Sentra Produksi Garam Tradisional di Klungkung Hancur Diterjang Ombak

Sentra Produksi Garam Tradisional di Klungkung Hancur Diterjang Ombak

Putu Krista - detikBali
Selasa, 11 Jun 2024 12:38 WIB
Petani garam berupaya membersihkan lahan penggaraman mereka setelah rusak diterjang ombak besar, Selasa (11/6/2024). (foto : Putu Krista/detikBali).
Foto: Petani garam berupaya membersihkan lahan penggaraman mereka setelah rusak diterjang ombak besar, Selasa (11/6/2024). (Putu Krista/detikBali)
Klungkung -

Nengah Kertayasa tampak membersihkan batu dan pasir yang menutupi tempat pembuatan garam miliknya di Pantai Karangdadi, Kecamatan Dawan, Klungkung, Bali. Tak ada garam yang sedang dijemur di sana. Terjangan ombak telah meluluhlantakkan semuanya.

Petak-petak penggaraman milik puluhan petani garam di Karangdadi rusak dihantam tingginya gelombang sejak beberapa hari terakhir. Sebenarnya, di sana ada tanggul yang dibangun sejak 2022. Namun, tanggul itu tidak mampu menahan tingginya ombak yang mencapai lima meter. Walhasil, air laut masuk ke lahan penggaraman.

Nengah Kertayasa kini hanya bisa pasrah. Dia tak sanggup menyelamatkan garam yang sudah selesai dipanen. Jumlahnya sebanyak dua karung atau seberat 100 kilogram (kg).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Tidak bisa diprediksi, ombak menerjang tinggi, merusak lahan dan garam yang sudah dalam karung yang biasa saya taruh di dalam juga mencair karena ombak besar pada Minggu malam," kata Kertayasa kepada detikBali, sambil meminggirkan batu yang menutupi tempat usahanya, Selasa (11/6/2024).

Menurut Kertayasa, semua lapak usaha di wilayah Karangdadi rusak, akibat cuaca buruk selama beberapa hari terakhir di Klungkung. Pemerintah, dia melanjutkan, sebenarnya sudah berupaya menaruh perhatian terhadap petani garam yang disebut sebagai salah satu penghasil garam terbaik di Bali.

ADVERTISEMENT

"Pantai sudah dipasangi tanggul, pemerintah juga membangun tunnel garam (wadah tampungan air laut) modern, tapi karena posisi persis ada di pantai dan di sini memang ombaknya sering besar, kami tidak bisa berbuat banyak," beber Kertayasa.

Empasan ombak yang membuat tempat usahanya hancur tak menyurutkan semangat Kertayasa. Dia bertekad melanjutkan usahanya sebagai petani garam yang sudah dilakoni selama tiga dekade alias 30 tahun terakhir. "Kami akan tetap berkarya," tegasnya.

Petani garam lainnya, Wayan Nuaya, mengaku bernasib sama dengan Kertayasa. Lahan usaha hingga tempat penjemuran air laut miliknya juga hancur diterjang ombak besar.

"Dua hari lalu kayaknya itu seperti tsunami, ombaknya tinggi. Beberapa kali air langsung masuk menghanyutkan semua, tidak ada garam yang bisa saya selamatkan, bahkan motor saya yang diparkir juga jatuh kena air laut," ungkap Nuaya.

Nuaya mengatakan selama beberapa hari ke depan tidak akan bisa produksi, karena lahan harus dibersihkan dan tempat menjemur air laut juga harus diperbaiki. Selain penggaraman, jogging track di atas tanggul laut juga banyak rusak dan tertutup batu-batu besar dan tidak aman untuk pejalan kaki.

"Jam 10-an bentar air mulai naik, angin juga kencang," pungkasnya.

Dihubungi terpisah, Kepala Dinas Sosial (Dinsos) Klungkung I Gusti Agung Putra Mahajaya membenarkan tunnel penggaraman bantuan dari Kementerian Sosial rusak diterjang ombak besar.

"Itu baru dipasang penutupnya, karena alam, kami tidak bisa berbuat banyak, mudah-mudahan cuaca membaik sehingga bisa diperbaiki dan dimanfaatkan lagi untuk mempermudah pembuatan garam sebagai bentuk pelestarian garam khas Klungkung," tandas Mahajaya.




(hsa/gsp)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads