Kapolres Badung AKBP Arif Batubara menanggapi pernyataan Kepala Badan Narkotika Nasional (BNN), Komjen Marthinus Hukom, yang menyebut tiga tersangka penembakan warga negara (WN) Australia di Desa Munggu, Mengwi, Badung, terkait dengan kartel narkoba asal Amerika Latin.
Arif menyatakan belum bisa memastikan pernyataan tersebut karena kasus masih dalam penyelidikan.
"Kami juga tidak bisa memastikan apa yang menjadi statement dari Kepala BNN ya, karena memang secara penyidikan kita berbeda," kata Arif saat konferensi pers di Polres Badung, Senin (21/7/2025).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia menjelaskan, fokus penyidikan antara Polri dan BNN berbeda. Penanganan yang dilakukan BNN berkaitan dengan tindak pidana narkotika. Sementara pihak kepolisian menangani aspek tindak pidana umum.
"Mereka tentang narkotika, kami tentang perbuatan atau pidana umum. Seperti itu," tambahnya.
Hingga saat ini, penyidikan kasus penembakan terhadap dua WN Australia masih terus berjalan. Polisi telah menemukan dua senjata api yang diduga digunakan pelaku dan telah memeriksa 30 saksi.
Selain itu, polisi juga masih mendalami motif di balik aksi penembakan tersebut.
Sebelumnya, Kepala BNN Komjen Marthinus Hukom mengungkapkan tiga pelaku penembakan terhadap dua warga negara (WN) Australia bernama Zivan Radmanovic dan Sanar Ghanim di Villa Santisya 1, Desa Munggu, Kecamatan Mengwi, Badung, Bali, diduga jaringan kartel narkoba Amerika Latin. Ketiga penembak itu adalah Jenson Darcy Francesco, Coskun Mevlut, dan Tupou Paea Middlemore.
"Bisa dilihat, itu (ketiga tersangka) bahwa itu adalah jaringan kartel (narkoba) di Amerika Latin sana," kata Kepala Badan Narkotika Nasional (BNN), Komjen Marthinus Hukom, Selasa (15/7/2025).
Marthinus mengatakan kejahatan Mevlut, Francesco, dan Middlemore mirip dengan aksi kriminal yang dilakukan warga asing beberapa tahun lalu. Karenanya, dia yakin tiga tersangka penembak Ghanim dan Radmanovic itu terkait jaringan kartel narkoba di Amerika Latin.
"Artinya, operasi mereka sudah sampai di sini. Kami bisa membuktikan itu," tegas Marthinus. Namun, Marthinus enggan memaparkan dugaannya itu lebih lanjut lantaran tidak ikut langsung menyelidiki kasus itu.
Marthinus mengatakan ada motif yang lebih kompleks dari aksi penembakan yang dilakukan Mevlut dan dua rekannya. Ada upaya pantauan intelijen terhadap kasus penembakan itu bersama Polda Bali.
Menurut Marthinus, perlu dipastikan Mevlut dan dua rekannya terlibat dengan jaringan kartel narkoba di Amerika Latin atau tidak. Dengan begitu, ada gambaran yang lebih besar terkait dengan motif Mevlut, Francesco, dan Middlemore menembak Ghanim dan Radmanovic.
(dpw/dpw)