Wisata Pembuatan Garam Kristal Kusamba, Ada Sejak Tahun 1500-an

Klungkung

Wisata Pembuatan Garam Kristal Kusamba, Ada Sejak Tahun 1500-an

Putu Krista - detikBali
Minggu, 05 Nov 2023 13:06 WIB
Berwisata di tempat pembuatan garam tradisional Kusamba, Klungkung, Bali, Sabtu (4/11/2023) (Putu Krista/detikBali).
Foto: Berwisata di tempat pembuatan garam tradisional Kusamba, Klungkung, Bali, Sabtu (4/11/2023) (Putu Krista/detikBali).
Klungkung -

Bosan dengan liburan hanya ke mall atau hanya menyaksikan pemandangan alam yang biasa-biasa saja? Coba berwisata ke salt maker atau pembuatan garam tradisional di Desa Pesinggahan, Klungkung, Bali. Meski tak biasa, tapi ini sudah ada sejak tahun 1500-an silam.

Tempat wisata ini memproduksi garam secara tradisional secara turun temurun hingga saat ini. Tak ayal, cara tradisional ini ternyata mampu menyedot wisatawan, khususnya wisatawan mancanegara (wisman) yang khusus datang ke Bali melihat bagaimana garam diproduksi.

Pembuatan garam ini sejatinya sudah ada sejak tahun 1500-an di sepanjang Pantai Kusamba hingga Pesinggahan (perbatasan dengan Kabupaten Karangasem). Tempat ini mulai eksis menjadi tempat wisata sejak 1970-an atau saat wisatawan mulai berdatang ke Bali.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pantauan detikBali, Sabtu (4/11/2023), sejumlah mobil travel terparkir di pinggir jalan untuk mengantar tamunya melihat produksi garam di Pantai Belatung, Desa Pesinggahan Klungkung. Di kawasan ini kian rapi dan bersih sehingga membuat wisatawan betah.

Salah satu pramuwisata Gede Sumadi mengaku sering mengantarkan tamu untuk melihat proses pembuatan garam di tempat ini. Kebanyakan tamu yang suka dengan pembuatan garam tradisional adalah dari Jepang dan Perancis.

ADVERTISEMENT

"Hari ini yang saya bawa dari Perancis, memang selain rute jalur Karangasem juga ke penggaraman ini, katanya beli garam dibawa ke negaranya," ujar Sumadi.

Berwisata di tempat pembuatan garam tradisional Kusamba, Klungkung, Bali, Sabtu (4/11/2023) (Putu Krista/detikBali).Berwisata di tempat pembuatan garam tradisional Kusamba, Klungkung, Bali, Sabtu (4/11/2023) (Putu Krista/detikBali). Foto: Berwisata di tempat pembuatan garam tradisional Kusamba, Klungkung, Bali, Sabtu (4/11/2023) (Putu Krista/detikBali).

Di tempat ini, wisatawan akan langsung melihat proses pengambilan air dari laut dengan menggunakan alat sederhana dari tampah atau daun kelapa. Air laut tersebut kemudian disiram-siramkan ke lahan pasir pembuatan garam berulang kali,

Wisatawan kemudian bisa melihat proses penyulingan, hingga penjemuran air laut yang kemudian menghasilkan garam kristal. "Di sini saja ada garam kristal, yang menurut tamu-tamu saya untuk kosmetik biasanya," imbuhnya.

Salah satu petani garam, I Ketut Santa (65), mengatakan dengan proses tradisional ini garam baru bisa dipanen jangka waktu dua hari dari proses pengambilan air laut pertama kali hingga penjemuran. "Sore sekitar pukul 16.00 biasanya sudah jadi garam, lalu dikeruk dengan tempurung kelapa sehingga muncul kristal-kristalnya," kata Santa.

Santa menjelaskan disebut garam kristal karena warna cerah hasil produksi garam ini berbeda dengan garam pada umumnya. Sehingga banyak dipesan khusus oleh wisatawan untuk dibawa ke luar negeri untuk spa dan kosmetik.

"Saya ada pelanggan dari Jepang, biasa datang ke sini dia beli sekitar 50 kilogram. Kemudian dipaketkan ke negaranya atau kadang ada anak buahnya di Denpasar yang mengirimkan ke sana," sebut pria yang sudah 30 tahun terakhir menggeluti pembuatan garam ini.

Untuk harganya memang beda dari garam pada umumnya, garamKusamba inidibanderol Rp 30 ribuan perkilogramnya. Sedangkan garam biasa hanya Rp 10 ribu per kilogram.

Penerus Pembuatan Garam Sedikit

Berwisata di tempat pembuatan garam tradisional Kusamba, Klungkung, Bali, Sabtu (4/11/2023) (Putu Krista/detikBali).Berwisata di tempat pembuatan garam tradisional Kusamba, Klungkung, Bali, Sabtu (4/11/2023) (Putu Krista/detikBali). Foto: Berwisata di tempat pembuatan garam tradisional Kusamba, Klungkung, Bali, Sabtu (4/11/2023) (Putu Krista/detikBali).

Petani garam lain, Mangku Rena, mengaku sebagai generasi ke-4 menekuni pembuatan garam secara tradisional. Meski memerlukan proses panjang, namun ia tetap bertahan untuk melestarikan warisan leluhurnya.

"Saya dari bapak, kakek, dan buyut sudah di sini membuat garam. Dulunya semua di sepanjang pantai, sekarang sudah sedikit dan ini akibat abrasi," ujarnya.

Ia sengaja mempertahankan produksi secara tradisional ini karena selain untuk menghasilkan garam terbaik, juga ingin meneruskan warisan leluhurnya. Di mana proses penyulingan dan penyiraman pasir dengan air laut bisa 4 sampai 5 kali.

"Hasil garamnya tidak seperti butiran gula itu, tapi seperti lempeng-lempengan salju yang mengkristal tajam, warnanya putih cerah, rasanya juga gurih. Katanya dari penelitian airnya 80 persen mineral alami,"imbuhnya.

Pemerintah Jaga Keaslian Garam Kusamba

Berwisata di tempat pembuatan garam tradisional Kusamba, Klungkung, Bali, Sabtu (4/11/2023) (Putu Krista/detikBali).Berwisata di tempat pembuatan garam tradisional Kusamba, Klungkung, Bali, Sabtu (4/11/2023) (Putu Krista/detikBali). Foto: Berwisata di tempat pembuatan garam tradisional Kusamba, Klungkung, Bali, Sabtu (4/11/2023) (Putu Krista/detikBali).

Untuk menjaga kearifan lokal garam Kusamba, Pemerintah Kabupaten Klungkung hmelakukan penataan kawasan pantai agar tidak habis tergerus abrasi. Selain itu, juga ada pemberian modal untuk kelompok usaha petani garam.

Hal tersebut sesuai Surat Edaran (SE) Nomor 17 Tahun 2021 tentang Pemanfaatan Produk Garam Tradisional Lokal Bali. Kepala Dinas Sosial Kabupaten Klungkung, Gusti Agung Putra Mahajaya mengatakan kegiatan ini merupakan bentuk komitmen pemerintah terhadap sumber daya lokal dengan berperan aktif untuk melindungi, melestarikan, memberdayakan, dan memanfaatkan produk garam tradisional lokal Bali, termasuk garam organik Kusamba.

"Kementerian Sosial juga hadir untuk pelestarian ini dengan memberikan bantuan kepada kelompok petani garam di Kusamba," jelasnya, Sabtu (4/11/2023).

Di samping meningkatkan daya saing dan jaminan mutu garam tradisional, pemerintah juga memfasilitasi sentra pembuatan garam Kusamba sehingga mendapatkan Sertifikat Indikasi Geografis (IG) Garam pada awal 2022.

"Sertifikat ini untuk kekhasan ini dilihat dari tekstur, rasa, dan warna, yang mengukuhkan garam Kusamba sebagai produk lokal yang mendapatkan pengakuan nasional dan dapat menjangkau pasar lebih luas lagi hingga layak untuk ekspor," tandasnya.




(nor/nor)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads