Menjelang hari raya Idul Adha, masyarakat Indonesia memiliki beragam cara untuk menyambut hari besar keagamaan ini. Di Kabupaten Pasuruan, ada tradisi unik yang masih lestari hingga kini, yaitu mnten sapi.
Tradisi ini tidak hanya mencerminkan penghormatan terhadap hewan kurban, tapi juga menjadi bentuk syukur masyarakat atas limpahan rezeki. Tradisi manten sapi rutin dilaksanakan warga Desa Watuprapat, Kecamatan Nguling.
Setiap tahunnya, menjelang Idul Adha, sapi-sapi yang akan dikurbankan dimandikan dengan air bunga dan dirias menyerupai pengantin. Hiasan yang digunakan antara lain kalung bunga tujuh rupa, mahkota bunga, dan kain kafan putih.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: 5 Tradisi Idul Adha di Jawa Timur |
Riasan ini memiliki makna simbolis, mencerminkan kesucian, penghormatan, dan kesiapan hewan untuk dikurbankan. Prosesi manten sapi tidak berhenti pada periasan saja. Setelah selesai didandani, sapi-sapi tersebut diarak keliling desa, lalu dibawa ke tempat penyembelihan.
Dalam arak-arakan tersebut, warga juga membawa sembako seperti beras, minyak goreng, bumbu dapur, dan kayu bakar. Semua ini nantinya akan dibagikan kepada masyarakat, terutama mereka yang membutuhkan.
Usai penyembelihan, daging kurban diolah menjadi hidangan bersama yang dinikmati panitia dan warga. Tradisi ini pun menjadi ajang mempererat solidaritas antarwarga, sekaligus mengajarkan pentingnya berbagi dan gotong royong.
Secara nilai, manten sapi mengajarkan pentingnya memperlakukan hewan kurban dengan baik, sesuai ajaran agama Islam yang menekankan kasih sayang terhadap makhluk hidup. Tradisi ini juga menjadi bentuk nyata dari akulturasi budaya lokal dengan nilai-nilai keislaman yang tetap harmonis dan penuh makna.
Manten sapi tidak sekadar ritual menjelang Idul Adha, melainkan warisan budaya yang sarat nilai spiritual, sosial, dan kemanusiaan. Tradisi ini menjadi bukti bahwa nilai-nilai keagamaan dapat berjalan beriringan dengan kearifan lokal yang memperkaya identitas masyarakat.
(hil/irb)