Pisang Jadi Penyumbang Utama Inflasi di NTT, Mengapa Begitu?

Pisang Jadi Penyumbang Utama Inflasi di NTT, Mengapa Begitu?

Yufengki Bria - detikBali
Kamis, 04 Apr 2024 18:33 WIB
Banana tree with bunch of growing ripe green bananas, plantation rain-forest background.
Ilustrasi pohon pisang (Foto: iStock)
Kupang -

Bank Indonesia (BI) perwakilan Nusa Tenggara Timur (NTT) mengungkap penyumbang utama inflasi NTT pada Maret 2024 adalah pisang. Padahal, pisang bukan merupakan komoditas utama. Mengapa begitu?

Kepala Bank Indonesia NTT Agus Sistyo Widjajati mengungkapkan hal itu terjadi karena banyaknya tanaman pisang yang terserang hama dan penyakit penyakit layu bakteri atau penyakit darah. Penyakit tanaman yang disebabkan oleh bakteri Ralstonia solanacearum itu mengakiatkan 70 persen petani di daratan Flores dan Sumba terdampak.

"Karena di Flores dan Sumba, (tanaman pisang) kena hama. Produktivitas menurun, harga naik," ungkap Agus di Kupang, NTT, Kamis (4/4/2024).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Agus memaparkan kondisi ekonomi di NTT mengalami deflasi sebesar 0,14 persen secara bulanan (mtm) atau 1,92% secara tahun ke tahun (yoy) per Maret 2024. Menurutnya, level inflasi itu terkendali dalam rentang sasaran 2,5Β±1 persen yang disebabkan oleh penurunan harga sejumlah komoditas seperti ikan tembang, tomat, angkutan udara, daging babi, dan daging ayam ras.

"Secara spasial, deflasi terdalam terjadi di Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS) yang mencapai 1,47 persen (mtm). Sedangkan inflasi tertinggi terjadi di Sumba Timur sebesar 0,52 persen (mtm)," imbuh Agus

ADVERTISEMENT

Meskipun mengalami deflasi, Agus melanjutkan, inflasi beras dan pisang mendapat perhatian khusus. Menurutnya, inflasi beras masih dialami oleh seluruh kabupaten/kota di NTT.

"Kondisi ini disebabkan oleh dampak dari El Nino yang dialami secara nasional, di mana pemenuhan kebutuhan beras di NTT masih bergantung pada daerah sentra produksi seperti Jawa Timur dan Sulawesi Selatan," pungkas Agus.




(iws/iws)

Hide Ads