarakat adat Bayan, tetapi juga oleh orang luar.
Hal ini dipengaruhi oleh keunikan ritual mulud adat yang mungkin sangat jarang bahkan tidak ditemukan di daerah lain. Simak yuk sejarah, waktu pelaksanaan, rangkaian acara, dan nilai mulud adat yang dirangkum dari berbagai sumber berikut ini.
Sejarah Mulud Adat
Tradisi mulud adat erat kaitannya dengan sejarah masuknya agama Islam yang kemudian menyatu dengan kearifan lokal. Sebelum masuknya Islam, masyarakat Bayan menganut kepercayaan animisme dan kepercayaan Sasak Bodha.
Kepercayaan ini sangat melekat dengan keadaan sosial masyarakat setempat. Masuknya Islam ke tanah Bayan membuat kepercayaan lama berhadapan langsung dengan syariat Islam.
Bukannya menghilangkan unsur lama, Islam justru mengakomodasikan budaya lokal menjadi sebuah syiar dalam menyebarkan agama Islam. Hal inilah yang dapat melahirkan tradisi mulud adat sebagai bentuk peringatan kelahiran Nabi Muhammad SAW dengan pelaksanaan tradisi menggunakan adat istiadat masyarakat Bayan.
Waktu Pelaksanaan
Tradisi mulud adat merupakan agenda tahunan dari masyarakat Bayan untuk melestarikan nilai khas adat istiadat setempat. Dalam pelaksanaannya terdapat perhitungan tersendiri terkait perayaan Maulid Nabi di Lombok yang disebut Sareat (Syari'at).
Prosesi ritual ini dilaksanakan dua hari setelah ketetapan Kalender Islam Maulid Nabi 12 Rabiul Awal, tepatnya pada 14 hingga 15 Rabiul Awal.
Rangkaian Acara
Pelaksanaan mulud adat terdiri dari beberapa rangkaian acara, yakni sebagai berikut:
¡ Menyilaq
Menyilaq ialah mengundang para pranata adat dari Bayan Timur, Bayan Barat, Karang Salah, Karang Bajo, dan Anyar. Para pranata adat terlebih dahulu mengucapkan salam khas Bayan untuk mempersiapkan praja mulud yang sudah ditentukan dengan ketentuan Bayan Timur dan Anyar menjadi perwakilan Adam (laki-laki) sedangkan Karang Salah, Karang Bajo, dan Bayan Barat menjadi perwakilan Hawa (perempuan).
¡ Menutuq
Dalam proses ini dikembangkan oleh masyarakat adat Bayan dalam rangka pendampingan mulud adat. Menutuq merupakan proses menumbuk padi menggunakan lesung dan bambu yang bertujuan untuk memisahkan padi dari kulitnya.
Kegiatan ini akan diselingi dengan musik gamelan Sasak yang merupakan alat musik tradisional masyarakat adat Bayan. Kegiatan ini memiliki aturan bahwa yang akan menumbuk padi adalah perempuan yang sedang dalam kondisi suci atau tidak sedang dalam masa haid atau menstruasi.
¡ Tun Gerantung
Tun gerantung merupakan prosesi di mana alat musik Bayan dikeluarkan dari tempat penyimpanan yang dilakukan oleh beberapa tokoh adat untuk dibawa ke area kampung. Setelah gerantung diambil, kemudian akan ditempatkan di sebuah berugak atau balai banjar untuk ditabuh sebagai pertanda bahwa kegiatan mulud adat dimulai.
¡ Menghias Masjid Kuno
Setelahnya masyarakat Bayan akan menghiasi Masjid Kuno Bayan pada malam berikutnya. Masyarakat akan memasang umbul-umbul pada tiap sisi masjid.
Dalam kegiatan ini pun dilakukan memajang yakni mengelilingi dinding masjid bagian dalam dengan menggunakan kain yang berwarna putih.
¡ Peresean
Peresean merupakan pertarungan yang dilakukan oleh dua orang laki-laki menggunakan tongkat rotan dan kulit kerbau yang tebal dan keras sebagai perisainya. Pertarungan adu kekuatan dan ketangkasan antara dua pemuda ini telah menjadi suatu tradisi untuk beberapa acara tertentu.
Peresean selain menjadi hiburan bagi masyarakat Suku Bayan, kegiatan ini juga menjadi rekaman sejarah bahwa Islam masuk pertama kali melalui Peresean.
¡ Mbisoq Meniq
Kegiatan ini merupakan prosesi pencucian beras yang dilaksanakan oleh kaum perempuan di salah satu sungai yang ada di Desa Bayan. Seperti pada proses menumbuk padi, kegiatan mencuci beras ini dilaksanakan oleh perempuan yang belum atau telah selesai masa haid.
Pencucian beras ini dimulai dari berangkatnya dari Desa Bayan dengan memasukkan beras di dalam bakul dan dijinjing di atas kepala menuju Sungai Bison Segah.
¡ Praja Mulud
Kegiatan tepat sebelum puncak mulud adat ini merupakan prosesi di mana praja mulud dihiasi dengan menggunakan bunga dan diolesi minyak yang sudah diblender terlebih dahulu dengan campuran kunyit dan bahan lainnya. Para praja mulud merupakan keturunan bangsawan yang mewakili masing-masing gubuk yaitu gubuk Bayan Timur, Karang Bajo, Anyar, dan Karang Salah.
¡ Hari Puncak
Pada hari puncak dimulai pada waktu sore menjelang magrib. Para praja mulud yang telah dihias akan diarak dari Bayan Barat menuju Masjid Kuno Bayan.
Setibanya, hidangan yang disajikan akan disajikan pada para pranata adat yang berada di dalam masjid. Kemudian, dilanjutkan dengan doa selamat dan doa lainnya baik bacaan yang ada dalam Al-Quran ataupun doa Jawa Kuno.
Nilai-Nilai dalam Tradisi Mulud Adat
Dalam pelaksanaannya, tradisi mulud adat memiliki beberapa adat yang telah membentuk sikap, perilaku, pikiran, dan perasaan masyarakat. Adapun nilai-nilai tersebut yaitu:
¡ Nilai Gotong Royong
Nilai gotong royong merupakan salah satu nilai yang terdapat dalam pelaksanaan mulud adat. Dibuktikan dengan dilaksanakannya kegiatan secara bersama-sama oleh Masyarakat Adat Bayan.
¡ Nilai Religius
Nilai religius dalam dilihat dari tujuan pelaksanaannya mulud adat sebagai perayaan kelahiran Nabi Muhammad SAW sebagai wujud menghormati dan memuliakan Rasul Allah.
¡ Nilai Budaya
Dalam setiap rangkaian acara mulud adat merupakan tahapan yang memiliki nilai budaya sebagai mempertahankan tradisi sejak dulu oleh para leluhur.
Artikel ini ditulis oleh Muhammad Rivaldo, peserta magang bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom.
(nor/gsp)