Melihat Tradisi Praje Mulud Bayan di Lombok Utara

Melihat Tradisi Praje Mulud Bayan di Lombok Utara

Ahmad Viqi - detikBali
Jumat, 20 Sep 2024 11:56 WIB
Tradisi Praja Mulud di Masjid Kuno, Bayan, Lombok Utara, NTB, Kamis (19/9/2024). (Ahmad Viqi/detikBali).
Puluhan Wanita Desa Adat Karang Bajo Bayan melakukan ritual Bisoq Meniq (curi beras) di sungai bawah Masjid Kuno Bayan, Kamis siang (19/9/2024). (Ahmad Viqi/detikBali).
Lombok Utara -

Perayaan Praje Mulud (Puncak Maulid) Adat Bayan di Desa Karang Bajo, Kecamatan Bayan, Lombok Utara, Nusa Tenggara Barat (NTB), meriah. Ribuan warga hingga wisatawan asing berbondong-bondong datang demi menyaksikan tradisi tersebut.

Sebagian warga dan turis asing tampak memakai pakaian adat Bayan. Mereka memadati halaman Masjid Kuno menyaksikan rangkaian Praje Mulud yang digelar sejak Rabu (18/9/2024) hingga Kamis (19/9/2024).

Ritual maulid adat itu telah dilaksanakan sejak abad ke-15. Perayaan maulid adat dilaksanakan sesuai penanggalan suku Sasak berdasarkan tanggal lahir Nabi Muhammad pada 12 Rabiul Awal berdasarkan tahun Hijriah.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ritual pertama dilakukan oleh para tokoh masyarakat Bayan. Mereka terlebih dahulu melaksanakan Tun Gerantung (menurunkan gamelan) dari bale adat.

"Maulid adat itu dilaksanakan dua hari. Hari pertama, melaksanakan Tun Gerantung kemudian merembun (berkumpul) semua masyarakat adat," kata Tokoh Masyarakat Desa Karang Bajo Bayan Beleq, Raden Sawinggih, Kamis.

ADVERTISEMENT

Warga dari berbagai pelosok Pulau Lombok lalu mengumpulkan padi di masing-masing lokaq (bale adat). Tidak hanya padi, jenis makanan pokok lainnya, seperti sayur dan ternak (ayam, kambing, sapi) dikumpulkan untuk disembelih dan dibawa ke Masjid Kuno Bayan.

"Semua akan berkumpul di satu tempat, yaitu di masjid kuno. (Warga) itu datang dari berbagai pelosok, ada yang dari Mataram bahkan sampai Sekotong ikut pelaksanaan maulid adat. Bawa beras, kambing," kata Sawinggih.

Setelah merembun, masyarakat adat melaksanakan Nutuq Mulud atau menumbuk padi secara tradisional. Dalam Nutuq Mulud, masyarakat beramai-ramai menumbuk padi menjadi beras siap saji.

"Kenapa tidak pakai mesin? Esensinya adalah kebersamaan, menjaga yang diwarisi oleh nenek moyang kami mulai abad ke-15 sampai abad 17 lalu," ujar Sawinggih.

Tradisi Praja Mulud di Masjid Kuno, Bayan, Lombok Utara, NTB, Kamis (19/9/2024). (Ahmad Viqi/detikBali).Puluhan laki-laki masyarakat adat tua muda melaksanakan Praja Mulud membawa nasi ancak ke dalam Masjid Kuno, Bayan, Kamis petang (19/9/2024). (Ahmad Viqi/detikBali).

Rangkaian simbol yang dilaksanakan masyarakat adat tersebut dilaksanakan sebagai bentuk kebersamaan. Setelah melakukan Nutuq Mulud, masyarakat mulai Memajang (menguasai) Masjid Kuno pada malam harinya.

Kaum laki-laki lalu memasang umbul-umbul berwarna putih dan mendekorasi Masjid Kuno bagian dalamnya. "Itu menjadi bagian penting karena aksesoris masjid kuno ini disimpan di satu tempat yang boleh dikeluarkan saat maulid adat saja," ujar Sawinggih.

Memasang kain yang diletakkan di langit-langit Masjid Kuno hanya dilakukan saat Maulid Adat. Ritual itu dimaknai menjadi rasa kebanggan masyarakat telah lahir Nabi Muhammad yang menjadi suri tauladan masyarakat Bayan.

"Setelah itu masyarakat ikut ritual Peresean (tradisi baku pukul pakai rotan) ini bagian dari ritual adat," kata Sawinggih.

Tradisi peresean dimasukkan ke dalam ritual Maulid Adat karena dianggap sebagai simbol keberanian. Masyarakat adat Bayan menganggap Nabi Muhammad sebagai orang yang pemberani membela kebenaran.

"Di sisi itu dilihat oleh masyarakat adat kita, peresean sebagai latihan bela diri," kata Sawinggih.

Pada hari kedua pelaksanaan Maulid Adat, para wanita adat Bayan melaksanakan Bisoq Meniq (cuci beras) di masing-masing lokaq. Wanita dari muda hingga tua memakai pakaian adat dengan memikul beras di atas kepala lalu berjalan kaki menuju sungai Desa Bayan.

"Setelah itu semua dimasak seperti orang begawe. Yang laki-laki membuat ancak (tempat makanan)," ujarnya.

Tradisi Praja Mulud di Masjid Kuno, Bayan, Lombok Utara, NTB, Kamis (19/9/2024). (Ahmad Viqi/detikBali).Puluhan laki-laki masyarakat adat tua muda melaksanakan Praja Mulud membawa nasi ancak ke dalam Masjid Kuno, Bayan, Kamis petang (19/9/2024). Foto: (Ahmad Viqi/detikBali).

Setelah itu, masing-masing lokaq membawa makanan tersebut ke dalam Masjid Kuno. Proses membawa nasi ancak dinamai dengan Praja Mulud. Makanan yang siap saji tersebut dibawa oleh puluhan laki-laki ke dalam Masjid Kuno.

"Ini dinamakan Praja Mulud. Jadi maulid adat di Bayan, tidak ada ceramah, kami penuh dengan simbol-simbol. Nah, simbol inilah yang perlu dipahami. Apa sih kaitannya dengan agama. Sangat erat walaupun kami menggunakan tradisi simbol yang ada," kata Sawinggih.

Sawinggih menuturkan ritual Praja Mulud itu menyimbolkan perkawinan nabi pertama, Adam dan Hawa, yang melahirkan 25 nabi, termasuk nabi terakhir, Muhammad.

Makanan yang dibawa dengan iring-iringan laki-laki dari beberapa kampung itu seolah-olah masyarakat sedang menyaksikan perkawinan antara Hawa dan Adam.

"Itu juga sebagai simbol jati diri masyarakat juga. Adam dan Hawa itu adalah nabi pertama yang melahirkan nabi terakhir hingga manusia sekarang," tandasnya.

Sawinggih menegaskan tradisi maulid adat akan terus dijaga. Selain bertujuan mempererat persaudaraan masyarakat adat, seluruh ritual maulid adat juga bertujuan menjaga lingkungan tetap lestari di Kecamatan Bayan.




(nor/nor)

Hide Ads