Mengenal Prasi, Seni Melukis Daun Lontar di Bali

Mengenal Prasi, Seni Melukis Daun Lontar di Bali

I Wayan Selamat Juniasa - detikBali
Selasa, 18 Jun 2024 07:16 WIB
Seni melukis daun lontar atau prasi di Desa Tenganan Pegringsingan, Karangasem, makin diminati turis asing.
Seni melukis daun lontar atau prasi di Desa Tenganan Pegringsingan, Karangasem. Foto: I Wayan Selamat Juniasa/detikBali
Karangasem -

Seni melukis di atas daun lontar atau biasa disebut prasi di kalangan seniman Tenganan Pegringsingan, Karangasem, Bali, merupakan kesenian yang sudah ada sejak dulu dan masih lestari hingga saat ini. Dulu seni prasi hanya digunakan sebatas untuk menulis awig-awig atau peraturan di Desa Tenganan Pegringsingan.

"Selain untuk menulis awig-awig, dulu banyak juga digunakan oleh masyarakat untuk menulis kekawin, kidung, dan yang lainnya di rumahnya masing-masing," kata Kelian Banjar Adat Tenganan Pegringsingan I Putu Yudiana, Senin (10/6/2024).

Sehingga di setiap rumah yang ada di Tenganan Pegringsingan pasti ada seni prasi yang disimpan. Karena dulu masyarakat mengingat sesuatu hanya dengan menulisnya di atas lontar.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Tetapi, semenjak Desa Tenganan Pegringsingan banyak dikunjungi oleh wisatawan sekitar 1990an, para seniman prasi banyak yang mengubah kesenian tersebut ke komersial dengan melukis karakter. Misalnya seperti barong, tokoh pewayangan, kalender, cerita dongeng, dan yang lainnya sesuai dengan selera wisatawan.

"Dengan semakin banyaknya wisatawan yang berminat dengan kesenian prasi, para seniman juga semakin kreatif untuk membuat lukisan agar laku terjual," ujar Yudiana.

ADVERTISEMENT

Untuk saat ini, cukup banyak masyarakat Tenganan Pegringsingan yang menjadi seniman prasi. Bahkan anak-anak juga banyak yang mulai belajar melukis di atas daun lontar.

Salah seorang perajin seni prasi saat membuat lukisan di atas daun lontar yang ada di Tenganan Pegringsingan, Kecamatan Manggis, Kabupaten Karangasem. (I Wayan Selamat Juniasa/detikBali)Salah seorang perajin seni prasi saat membuat lukisan di atas daun lontar yang ada di Tenganan Pegringsingan, Kecamatan Manggis, Kabupaten Karangasem. (I Wayan Selamat Juniasa/detikBali)

Salah seorang seniman prasi I Nyoman Pasek mengatakan ia mempelajari seni melukis di atas daun lontar atau prasi sejak 1998. Ia mengaku tidak ada kesulitan dalam melukis karena merupakan hobinya sejak kecil.

"Dulu saat masih sekolah saya pernah juara lukis, jadi tidak ada kesulitan ketika belajar melukis di atas daun lontar," kata Pasek.

Melukis di atas daun lontar memang perlu ketelitian, sebab jika salah menggores sedikit saja membuat lontar tidak bisa digunakan lagi. Alat untuk melukis sama seperti menulis aksara Bali di daun lontar yaitu menggunakan pengrupak.

Kemudian setelah lukisan selesai baru digosok dengan buah kemiri yang dibakar. Tujuannya agar membuat lukisan berbentuk menyerupai karakter berwarna hitam.

Untuk membuat lukisan berukuran kecil, hanya dibutuhkan waktu sehari saja. Sedangkan ukuran besar bisa sampai 1-2 bulan pengerjaan.

"Saat melukis, tingkat terlalu menemukan kesulitan. Perlu kedetailan di bagian mata saja," ujar Pasek.

Namun saat ini, Pasek mengaku cukup kesulitan untuk mendapatkan daun lontar sebagai bahan baku. Karena hanya sedikit yang menjual daun lontar dengan kualitas terbaik. Untuk daun lontar panjang 25 centimeter dan lebar 5 centimeter harganya mencapai Rp 5 ribu.

"Sedangkan untuk satu lukisan saja bisa menggunakan daun lontar ukuran yang sama bisa 10 lembar bahkan lebih agar gambar bisa terbentuk," ucap Pasek.

Satu lisan daun lontar dihargai mulai Rp 300 ribu untuk ukuran kecil hingga Rp 3 juta untuk ukuran besar.




(nor/nor)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads