Hari Raya Idul Fitri baru saja berlalu. Namun masih ada satu tradisi yang dirayakan di Lombok yakni Lebaran Topat.
Lebaran Topat menjadi tradisi masih eksis di tengah masyarakat Lombok. Lebaran Topat 1445 Hijriah akan dilaksanakan besok, Rabu (17/4/2024).
Penasaran dengan tradisi Lebaran Topat yang satu ini? Simak informasi mengenai Lebaran Topat yang telah detikBali rangkum dari berbagai sumber.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sejarah Lebaran Topat
![]() |
Melansir dari laman lombokbaratkab.go, Lebaran Topat atau Lebaran Ketupat merupakan tradisi masyarakat Sasak Lombok yang dilaksanakan satu pekan setelah Hari Raya Idul Fitri. Umumnya Lebaran Topat dirayakan oleh masyarakat Lombok diawali dengan roah atau berdoa di masjid kemudian melangsungkan ziarah ke makam penyebar agama islam di Pulau Lombok dengan diakhiri makan ketupat bersama.
Tradisi unik ini umumnya ada di seluruh Indonesia, namun dengan sebutan yang berbeda-beda di setiap daerahnya. Dalam Bahasa Sasak kata "topat" diartikan sebagai ketupat. Masyarakat Lombok menyebutnya sebagai Lebaran Topat yang menjadi tradisi makan ketupat.
Tradisi ini mengalir secara turun temurun dan masih dirayakan hingga hari ini. Biasanya Lebaran Topat dilaksanakan satu minggu setelah Idul Fitri. Lebaran Topat juga bisa dilaksanakan setelah menunaikan puasa sunnah syawal selama 6 hari berturut-turut. Hal ini dikenal dengan sebutan lebaran kedua.
Masyarakat Lombok dalam merayakan tradisi ini juga melakukan beragam agenda di dalamnya, seperti ziarah ke makam.
Di Ibu Kota Lombok, Mataram, pemakaman Loang Baloq menjadi pusat perayaan. Selama Lebaran Topat rata-rata terdapat 25.000 orang mengunjungi makam Ghauz Abdul Razak yang merupakan guru spiritual Irak pada masa lampau.
Puncak perayaan dilakukan dengan prosesi 'ritual kuris'. Anak-anak akan dicukur kepalanya oleh para tokoh agama, tokoh masyarakat, dan pejabat pemerintah. Masyarakat yang hadir turut serta meneriakkan ayat-ayat suci Alquran selama upacara.
Setelah selesai berziarah, masyarakat Lombok kemudian berpindah tempat menuju tempat-tempat rekreasi seperti taman atau pantai untuk menyantap ketupat yang telah mereka bawa.
Makna Lebaran Topat
Pada awal abad ke-15, ketupat merupakan simbol perayaan hari raya Islam di Jawa sejak pemerintahan Demak. Dalam perayaan Lebaran Topat, ketupat dimaknai sebagai lambang nafsu dunia yang dibungkus dengan hati nurani.
Anyaman daun kelapa yang membungkus ketupat dimaknai sebagai lambang kompleksitas masyarakat yang harus diikat dengan tali silaturahmi.
Bentuk jajar genjang dari ketupat dimaknai sebagai arah kiblat atau mata angin. Beras yang menjadi bahan pokok utama dalam ketupat menggambarkan nafsu birahi manusia. Dengan demikian, lebaran topat memiliki makna, yaitu menyambut keberhasilan muslim dalam menjaga nafsu duniawinya.
Artikel ini ditulis oleh Desak Made Diah Aristiani peserta Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom.
(nor/nor)